48
Pambudi sebagai „kelilip desa‟, hingga pergi ke dukun yang bernama Eyang Wira untuk meminta jimat dan mengusir Pambudi.
f. Bagian Keenam
Suatu malam, Pambudi sedang melamun. Ia memikirkan kejadian beberapa hari yang lalu saat ia membantu Sanis. Sudah lama Pambudi memiliki
perasaan kepada gadis bernama Sanis. Hanya saja Sanis masih SMP, sedangkan Pambudi sudah berumur 24 tahun. Hal tersebutlah yang sedang ia pikirkan.
Hingga larut malam, Pambudi pun belum bisa tidur karena masih memikirkan Sanis. Namun karena sudah terlalu malam, ia berusaha tidur. Akan tetapi niatnya
diurungkan ketika ia mendengar ada seseorang yang masuk ke dalam rumahnya. Pambudi pun keluar, dan diam-diam mengikuti orang yang masuk ke
rumahnya. Dengan kesabarannya, akhirnya Pambudi berhasil menangkap orang tersebut. Pambudi berteriak memanggil ayahnya. Setelah tertangkap, Pambudi dan
ayahnya segera mengamankan orang tersebut. Pambudi juga keluar rumah karena ia sempat melihat orang tersebut meletakan sesuatu di luar rumah. Tak lama
kemudian, Pambudi kembali masuk ke rumah dengan membawa kain mori yang tergulung. Melihat hal itu, ayah Pambudi kaget dan meminta Pambudi untuk
membuang benda tersebut yang diyakini sebagai jimat untuk mengusir Pambudi. Pambudi dan Ayahnya pun mendesak orang itu untuk memberitahu siapa yang
mengutusnya. Tadinya orang itu menolak, namun akhirnya ia pun mengaku bahwa Pak Dirga lah yang menyuruhnya. Betapa kagetnya ayah Pambudi
49
mendengar perkataan itu. Ia tidak menyangka lurahnya akan melakukan hal seperti itu kepada anaknya.
g. Bagian Ketujuh
Hari itu adalah hari yang luar biasa bagi Bu Runtah, istri Pak Dirga. Hari itu Bu Runtah akan diuji kepandaiannya merias pengantin perempuan, dan yang
akan mengujinya adalah Bu Camat. Bu Runtah sangat cemas, ia takut kalau nanti dirinya gagal. Bu Runtah telah mempersiapkan seseorang gadis yang akan
dijadikan modelnya, yaitu Jirah. Bu Runtah meminta pendapat kepada Pak Dirga. Mendengar Jirah yang dijadikan model, Pak Dirga pun menyarankan Bu Runtah
untuk mengganti modelnya. Pak Dirga sebenarnya ingin menyarankan agar Sanis yang dijadikan model, hanya saja Pak Dirga takut istrinya curiga bahwa Pak Dirga
menaruh perhatian pada Sanis. Namun pada akhirnya Bu Runtah pun meneyetujui apabila Sanis dijadikan modelnya.
Diam-diam Pak Dirga pun melakukan penjajakan. Dengan dalih hendak menjodohkan Sanis dengan Bambang Sumbodo putra Pak Camat, Pak Dirga
meminta Bu Runtah untuk melihat apakah Bambang Sumbodo tertarik pada Sanis. Bu Runtah tidak mengetahui bahwa Pak Dirga sedang melakukan penjajakan,
karena sesungguhnya Pak Dirga tertarik pada Sanis. Bu Runtah pun mengikuti rencana suaminya itu tanpa mengetahui rencana Pak Dirga yang sesungguhnya.
50
h. Bagian Kedelapan
Akibat dari perbuatan yang telah dilakukan Pambudi berdampak pula pada keluarganya. Kini Pak Lurah turut membenci ayah Pambudi. Bukan hanya
Pak Lurah saja yang membencinya, namun oleh warga Tanggir ayah Pambudi dan keluarganya seperti dikucilkan. Ayah Pambudi pun merenungkan masalah yang
menyebabkan dirinya dan keluarganya mendapat perlakuan yang demikian. Semua itu tentu saja bermula dari perbedaan pendapat antara Pak Lurah dengan
anaknya, Pambudi. Oleh sebab itulah, ayah Pambudi menginginkan agar Pambudi mengalah
dengan cara pergi meninggalkan Desa Tanggir. Hal itu agar ayahnya dapat hidup dengan tenang dan Pambudi juga terbebas dari masalah dengan Pak Lurah.
Mendengar perkataan ayahnya, Pambudi sempat menolak. Namun setelah berpikir beberapa saat akhirnya Pambudi mengikuti keinginan ayahnya. Ia mulai mencari
teman atau saudaranya yang tinggal di luar kota. Akhirnya Pambudi pun berniat untuk menemui sahabatnya, Topo, yang tinggal Yogya.
Setibanya di Yogya, Pambudi langsung menuju tempat tinggal Topo. Ia mengatakana maksud dan tujuannya datang ke Yogya. Pambudi pun menceritakan
semua masalah yang terjadi dalam dirinya. Setelah bercerita cukup lama, akhirnya Topo mengizinkan Pambudi untuk tinggal bersamanya. Ketika malam hari,
mereka berdua kembali bercerita, dan tiba-tiba Topo mengatakan bahwa ada baiknya jika Pambudi meneruskan pendidikannya. Mendengar hal tersebebut
Pambudi kaget. Bukan pertama kali ia menerima ajuran itu, bahkan ia sering PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI