74 perusahaan menggunakan sistem safety stock yang dipesan sekaligus yaitu sebesar
Rp 950.276.067,87. Besarnya biaya ini disebabkan oleh meningkatnya biaya modal yang dikeluarkan seiring bertambahnya jumlah bahan baku yang dibeli
perusahaan. Untuk itu kemudian disimulasikan kembali untuk membagi pemesanan
menjadi beberapa titik pemesanan tidak sekaligus dengan menggunakan EOQ yang dimodifikasi. Hasilnya diperoleh biaya yang jauh lebih rendah dari simulasi
pertama yaitu sebesar Rp 527.395.414,67 dengan jumlah pemesanan sebanyak 9.600 Kg sekali pesan. Selanjutnya simulasi berlanjut berdasarkan pada pesanan
ekonomis namun kali ini mempertimbangkan efisiensi dari kontainer yang digunakan yaitu 24.000 Ton. Penggunaan simulasi ini mampu menurunkan biaya
persediaan menjadi Rp 505.870.668,99 dengan tingkat efisiensi sebesar 4 persen.
7.7. Perbandingan Biaya Persediaan dengan Tingkat Keuntungan yang Hilang
Variabel yang digunakan dalam analisis biaya persediaan mencakup biaya penyimpanan dan biaya pemesanan. Namun selain itu analisis mengenai
keuntungan yang hilang akibat kurangnya persediaan juga perlu untuk diperhitungkan. Hal ini dilakukan untuk menilai tingkat imbangan antara biaya
yang dikeluarkan perusahaan dengan keuntungan yang mungkin diperoleh. Metode perusahaan yang dilakukan selama ini tidak mampu mengatasi
adanya variasi leadtime yang diberikan oleh pemasok karena perusahaan tidak menghitung kemungkinan habisnya persediaan bahan baku karena mundurnya
leadtime pemasok. Kurangnya pasokan bahan baku mengakibatkan perusahaan tidak bisa berproduksi sehingga perusahaan mengalami kerugian. Kerugian ini
75 disebabkan karena perusahaan kehilangan penjualan dan kemungkinan beralihnya
konsumen ke produk kompetitor. Pada akhirnya konsep persediaan dengan menggunakan sistem safety stock akan mampu mengurangi kerugian perusahaan
sekalipun biaya yang dikeluarkan lebih besar. Berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya terlihat bahwa sistem pembelian
yang dilakukan oleh perusahaan jauh lebih efisien dibandingkan dengan sistem pembelian yang dilakukan oleh peneliti. Namun biaya tersebut belum termasuk
dengan tingkat kerugian perusahaan jika perusahaan mengalami kehilangan penjualan karena stock out bahan baku. Untuk itu perlu dihitung kembali
mengenai kemungkinan keuntungan yang hilang karena perusahaan tidak mampu berproduksi akibat kurangnya pasokan bahan baku. Perhitungan dari
kemungkinan kehilangan keuntungan karena kurangnya pasokan dapat dilihat pada Tabel 18.
Perhitungan pada Tabel 18 menunjukkan bahwa tingkat kerugian yang dikeluarkan perusahaan menjadi jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya
persediaan simulasi. Nilai kerugian terendah yang dapat dihadapi perusahaan adalah sebesar Rp 387.459.313 dengan tingkat kemunduran leadtime 1 hari. Jika
nilai ini ditambahkan dengan biaya persediaan yang telah dikeluarkan perusahaan, hasilnya menjadi jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya persediaan dari
simulasi peneliti yaitu sebesar Rp 505.870.669. Nilai kerugian ini akan menjadi lebih besar jika ditambahkan faktor kehilangan konsumen karena
ketidaktersediaan produk di pasaran saat dibutuhkan. Namun pada kenyataannya nilai ini sangat sulit untuk diukur.
76 Hasil perhitungan di atas memperkuat hipotesis peneliti yang pertama yang
mengatakan bahwa sistem safety stock mampu mengatasi permasalahan ketidakpastian permintaan akan produk jadi dan leadtime perusahaan yang
bervariasi. Adanya persediaan ini tentu saja akan meningkatkan biaya terutama biaya persediaan karena adanya persediaan mengakibatkan perusahaan harus
mengeluarkan biaya penyimpanan. Namun setelah diperhitungkan biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan ini lebih kecil dibandingkan dengan
kemungkinan adanya keuntungan yang hilang karena perusahaan kekurangan pasokan.
Penggunaan safety stock meningkatkan biaya persediaan menjadi tiga kali lebih besar dibandingkan dengan sistem yang dilakukan perusahaan yaitu sebesar
Rp 505,870,669. Tetapi sistem safety stock dapat menekan kemungkinan perusahaan kehilangan keuntungan penjualan sebesar Rp 387,459,313 jika
supplier terlambat mengirimkan bahan baku selama satu hari. Jika keuntungan yang hilang kemudian ditambahkan dengan biaya persediaan yang dikeluarkan
perusahaan maka nilainya akan lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan jika perusahaan melakukan safety stock . Hal ini menjawab hipotesis
peneliti kedua yang mengatakan bahwa persediaan akan meningkatkan biaya terutama biaya persediaan tetapi nilainya lebih kecil dibandingkan dengan total
biaya yang dihasilkan perusahaan jika perusahaan mengalami kerugian akibat adanya penjualan yang hilang karena kurangnya pasokan.
Tabel 18 Perbandingan Kemungkinan Total Kerugian yang Dikeluarkan Perusahaan Akibat Variasi Leadtime Periode Tahun 2008
No. delivery
leadtime Hari
kemunduran leadtime
Hari Modus
Probabilitas Lost Profit
Rp Total biaya
Perusahaan Rp Peneliti Rp
1 61
1 4
9.76 387,459,313
553,881,889
505,870,669 2
62 2
3 7.32
774,918,625 941,341,201
3 63
3 3
7.32 1,162,377,938
1,328,800,514 4
64 4
1 2.44
1,549,837,250 1,716,259,826
5 65
5 2
4.88 1,937,296,563
2,103,719,139 6
66 6
1 2.44
2,324,755,875 2,491,178,451
7 67
7 1
2.44 2,712,215,188
2,878,637,764 8
69 9
4 9.76
3,487,133,813 3,653,556,389
9 70
10 2
4.88 3,874,593,126
4,041,015,702 10
71 11
2 4.88
4,262,052,438 4,428,475,014
11 72
12 1
2.44 4,649,511,751
4,815,934,327 12
73 13
1 2.44
5,036,971,063 5,203,393,639
13 74
14 3
7.32 5,424,430,376
5,590,852,952 14
75 15
3 7.32
5,811,889,688 5,978,312,264
15 76
16 1
2.44 6,199,349,001
6,365,771,577 16
77 17
2 4.88
6,586,808,314 6,753,230,890
17 81
21 1
2.44 8,136,645,564
8,303,068,140 18
83 23
2 4.88
8,911,564,189 9,077,986,765
19 84
24 1
2.44 9,299,023,501
9,465,446,078 20
89 29
1 2.44
11,236,320,064 11,402,742,640
21 92
32 1
2.44 12,398,698,002
12,565,120,578 22
104 44
1 2.44
17,048,209,753 17,214,632,329
78
7.8. Analisis Kebijakan Sistem Persediaan Bahan Baku Skim