68 mampu menampung bahan baku di atas jumlah reorder point yaitu 170 ton.
Dengan kata lain tidak ada permasalahan dengan kapasitas gudang saat ini. Sistem pengadaan bahan baku yang dilakukan pada simulasi 1 dapat dilihat pada
Gambar 7.
Sistem Persediaan Bahan Baku Menggunakan Safety Stock
0.00 50,000.00
100,000.00 150,000.00
200,000.00 250,000.00
60 120
180 240
300 360
Waktu Hari Ke- Jumlah Kg
Persediaan Bahan Baku Safety Stock
ROP
Gambar 7 Simulasi Sistem Persediaan Bahan Baku Menggunakan Safety Stock Simulasi 1
Keterangan : EOQ
= Economic Order Quantity a
= reorder point b
= jumlah persediaan minimum c
= saat kedatangan bahan baku L
= leadtime
7.5. Simulasi 2 : Pemesanan Kebutuhan Selama Leadtime Secara Berkala
Pada simulasi ini peneliti menggabungkan dua metode yaitu safety stock dengan metode Economic Order Quantity EOQ. Metode EOQ memiliki
sejumlah asumsi yang berbeda dengan metode safety stock . EOQ mengedepankan
a
b c
L EOQ
69 kestabilan, kontinuitas dan kepastian sedangkan konsep safety stock muncul
ketika manufaktur mengalami ketidakpastian dalam permintaan dan leadtime. Perusahaan saat ini mengalami permasalahan dalam hal ketidakpastian baik
ketidakpastian leadtime maupun permintaan konsumen akan produk jadi. Pada simulasi ini, ketidakpastian dari permintaan dan leadtime diatasi dengan
menggunakan konsep safety stock yang kemudian diwujudkan dalam bentuk kebutuhan selama leadtime yang dipesan ketika perusahaan memiliki bahan baku
sejumlah reorder point. Namun pembelian persediaan sebanyak kebutuhan selama leadtime dalam sekali pesan tentu saja akan meningkatkan biaya persediaan yang
tinggi. Selain itu persediaan akan menyebabkan perputaran modal menjadi lebih lambat karena modal dalam bentuk persediaan merupakan modal tidak bergerak.
Untuk itu diperlukan sistem pengadaan bahan baku yang mampu memberikan biaya yang lebih rendah namun tetap dapat menutupi permasalahan yang ada.
Simulasi pertama yaitu dengan menggunakan sistem safety stock dapat menutupi permasalahan yang ada karena kebutuhan selama leadtime dan reorder
point kini sudah didukung oleh safety stock. Pada simulasi kedua, perusahaan akan memesan bahan baku secara berkala dengan menyisipkan konsep EOQ pada
tingkat kebutuhan selama leadtime. Konsep yang digunakan adalah dengan mengefisienkan biaya pemesanan dan penyimpanan. Pada simulasi ini jumlah
bahan baku yang dipesan akan dihitung menggunakan modifikasi dari perumusan EOQ.
Model simulasi ini dibagi atas dua simulasi yaitu penentuan jumlah pemesanan berdasarkan nilai yang paling ekonomis dengan menggunakan
perumusan EOQ dan penentuan jumlah pemesanan dengan melihat efisiensi
70 penggunaan transportasi. Hal ini dilakukan agar bahan baku yang datang tetap
fresh, tidak menumpuk terlalu banyak dan terlalu lama di gudang dan sistem FIFO dapat berjalan dengan baik. Pengiriman barang yang dilakukan bertahap juga
bertuj uan agar biaya penyimpanan yang dihasilkan akan lebih kecil dan modal perusahaan yang dialokasikan untuk persediaan dapat digunakan untuk investasi
lain. Simulasi penggabungan dua metode ini dilakukan dengan dua cara. Simulasi
pertama dilakukan dengan menghitung jumlah pemesanan yang dilakukan berdasarkan
perumusan Economic
Order Quantity.
Simulasi dengan menggunakan cara pertama dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Sistem Pengadaan Bahan Baku Simulasi 2 dengan Perumusan EOQ Untuk Perencanaan Pengadaan Bahan Baku Skim PT X Periode Tahun
2008
Data Satuan
Nilai
Biaya penyimpanan RpKg
9,051.95 Biaya pemesanan
RpKg 3,089,950.00
EOQ Kg
9,516.03
jumlah pesanan Kg
132,639.29 frekuensi pesan
Kali 13.00
Waktu Hari
78.00 selang waktu pemesanan
Hari 6.00
Pada simulasi ini yang akan dipesan berkala adalah kebutuhan selama leadtime dengan waktu pemesanan leadtime adalah 78 hari. Berdasarkan
perhitungan diperoleh hasil jumlah pemesanan sebesar 9.516,03 Kg dengan frekuensi pemesanan dalam 78 hari adalah sebanyak 13 kali. Selang waktu
pemesanan berdasarkan perhitungan ini adalah setiap 6 hari sekali. Jumlah pemesanan ini dibulatkan menjadi 9.600 Kg karena pembelian dilakukan dalam
71 satuan sak dimana 1 sak adalah 25 Kg. Sistem pengadaan bahan baku yang
dilakukan pada simulasi ini dapat dilihat pada Gambar 8.
0.00 40,000.00
80,000.00 120,000.00
160,000.00 200,000.00
240,000.00 280,000.00
60 120
180 240
300 360
Waktu Hari Ke- Jumlah Kg
Persediaan Bahan Baku Safety Stock
ROP Simulasi 1
Gambar 8 Sistem Persediaan Bahan Baku Menggunakan Safety Stock dengan Pemesanan Berkala EOQ Simulasi 2a
Keterangan : EOQ 1 = Economic Order Quantity Simulasi 1
EOQ 2 = Economic Order Quantity Simulasi 2a a
= reorder point memulai pemesanan berkala L
= leadtime
Penentuan jumlah pemesanan pada simulasi kedua dilakukan dengan memperhatikan kuantitas kontainer sebagai alat transportasi. Satu kontainer
mampu menampung bahan baku skim sebanyak 960 sak atau sekitar 24.000 Kg. Hasil perhitungan simulasi dengan menggunakan cara kedua dapat dilihat pada
Tabel 16.
EOQ 2
a
L
EOQ 1
72 Tabel 16 Sistem Pengadaan Bahan Baku Simulasi 2 dengan Efisiensi Kontainer
Untuk Perencanaan Pengadaan Bahan Baku Skim PT X Periode Tahun 2008
Data Satuan
Nilai
Biaya penyimpanan RpKg
9,051.95 Biaya pemesanan
RpKg 3,089,950.00
Jumlah Sekali Pesan Kg
24,000.00
jumlah pesanan Kg
132,639.29 frekuensi pesan
Kali 5.00
Waktu Hari
78.00 selang waktu pemesanan
Hari 15.00
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan jumlah pemesanan sebesar 24.000 Kg diperoleh frekuensi pemesanan dalam 78 hari adalah sebanyak 5 kali.
Selang waktu pemesanan berdasarkan perhitungan ini adalah setiap 15 hari sekali. Penggunaan sistem ini mampu menekan jumlah frekuensi pesan sebanyak 50
persen atau setengah dari pemesanan dengan sistem EOQ. Sistem pengadaan bahan baku yang dilakukan pada simulasi ini dapat dilihat pada Gambar 9.
0.00 40,000.00
80,000.00 120,000.00
160,000.00 200,000.00
240,000.00 280,000.00
60 120
180 240
300 360
Waktu Hari Ke- Jumlah Kg
Persediaan Bahan Baku Safety Stock
ROP simulasi 1
Gambar 9 Sistem Persediaan Bahan Baku Menggunakan Safety Stock dengan Pemesanan Berkala Efisiensi Kontainer Simulasi 2b
EOQ 2
a
L
EOQ 1
73
Keterangan : EOQ 1 = Economic Order Quantity Simulasi 1
EOQ 2 = Economic Order Quantity Simulasi 2b a
= reorder point memulai pemesanan berkala L
= leadtime
7.6. Analisis Biaya Persediaan