Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Analisis Sensitivitas

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT Lembu Jantan Perkasa LJP yang berlokasi di Jalan Serang-Pandeglang Km 9,6 Desa Sindang Sari, Kecamatan Pabuaran, Provinsi Banten. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa PT Lembu Jantan Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta nasional berskala besar yang bergerak di bidang pembibitan sapi potong di Provinsi Banten. Penelitian lapang serta pengambilan data dilaksanakan pada bulan Mei 2008 hingga Juli 2008.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di perusahaan serta wawancara dengan manajer perusahaan dan karyawan perusahaan. Selain itu digunakan juga data sekunder yang diperoleh dari catatan intern perusahaan, baik catatan produksi maupun keuangan, Badan Pusat Statistik, Dinas Peternakan dan literatur yang diperoleh dari perpustakaan LSI IPB, perpustakaan FAPERTA, perpustakaan FAPET dan internet Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah : 1. Data gambaran umum perusahaan yang meliputi sejarah perusahaan, struktur organisasi perusahaan, aktivitas produksi, jenis produk, pemasaran, keuangan. 2. Data historis perusahaan, yaitu komponen-komponen biaya investasi, biaya variabel dan biaya biaya tetap, harga jual produk, volume produksi, dan realisasi penjualan. 3. Data historis produksi meliputi data persediaan bahan baku bakalan calon bibit dan semen beku IB, penggunaan sumberdaya, harga beli bibit ternak sapi potong, tenaga kerja produksi.

4.3. Metode Analisis Data

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai aspek-aspek yang dikaji dalam analisis kelayakan usaha breeding sapi potong pada PT LJP yang dijelaskan secara deskriptif. Aspek-aspek tersebut meliputi aspek teknis, aspek manajemen, aspek lingkungan dan aspek sosial serta aspek pasar. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengkaji kelayakan finansial usaha breeding sapi potong pada PT LJP berdasarkan kriteria kelayakan investasi yaitu NPV, IRR, dan Net BC Ratio dan analisis sensitivitas. Data kuantitatif dikumpulkan, diolah dengan menggunakan kalkulator dan komputer Software Microsoft Excel kemudian ditampilkan dalam bentuk tabulasi untuk memudahkan pembaca dan diberikan penjelasan secara deskriptif.

4.3.1. Aspek Teknis

Aspek teknis perlu dikaji secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi usaha pembibitan sapi potong, besarnya skala usaha atau luas produksi, proses kegiatan produksi yang dilakukan serta peralatan yang digunakan dalam usaha pembibitan sapi potong pada PT LJP.

4.3.2. Aspek Manajemen

Aspek manajemen perlu dikaji secara deskriptif untuk melihat sumberdaya manusia dalam menjalankan jenis-jenis pekerjaan pada usaha pembibitan PT LJP. Serta untuk melihat sumber daya lain seperti srtuktur organisasi yang berguna dalam menentukan garis kerja untuk mengatur pelaksanaan operasional perusahaan serta sistem informasi yang digunakan dalam perusahaan.

4.3.3. Aspek Sosial dan Aspek Lingkungan

Aspek sosial perlu dikaji secara deskriptif untuk melihat dampak yang ditimbulkan oleh adanya kegiatan usaha pembibitan sapi potong terhadap kondisi sosial masyrakat di sekitar perusahaan maupun terhadap manfaat-manfaat yang ditimbulkan secara menyeluruh dari usaha pembibitan sapi potong PT LJP. Aspek lingkungan perlu dikaji karena usaha pembibitan sapi potong berdampak pada pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh bau yang muncul dari usaha pembibitan sapi potong tersebut. Aspek lingkungan dikaji secara deskriptif untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan usaha pembibitan.

4.4.4. Aspek Pasar

Aspek pasar perlu dikaji secara deskriptif untuk melihat sistem pemasaran serta potensi pasar dari usaha pembibitan sapi potong, bagaimana distribusi, kapasitas dan kontinuitas serta tingkat harga yang ditetapkan. ∑ = + − = n t t i Ct Bt NPV 1 1

4.4.5. Analisis Aspek Finansial

Dalam melakukan analisis finansial diperlukan kriteria investasi yang yang digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya suatu usaha. Kriteria investasi yang digunakan yaitu Net Present Value NPV, Internal Rate Return IRR, Net Benefit Cost Ratio Net BC, Payback Period PP. Analisis kelayakan investasi dilakukan dengan terlebih dahulu menyusun aliran tunai diskontokan discounted cash flow karena adanya pengaruh waktu terhadap nilai uang atau semua biaya dan manfaat yang akan datang harus diperhitungkan.

4.4. Aspek-Aspek Kelayakan Investasi

Penerapan kelayakan investasi dilakukan dengan membandingkan antara besarnya biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang diterima dalam suatu proyek investasi untuk jangka waktu tertentu. Analisis investasi dilakukan dengan terlebih dahulu menyusun aliran tunai. Kriteria investasi digunakan beberapa indikator kelayakkan investasi yaitu Net Present Value NPV, Ineternal Rate of Return IRR, Net Benefit Cost Ratio NBCR, dan Payback Period PP.

4.4.1. Net Present Value NPV

Net Present Value NPV dapat diartikan keuntungan yang diperoleh selama umur investasi. Menurut Gitingger 1986, NPV adalah nilai kini arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi. Dimana : Bt = Penerimaan Benefit tahun ke-t Ct = Biaya Cost tahun ke-t n = Umur ekonomis proyek i = Tingkat suku bunggaDiscount rate Tiga kriteria kelayakan finansial berdasarkan NPV, yaitu : 1 NPV ≥0, berarti secara finansial usaha breeding sapi potong layak dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari pada biaya 2 NPV≤0, berarti secara finansial usaha breeding sapi potong tidak layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih kecil dari pada biaya yang dikeluarkan. 3 NPV═0, berarti secara finansial usaha breeding sapi potong sulit dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan. Penerimaan PT LJP meliputi penerimaan dari unit usaha breeding yang diperoleh dari biaya penjualan sapi bunting, penjualan sapi weane atau anak sapi, serta limbah kotoran sapi potong yang dapat digunakan sebagai pupuk kandang. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk usaha breeding sapi potong terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun ke-0 dan biaya reinvestasi dikeluarkan untuk peralatan-peralatan yang sudah habis umur ekonomisnya. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel dan biaya tetap dikeluarkan pada tahun ke-1, dimana dimulai kegiatan produksi. Umur proyek dari analisis kelayakan usaha breeding sapi potong adalah 10 tahun, hal ini berdasarkan umur ekonomis bangunan yaitu kandang sapi dan sarana produksi lainnya yang terdapat dalam usaha tersebut.

4.4.2. Internal Rate of Return IRR

IRR adalah nilai discount rate yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol. Internal Rate of Return adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan yang dinyatakan dalam satuan persen Gitigger, 1986. Jika diperolah nilai IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku discount rate, maka proyek dinyatakan layak dilaksanakan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus yang digunakan dalam menghitung IRR adalah sebagai berikut : IRR = i 1 + 1 2 2 1 1 i i NPV NPV NPV − − Dimana : i 1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif i 2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV 1 = NPV yang bernilai positif NPV 2 = NPV yang bernilai negative

4.4.3. Net Benefit Cost Ratio NBCR

Net BC ratio merupakan angka perbandingan antara nilai kini arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. Angka tersebut menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan uang. Kriteria yang digunakan untuk pemilihan ukuran Net BC rationya sebesar satu atau lebih jika manfaat didiskontokan pada tingkat biaya opportunities capital Gitingger, 1986, tetapi jika nilai Net BC1 maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : ∑ = = + − ∑ + − n t i n t t i Ct Bt i Ct Bt 1 1 Dimana : Bt = Penerimaan Benefit tahun ke-t Ct = Biaya Cost tahun ke-t n = Umur ekonomis proyek i = Tingkat suku bungaDiscount rate Penerimaan PT LJP diperoleh dari penjualan sapi weaner anak sapi, penjualan sapi bunting, serta penjualan limbah kotoran sapi potong. Biaya yang dikeluarkan dalam breeding sapi potong pada PT LJP terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun ke-0 dan biaya reinvestasi yang dikeluarkan untuk peralatan-peralatan sudah habis umur ekonomisnya. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel dan biaya tetap dikeluarkan pada tahun ke-1, dimana dimulai kegiatan produk.

4.4.4. Payback Period

Payback period merupakan jangka waktu periode yang dibutuhkan untuk membayar kembali semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi : untuk Bt – Ct ≥ 0 ; untuk Bt –Ct ≤ 0 BCR = suatu proyek. Semakin cepat waktu pengembalian, semakin baik proyek tersebut untuk diusahakan. Akan tetapi analisis payback period memiliki kelemahan karena mengabaikan nilai uang terhadap waktu present value dan tidak memperhitungkan periode setelah payback period. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut : PBP = I V Dimana : PBP = Jumlah waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal V = Jumlah modal yang diinvestasikan I = Hasil bersih per tahunperiode atau hasil rata-rata per tahun terdiskonto.

4.5. Analisis Sensitivitas

Menurut Soekarwati 1981, analisis sensitivitas adalah suatu proses analisis yang menunjukkan perubahan-perubahan koefisien perencanaan semula dapat berubah karena dapat dipengaruhi oleh beragam pilihan kegiatan yang dilaksanakan. Tujuan analisis sensitivitas adalah untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan atau manfaat. Analisis sensitivitas dalam penelitian usaha pembibitan sapi potong pada PT LJP dilakukan untuk menguji kepekaan perubahan keadaan terhadap kelayakan investasi. Variasi analisis sensitivitas salah satunya metode yang digunakan adalah switching value. Metode ini digunakan untuk mengetahui batas maksimum perubahan yang dapat ditolerir oleh kegiatan usaha agar layak untuk dijalankan. Nilai perubahan maksimum diperoleh dengan cara mencoba-coba tingkat perubahan nilai NPV negatif, Net BC1, dan IRR i. Variabel parameter sensitivitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kenaikkan harga Dollar terhadap Rupiah dan penurunan volume produksi.

4.6. Asumsi Dasar