Kerangka Pemikiran Operasional KERANGKA PEMIKIRAN

proyek biasanya didasarkan pada proyek-proyek yang banyak mengandung ketidakpastian dan perubahan yang terjadi di masa yang akan datang. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat pengaruh penurunan harga dan kenaikan biaya yang terjadi terhadap kelayakan usahatani tersebut, yaitu dari layak menjadi tidak layak untuk dilaksanakan Gittinger, 1986. Analisis sensitivitas dapat dilakukan dengan pendekatan switching value nilai pengganti, dimana analisis ini mencari seberapa perubahan maksimum yang dapat ditolerir agar proyek masih memberikan keuntungan normal. Perubahan-perubahan yang terjadi misalnya perubahan tingkat produksi, harga jual output maupun harga input.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Permintaan yang tinggi akan sapi bibit dan sapi bakalan hingga saat ini belum dapat dipenuhi oleh usaha pembibitan sapi potong di dalam negeri. Hal ini tercermin pada impor sapi bakalan dan daging sapi beku yang cenderung makin meningkat. Jumlah populasi sapi potong yang cenderung statis, tidak dapat mengimbangi jumlah komsumsi daging sapi potong yang semakin meningkat setiap tahunnya. Melihat kenyataan tersebut potensi untuk pengembanggan sapi potong di dalam negeri masih cukup besar untuk dikembangkan. Banyak pihak swasta maupun pemerintah tidak tertarik untuk menanamkan modalnya dalam usaha pembibitan sapi potong. Hal ini disebabkan biaya investasi yang digunakan dalam pembibitan lebih besar dari pada usaha penggemukkan. Di samping usaha pembibitan memiliki resiko yang lebih besar, serta perputaran uang dan pengembalian modal yang lama. Kondisi tersebut berbeda dengan usaha penggemukkan dimana resiko yang dihadapi lebih kecil, perputaran uang yang cepat karena sapi dapat dijual setelah digemukkan selam tiga bulan. Tidak adanya upaya pemerintah dalam pinjaman modal berupa kredit lunak merupakan salah satu penyebab tidak tertariknya investor menjalankan usaha pembibitan sapi potong. Selain itu, harga bakalan yang digunakan sebagai calon bibit sangat dipengaruhi oleh nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang berfluktuasi. Analisis kelayakan pentingnya dilakukan untuk melihat apakah usaha breeding sapi potong tersebut layak untuk dijalankan atau tidak. PT Lembu Jantan Perkasa LJP termasuk golongan usaha besar yang awalnya bergerak di bidang penggemukkan dan penjualan sapi potong yang didukung oleh tenaga peternak yang berpengalaman. PT Lembu Jantan Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta nasional yang berskala besar bergerak di dua bidang yakni pembibitan breeding sapi potong dan penggemukkan fattening sapi potong secara intensif. Untuk mengantisipasi penurunan populasi sapi potong dan peningkatan kebutuhan akan konsumsi daging sapi secara nasional serta untuk mengurangi tingkat ketergantungan impor sapi potong di Indonesia, maka mulai tahun 2004 PT LJP mulai merintis usaha pembibitan sapi potong breeding dengan mengunakan bakalan yang telah diseleksi terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke pembibitan. Terbatasnya bibit ternak lokal serta sedikitnya jumlah bibit unggul yang tersedia merupakan salah satu alasan bagi PT LJP menggunakan bibit sapi potong impor. Input utama yang digunakan dalam pembibitan sapi potong yaitu bibit sapi potong berkualitas yang diimpor dari negara Australia dimana pembayaran yang digunakan memakai mata uang Dollar. Jenis sapi potong bibit yang digunakan yaitu Brahman Cross atau dikenal dengan bahasa komersialnya Australia Comersial Cross ACC melalui perusahaan Walco Internasional. Proses pembibitan melalui beberapa tahap. Diharapkan usaha pembibitan dapat memenuhi kebutuhan daerah-daerah akan bibit sapi pilihan yang berkualitas untuk menunjang usaha peningkatan gizi masyarakat melalui pemenuhan kebutuhan ternak sapi potong. Usaha pembibitan sapi potong membutuhkan modal investasi yang besar karena usaha pembibitan secara intensif membutuhkan banyak fasilitas. Investasi yang terdapat dalam usaha breeding sapi potong tersebut meliputi investasi kandang calon bibit, kandang sapi bunting, kandang weaner, cattle yard, holding pond kolam penampungan limbah, holding fasilitas, laboraturium IB, hospital pen, bangunan unit feedmill, lahan hijauan ternak, mess karayawan, kantor, dan geust house. PT LJP menjual produknya yaitu sapi dalam keadaan bunting dan berupa anak sapi weaner. Harga yang ditetapkan berbeda berdasarkan berat tubuh. Sapi buting dijual jika umur kebuntingan sapi telah mencapai tiga bulan sampai dengan tujuh bulan dengan harga berkisar Rp 9.600.000,00 sampai harga Rp 12.100.000,00. Sedangkan untuk anak sapi baru bisa dijual jika umur weaner maksimal satu tahun. Harga sapi weaner berkisar Rp 3.600.000,00 sampai Rp 6.850.000,00. Saat ini tingkat keberhasilan Inseminasi Buatan IB PT LJP yaitu sebesar 80 persen dengan jumlah inseminasi per kebuntingan atau nilai SC Service Per Conception sebesar 1.6-1.7. Nilai tersebut menandakan bahwa tingkat kesuburan sapi breeding PT LJP tinggi. Menurut pengalaman perusahaan dari semua populasi bakalan yang diimpor sebesar 15 persen telah bunting secara alami, setelah melakukan seleksi melalui pemeriksaan alat reproduksi maka sebesar 30 persen sapi bakalan tersebut layak untuk dimasukkan dalam program pembibitan sedangkan sisanya untuk program penggemukkan. Hal tersebut merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mendirikan usaha pembibitan sapi potong. Proporsi input bakalan impor dari 100 persen total populasi sebesar 45 persen digunakan sebagai input breeding, sedangkan sisanya 55 persen dimasukkan kedalam usaha penggemukkan. Berdasarkan permasalahan yang terjadi maka perlu dilakukan analisis kelayakan untuk melihat apakah usaha pengembangan pembibitan sapi potong layak untuk dilaksanakan atau tidak, sehingga perlu dilakukan pembahasan mengenai aspek-aspek yang berhubungan dengan kelayakan usaha. Aspek-aspek tersebut meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek finansial serta aspek lingkungan. Penilaian tersebut dilakukan dengan menggunakan analisis finansial untuk melihat nilai NPV, IRR, Net BC ratio dan Payback Period. Menurut Umar 2005, NPV yaitu selisih antara present value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Untuk menentukan nilai sekarang perlu ditentukan tingkat bunga yang relevan. Jika nilai NPV0, maka proyek dikatakan layak atau bermanfaat karena dapat menghasilkan lebih besar dari modal opportunity cost faktor produksi modal. Nilai NPV=0, berarti proyek menghasilkan sebesar opportunity cost faktor produksi modal. Pada kondisi ini proyek tidak untung dan tidak rugi. Jika nilai NPV0, berarti proyek tidak dapat menghasilkan senilai biaya yang dipergunakan yang menunjukkan bahwa proyek tidak layak dilakukan. Nilai net BC ratio menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Proyek dikatakan layak untuk dilaksanakan apabila nilai BC ratio lebih dari satu, sedangkan nilai BC ratio kurang dari satu maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. Untuk mengetahui berapa periode yang diperlukan untuk menutup kembali penggeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas maka digunakan Payback Period. Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui perubahan dalam dasar perhitungan biaya dan benefit untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek. Perubahan-perubahan tersebut yaitu kenaikkan biaya variabel terutama harga bakalan yang akan digunakkan sebagai calon bibit, karena harga bakalan sangat dipengaruhi oleh nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang sangat berfluktuasi dan penurunan volume produksi. Kerangka pemikiran operasional Analisis Kelayakan Usaha Pengembangan Pembibitan Breeding Sapi Potong pada PT Lembu Jantan Perkasa dapat dilihat pada Gambar 1. PT Lembu Jantan Perkasa Usaha pembibitan breeding sapi potong : • Harga bakalan yang dipengaruhi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang berfluktuatif • Proses produksi breeding sapi potong yang lama • Adanya potensi permintaan konsumsi daging sapi potong yang semakin meningkat • Pertumbuhan sapi potong yang cenderung statis • Mengurangi tingkat ketergantungan impor sapi potong karena impor sapi bakalan dan daging dari tahun ke tahun menunjukan peningkatan. Analisis Kelayakan Usaha Tidak Layak Layak Aspek finansial • NPV, IRR, Net BC, Payback period • Sensitivitas Aspek manejemen Aspek teknis Aspek sosial dan lingkungann Aspek pasar UsahaPengembangan Pembibitan breeding Sapi Potong Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT Lembu Jantan Perkasa LJP yang berlokasi di Jalan Serang-Pandeglang Km 9,6 Desa Sindang Sari, Kecamatan Pabuaran, Provinsi Banten. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa PT Lembu Jantan Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta nasional berskala besar yang bergerak di bidang pembibitan sapi potong di Provinsi Banten. Penelitian lapang serta pengambilan data dilaksanakan pada bulan Mei 2008 hingga Juli 2008.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di perusahaan serta wawancara dengan manajer perusahaan dan karyawan perusahaan. Selain itu digunakan juga data sekunder yang diperoleh dari catatan intern perusahaan, baik catatan produksi maupun keuangan, Badan Pusat Statistik, Dinas Peternakan dan literatur yang diperoleh dari perpustakaan LSI IPB, perpustakaan FAPERTA, perpustakaan FAPET dan internet Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah : 1. Data gambaran umum perusahaan yang meliputi sejarah perusahaan, struktur organisasi perusahaan, aktivitas produksi, jenis produk, pemasaran, keuangan.