selanjutnya pipet dimasukkan kedalam saluran serviks, sehingga semen dapat ditumpahkan langsung kedalam uterus dengan menekan secara perlahan spoit
atau pistol inseminasi yang dipasang pada pipet Bearden dan Fuquay, 1997. Diperlukan usaha yang maksimal guna mempercepat pertumbuhan
produksi peternakan. Dengan usaha yang maksimal tersebut diharapkan program pemerintah dalam meningkatkan populasi sapi potong dapat terlaksana dengan
baik dan dapat bermanfaat bagi masyarakat.
2.5. Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Bukit 2007, melakukan Analisis Kelayakan Usaha Ikan Patin Kasus di Kabupaten Bogor. Metode yang digunakan dalam perhitungan aspek finansial
menggunakan kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net BC ratio dan Payback Period
. Selain itu juga digunakan analisis sensitivitas. Dalam penelitaan ini dilakukan tiga skenario, yaitu skenario I kegiatan
budidaya pembenihan ikan patin, skenario II kegiatan pembesaran ikan patin, dan skenario III kegiatan pembenihan dan pembesaran ikan patin. Berdasarkan hasil
penelitian maka dapat disimpulkan bahwa skenario I lebih layak dan menguntungkan dilaksanakan dibandingkan dengan skenario II dan III, dimana
skenario I menghasilkan NVP sebesar Rp 10.8796.492,2, net BC ratio sebesar 1,724, IRR sebesar 22,75 persen, dan payback period selama 3,91 tahun.
Variabel analisis sensitivitas yang dilakukan untuk ketiga skenario adalah penurunan harga jual output produksi, penurunan volume output produksi, dan
kenaikan harga input dominan yaitu harga pakan ikan patin. Adapun hasil sensitivitas diperoleh bahwa skenario satu kurang peka terhadap perubahan
variabel bila dibandingkan dengan skenario dua dan tiga. Hasil sensitivitas untuk skenario I, kegiatan budidaya pembenihan ikan patin masih layak dilaksanakan
sampai penurunan harga 8,8 persen, penurunan volume produksi sampai 8,8 persen dan kenaikan harga artemia 22 persen dan cacing sutra 25,3 persen.
Penelitian yang dilakukan oleh Agustina 2007, mengenai Analisis Kelayakan Finansial Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Perah Studi Kasus di
CV Cisarua Integreted Farming. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui manajemen atau tatalaksana usaha peternakan sapi perah di CV Cisarua Integreted
Farming dan menganalisis kelayakan pengembangan usaha peternakan sapi perah CV Integreted Farming, baik ditinjau dari segi teknis maupun finansial. Analisis
finansial menunjukkan pada saat proyek tanpa sumber pembiayaan dari bank pada tingkat suku bunga 12 persen menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 359.203.465,91,
nilai BCR 1,32, IRR sebesar 19,04 persen dan Payback Period selama 13,89 tahun. Jika mengunakan sumber pembiayaan dari bank dengan suku bunga 16
persen, menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 196.178.751,78, dengan nilai BCR sebesar 1,23 dan IRR sebesar 22,89 persen serta nilai Payback Period selama
19,58 tahun. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa perencanaan pengembangan
perusahaan tersebut layak untuk dilaksanakan tanpa pembiayaan dengan tingkat suku bunga 12 persen maupun dengan pembiayaan menggunakan tingkat suku
bunga kredit 16 persen karena telah memenuhi kriteria kelayakan finansial. Analisis sensitivitas pada tingkat suku bunga 12 persen tanpa pembiayaan,
jika harga pakan naik sebesar lima persen menunjukkan bahwa proyek layak untuk dilaksanakan, kerena nilai NPV sebesar Rp 120.155.660,70, nilai BCR
sebesar 1,10, nilai IRR sebesar 14,36 persen dan Payback Period selama 15,74 tahun. Hasil analisis sensitivitas dengan pembiayaan menggunakan tingkat suku
bunga 16 persen dengan peningkatan harga pakan lima persen menunjukkan bahwa secara finansial perusahaan tidak layak untuk dikembangkan karena
dengan nilai NPV sebesar Rp –9.102.885,50 yang berarti bahwa perusahaan mengalami kerugian, BCR sebesar 0,99, ini berarti setiap penambahan
pengeluaran sebesar Rp 1,00 maka akan menghasilkan manfaat sebesar Rp 0,99. Tingkat IRR perusahaan mencapai 15,68 persen, yang artinya berada di bawah
dari tingkat suku bunga yang digunakan. Nilai Payback Period 22,50, ini berarti investasi sebesar Rp 2.038.961,00 akan kembali selama 22,50 tahun.
Rofik 2005, meneliti tentang Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Sapi Perah Pondok Rangon Jakarta Timur. Tujuan dari penelitian
tersebut adalah untuk menganalisis karakteristik dan kelayakan usaha peternakan sapi perah Pondok Rangon serta melakukan analisis sensitivitas usaha peternakan
sapi perah Pondok Rangon. Metode analisis yang digunakan secara kuantitatif yang digunakan untuk mendapatkan besaran parameter kelayakan finansial dari
usaha ternak sapi perah yaitu NPV, IRR dan Net BC. Hasil perhitungan NPV, Net BC, dan IRR pada tingkat suku bungga 14,85 persen pada masing-masing
kelompok di Kelurahan Pondok Rangon layak untuk dilakukan. Berdasarkan analisis sensitivitas menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan harga pakan 30
persen pada semua kelompok masih layak dilakukan dalam mengembangkan usaha ternak sapi perah.
Ratniati 2007, meneliti tentang Analisis Sistem Pemasaran Ternak Sapi Potong PT Great Livestock Company, Lampung Tengah. Dalam penelitian ini
berdasarkan lembaga atau individu pemasaran yang terlibat di wilayah Bandar Lampung terdapat delapan saluran, sedangkan untuk wilayah Bogor dan DKI
Jakarta masing-masing terdapat enam dan lima saluran pemasaran. Rata-rata farmer
share dari seluruh sebaran sebesar 93,54 persen 91,47 persen sampai dengan 94,79 persen untuk wilayah Lampung; 88,47 persen 87,88 persen
sampai dengan 89,06 persen untuk wilayah Bogor, dan 85,78 persen 84,75 pesen sampai dengan 86,59 persen untuk wilayah DKI Jakarta. Hal tersebut
menunjukkan bahwa secara umum seluruh saluran di masing-masing wilayah farmer
share sudah cukup besar. Harga yang diterapkan adalah harga franco dan loco
. Berdasarkan satuan Rp per Kg bobot hidup maka total marjin pemasaran
yang paling besar diterima oleh lembaga pemasaran di wilayah Bandar Lampung terdapat pada saluran I. Namun berdasarkan satuan total volume penjualan maka
marjin pemasaran yang paling besar diterima PT GGLC terdapat pada saluran III. Marjin pemasaran yang paling besar diterima lembaga pemasaran di wilayah
Bogor dan DKI Jakarta adalah pada saluran II, sedangkan berdasarkan total volume penjualan maka saluran I memberikan yang paling besar.
Sahat 2007, meneliti tentang Analisis Permintaan Daging Sapi Segar di Wilayah DKI Jakarta. Model yang digunakan adalah model ekonometrika dengan
variabel-varibel yang diduga dapat mempengaruhi permintaan daging sapi segar di wilayah DKI Jakarta. Hasil analisis model dugaan menunjukkan bahwa
keragaman permintaan daging sapi segar dapat dijelaskan oleh model sebesar 64,6
persen dan sisanya dijelaskan oleh variabel kualitatif seperti preferensi dan selera dan variabel lain yang tidak terdapat dalam model. Hasil F-Hitung sebesar 6,68
dan P-Value sebesar 0,00 menunjukkan bahwa variabel dalam model secara serentak signifikan terhadap permintaan daging sapi segar.
Variabel yang mempengaruhi permintaan daging sapi segar secara signifikan adalah, harga daging sapi segar, harga daging ayam ras, harga ikan
segar, harga daging ayam buras, harga daging kambing, harga daging babi, serta pendapatan per kapita penduduk DKI Jakarta. Variabel yang memiliki hubungan
negatif dengan permintaan daging sapi segar adalah harga daging sapi segar, harga ikan segar, harga daging ayam buras, harga daging babi. Variabel yang
mendekati elastis karena besaran elastisitasnya mendekati satu adalah harga daging ayam ras dan harga ikan segar. Sedangkan variabel harga telur ayam ras,
harga daging kambing, serta harga daging ayam buras bersifat inelastis. Pembentukan harga di tiap lembaga pemasaran umumnya dengan metode cost-
plus - pricing.
Penelitian yang dilakukan oleh Purba 2006, mengenai Analisis Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong Kasus di PT Lembu Jantan
Perkasa. Analisis strategi dipilih berdasarkan skala prioritas dan dicari yang terbaik. Perumusan strategi terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama yaitu tahap
input dengan menggunakan matriks Evaluasi Faktor Internal IFE dan Evaluasi Faktor Eksternl EFE. Tahap kedua yaitu tahap pemaduan dengan menggunakan
matriks Internal-Eksternal I-E dan matriks SWOT. Tahap ketiga adalah tahap keputusan dengan menggunakan Quantitative Strategyc Planning Matrix
QSPM. Hasil yang diperoleh matriks IFE dan EFE dapat disusun matriks Internal-Eksternal.
Nilai IFE sebesar 3,145 dan EFE sebesar 3,341 menempatkan PT Lembu Jantan Perkasa pada sel I yang menggambarkan bahwa perusahaan dalam kondisi
internal dan eksternal yang tinggi atau kuat, dalam arti peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan dalam kondisi tinggi. Urutan strategi pengembangan bisnis
berdasarkan prioritas tertinggi untuk dilaksanakan sesuai kondisi internal dan eksternal perusahaan adalah mempertahankan kontinuitas sapi potong dengan
pengembangan pembibitan atau menyediakan sapi bakalan hasil breeding sendiri TAS = 5,233.
Rachmawatie 2005, dalam peneliatiannya yang berjudul Analisis Keputusan Peternak Rakyat Sapi Potong dalam Penerapan Teknologi Inseminasi
Buatan Kasus Desa Singasari, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap keputusan peternak rakyat sapi
potong dalam penerapan IB serta untuk mengetahui besarnya tingkat keuntungan rata-rata yang diperoleh peternak IB dan non IB dari usaha ternak sapi potong.
Keuntungan rata-rata yang diperoleh peternak IB dan peternak non IB masing- masing Rp 143.721,32 per ST per tahun dan Rp 143.932,61 per ST per tahun.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penerapan IB di Desa Singasari adalah pengalaman beternak dan tingkat pendidikan peternak yang tidak tamat
SD. Pengalaman beternak nyata pada taraf 10 persen dengan nilai odd ratio 0,86. Hal tersebut berarti semakin tinggi pengalaman beternak maka kencenderungan
peternak menerapakan IB semakin kecil. Kecenderungan peternak memiliki tingkat pendidikan tidak tamat SD untuk bersedia menerapakan IB sebesar 0,08
kali lebih kecil dibandingkan peternak lain yang tidak sekolah. Secara umum peternak di Desa Singasari lebih banyak tidak menempuh pendidikan formal yaitu
dengan persentase 64,30 persen peternak dari total peternak IB dan sebesar 43,75 persen dari total peternak bukan IB.
Madhan 2005, meneliti tentang Korelasi Antara Jarak Inseminasi Buatan Pertama Setelah Melahirkan, Days Open dan Calving Interval, serta Pengaruh
Musim Terhadap Lama Kebuntingan pada Sapi Bali. Penelitian ini bertujuan untuk melihat antara jarak Inseminasi Buatan IB pertama setelah melahirkan,
days open dan calving interval, serta pengaruh musim terhadap lama kebuntingan
pada sapi Bali yang diternakkan secara tradisional. Penelitian tersebut dilakukan berdasarkan metode survei deskriptif melalui pengumpulan data sekunder dari
inseminator dan Dinas Peternakan Propinsi Bali. Data sekunder yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan korelasi Pearson dan One-Way ANOVA. Jarak IB
pertama setalah melahirkan, days open dan calving interval rata-rata pada sapi Bali berturut-turut adalah 127±80 hari, 138,5±85 hari dan 428,7±86 hari dan
masing-masing mempunyai korelasi positif dengan koefisien korelasi antara 0,80- 0,888 P0.01. Lama kebuntingan rata-rata adalah 289±5 hari dan tidak terdapat
pengaruh musim terhadap lama kebuntingan P0,05. Prihandoko 2003, meneliti tentang Kajian Komparatif Keberhasilan
Pelaksanaan Program Inseminasi Buatan IB pada Sapi Potong di Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Magelang Propinsi Jawa Tengah. Tujuan penelitian
yaitu untuk menentukan tingkat keberhasilan pelaksanaan program IB dengan menggunakan peubah-peubah profil reproduksi yaitu Service Per Conception atau
SC, Conception Rate atau CR, Calving Interval atau CI dan Pregnancy Rate atau
PR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi IB pada sapi potong di Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Magelang telah diterima
peternak sebagai pilihan yang baik untuk mengawinkan induk-induk sapinya. Hasil peubah-peubah yang digunakan untuk memprediksi efisiensi reproduksi
angka yang dicapai Kabupaten Karanganyar adalah SC 2,68, CR 50,16 persen, PR 69,19 persen, dan CI 16,25 bulan. Sedangkan Kabupaten Magelang angka
yang dicapai adalah SC 4,50, CR 29,53 persen, PR 55,03 persen, dan CI sebesar 16,67 bulan. Hasil menunjukkan bahwa Kabupaten Karanganyar mempunyai
angka-angka efisiensi reproduksi yang lebih baik dibandingkan dengan Kabupaten Magelang.
Tabel 5 menunjukkan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian mengenai kelayakan finansial, Inseminasi Buatan
IB serta pemasaran sapi potong atau pun daging sapi potong. Posisi penelitian yang dilakukan adalah memperkaya penelitian terdahulu yang relevan.
Tabel 5. Penelitian Terdahulu Yang Relevan Mengenai Kelayakan Breeding Sapi Potong
Nama Tahun Judul
Penelitian Beda Penelitian
Terdahulu Metode Penelitian
Bukit 2007 Analisis Kelayakan Ikan Patin
Kasus di Kabupaten Bogor Objek penelitian
ikan patin dan lokasi penelitian
NPV,IRR,NBCR,P ayback
Period dan Analisis
Sensitivitas Agustina 2007
Analisis Kelayakan Finansial Pengembangan Usaha
Peternakan Sapi Perah Studi Kasus di CV Cisarua Integrated
Farming Objek penelitian
sapi perah dan lokasi penelitian
NPV,IRR,NBCR, Payback
Period ,
Analisis Sensitivitas
Rofik 2005
Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Sapi Perah
Pondok Rangon Jakarta Timur Objek Penelitian
sapi perah dan lokasi penelitian
NPV, IRR, NBCR
Ratniati 2007 Anlisis Sistem Pemasaran
Ternak Sapi Potong PT Great Giant Livestock Company,
Lampung Tengah Objek penelitian
sapi potong, lokasi penelitian metode
analisis yang digunakan dan
tujuan penelitian Margin tataniaga,
farmer share
Sahat 2007
Analisis Permintaan Daging Sapi Segar di Wilayah DKI
Jakarta Objek penelitian
sapi potong, lokasi penelitian, metode
analisis yang digunakan dsn
tujusn penelitian Ekonometrika
Purba 2006 Analisis Strategi
Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong Studi
Kasus di PT Lembu Jantan Perkasa
Objek penelitian sapi potong,
metode analisis yang digunakan
dan tujuan penelitian
EFI,EFE. SWOT dan QSPM
Rachma wati
2005 Analisis Keputusan Peternak
Rakyat Sapi Potong dalam Penerapan Teknologi
Inseminasi Buatan Studi Kasus di Desa Singasari, Kecamatan
Jonggol, Kabupaten Bogor Objek penelitian
sapi potong, lokasi, metode analisis
yang digunakan dan tujuan
penelitian Keuntungan rata-
rata, nilai odd ratio
Madhan 2005
Korelasi Antara Jarak Inseminasi Buatan Pertama
Setelah Melahirkan, Days Open dan Calving Interval, serta
Pengaruh Musim terhadap Lama Kebuntingan Sapi pada
Sapi Bali Objek penelitian
sapi potong, lokasi, metode analisis
yang digunakan dan tujuan
penelitian Way
ANOVA
Prihando ko
2003 Kajian Komparatif
Keberhasilaan Pelaksanaan Program IB pada Sapi Potong
di Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Magelang
Objek penelitian sapi potong, lokasi,
metode analisis yang digunakan
dan tujuan penelitian
Korelasi Pearson dan One- Sevice
Reconception SC, Conception
Rate CR,Calving
Interval CI dan
Pregnancy Rate
PR
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada
dalam penelitian. Selain itu, teori merupakan acuan untuk menjawab permasalahan.
3.1.1. Studi Kelayakan Proyek
Proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya- biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah
untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan, dalam satu unit. Rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek
adalah siklus proyek yang terdiri dari tahap-tahap identifikasi, persiapan dan analisis penilaian, pelaksanaan dan evaluasi Gitingger, 1986. Evaluasi poyek
sangat penting, evaluasi ini dapat dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek.
Studi kelayakan proyek adalah studi atau penelitian dalam rangka untuk menilai layak atau tidaknya proyek investasi yang akan dilakukan dengan berhasil
dan menguntungkan secara ekonomis Suratman, 2002. Secara umum aspek- aspek yang akan dikaji dalam kelayakan proyek meliputi aspek hukum, sosial
ekonomi dan budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek manajemen, aspek teknis dan teknologi, dan aspek keuangan. Investasi atau penanaman modal di dalam
perusahaan tidak lain adalah menyangkut penggunaan sumber-sumber yang diharapkan akan memberikan imbalan pengembalian yang menguntungkan di