kalo kelajuan? G: jarak per waktu.

69 kmjam. Setelah diberikan ilustrasi siswa menyatakan bahwa percepatan merupakan dua kali kecepatan. Pernyataan ini siswa menunjukkan bahwa siswa tidak dapat membahasakan apa yang ada dipikirannya. Hal ini terbukti setelah peneliti mencoba mengganti pertanyaan yakni di dalam percepatan yang berubah itu variabel apa. Siswa kembali menyimpulkan “percepatan itu perubahan kecepatan”. Jawaban siswa ini kurang tepat karena siswa belum menyebutkan adanya variabel waktu. Peneliti mencoba menanyakan apakah waktunya tidak diperhitungkan. Siswa kemudian mengubah pernyataan dan menyatakan “perubahan kecepatan per waktunya”. Untuk mengkonfirmasi jawaban siswa, peneliti mencoba memberikan sebuah soal terkait konep percepatan. Ternyata siswa dapat menjawab soal dengan cukup baik. Tabel 9 menunjukkan proses perubahan pemahaman siswa. Siswa mengubah skema awalnya yang ditunjukkan pada nomor 1 . Siswa menyatakan bahwa percepatan merupakan kecepatan rata-rata. Peneliti memberikan stimulus berupa ilustrasi pada nomor 2 . Ilustrasi ini mengembangkan pemahaman siswa. Siswa dapat menyatakan bahwa percepatan merupakan perubahan kecepatan. Pengembangan pemahaman ini disebut juga tahap akomodasi. Kesulitan yang dialami siswa ini adalah kesulitan memahami bahasa dan kesulitan merumuskan apa yang ada di pikirannya. Setelah diberikan pertanyaan-pertanyaan siswa dapat mencapai tahap ekuilibrasi pada konsep percepatan yang ditunjukkan pada tabel 10 nomor 9 10 11 . Hal ini terbukti saat siswa dapat menyelesaikan soal yang diberikan peneliti. 70 Proses-proses yang ditunjukkan pada tabel 4 sampai tabel 9 diatas menunjukkan contoh peristiwa akomodasi pada konsep jarak, perpindahan, kecepatan, kelajuan dan percepatan. Siswa memodifikasi pengetahuan mengakomodasi bahkan menciptakan skema baru ketika apa yang mereka ketahui tidak sesuai dengan kenyataan. Siswa B dan D mengalami akomodasi pada konsep jarak dan perpindahan. Siswa C, D dan F mengalami akomodasi pada konsep kelajuan dan kecepatan. Keempat siswa mengubah pemahaman awal setelah diberikan stimulus. Proses perubahan diatas sesuai dengan pengertian akomodasi menurut Gallagher Reid 1981 dan menurut Woolfolk 2009 dimana, siswa memodifikasi pengetahuan mengakomodasi ketika apa yang mereka ketahui tidak sesuai dengan kenyataan. Namun, peristiwa akomodasi ini tidak terlepas dari peristiwa asimilasi. Selama proses perubahan, siswa mengasimilasi pertanyaan yang diberikan ke dalam skema awal yang dimiliki siswa. Hal ini sesuai dengan teori piaget 1956 yang menyatakan bahwa peristiwa akomodasi tidak dapat terlepas dari proses asimilasi. Adapun stimulus yang diberikan peneliti berupa: analogi, ilustrasi yang mudah dibayangkan siswa, soal hitungan, pertanyaan konfirmasi, dan pertanyaan yang bersifat meminta alasan. 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Skema kognitif menunjukkan bahwa siswa tidak memahami konsep, melainkan ―hanya menghafal‖ rumus saja sehingga siswa cenderung lupa dengan apa yang sudah diajarkan. Lima orang siswa yang diwawancara memiliki skema awal yang berbeda-beda. Siswa F memiliki skema yang paling lengkap dan siswa C memiliki skema yang kurang. Semua siswa tidak dapat mendefinisikan definisi gerak dengan baik dan tidak dapat mendefinisikan kelajuan sama sekali. Bahkan, kelima siswa memiliki konsep yang salah tentang kecepatan dan menyatakan bahwa kecepatan merupakan jarak tiap satuan waktu. Siswa C, E dan F mengalami peristiwa asimilasi tentang definisi gerak. Awalnya ketiganya menyatakan bahwa benda yang bergerak ditandai dengan perpindahan. Namun saat diberikan pertanyaan konfirmasi dan ilustrasi pengecoh, siswa mengembangkan pemahamannya dan menyatakan bahwa benda dikatakan bergerak jika berpindah, memiliki titik acuan tertentu tergantung pengamat.