Analisis dan Pembahasan Tema Novel Di Kaki Bukit Cibalak

68 melakukan penjajakan dan ingin membuktikan kebenaran berita tersebut. Hal tersebut tampak dalam kutipan berikut. 29 Itu logika Bu Runtah yang tidak pernah dapat menyelami pikiran suaminya. Ia tidak tahu bahwa suaminya sedang melakukan penjajakan, apakah benar Bambang Sumbodo juga tertarik kepada Sanis. Kalau benar, Pak Dirga akan memberikan bantuan apa pun, karena Bambang putra Camat. Tetapi Pak Dirga sungguh-sungguh berharap agar berita yang menghubung-hubungkan Bambang dengan Sanis hendaknya hanya desas-desus belaka. Ini lebih baik bagi Pak Dirga Tohari, 2014: 82. 30 Pak Dirga sengaja memberi tekanan yang nyata pada kata “Bambang”, supaya rasa waswas di hati istrinya lenyap. Padahal batin Lurah Tanggir itu berkata, “Kalau kamu sendiri berkata bahwa Sanis cantik, mestikah aku berkata sebaliknya? Dengar kata Eyang Wira tentang pisang apupus cinde. Sanis adalah pisang apupus cinde itu, dan aku adalah lurah di Desa Tanggir ini” Tohari, 2014: 91. 8 Bagian Kedelapan Terdapat beberapa cerita yang menonjol dalam bagian kedelapan. Cerita menonjol yang pertama mengenai kepergian Pambudi ke Yogya. Konflik antara Pak Dirga dengan Pambudi sangat dirasakan oleh Pambudi dan keluarganya. Pambudi dan keluarganya tidak disenangi oleh Pak Dirga lurah mereka. Bukan itu saja, warga Tanggir juga mengucilkan Pambudi dan keluarganya. Hal tersebut membuat ayah Pambudi meminta anaknya untuk pergi dari Desa Tanggir. Mendengar perkataan ayahnya, Pambudi pun bingung hendak pergi kemana. Namun akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke Yogya. Nantinya ketika di Yogya, Pambudi akan menemui sahabatnya Topo untuk meminta bantuan. Hal tersebut tampak dalam kutipan berikut. 31 “Dengar Nak, sudah lama Ayah merenungkan masalah ini. Ayah ingin kau menyingkir dari desa ini untuk kepentinganmu sendiri serta atas keputusan dan pertimbanganmu. Bukan lari sebagai orang yang 69 dikalahkan. Dengan demikian sekaligus kau menolong Ayah, sebab Lurah tidak akan membenciku lagi. Sungguh, anakku, aku merasa bukan hanya Lurah yang merasa tidak senang padaku. Lama-lama aku merasa terasing di desaku sendiri. Pikirkanlah” Tohari, 2014: 94- 95. 32 “Baik, Ayah. Tetapi berilah aku kesempatan berpikir dulu barang beberapa hari. Tentu Ayah maklum, apa yang hendak kuputuskan bukanlah perkara sepele. Aku harus mempertimbangkannya dengan sungguh- sungguh” Tohari, 2014: 96. 33 Nah, kecuali Topo. Ia masih kuliah di Yogya. Dulu Topo menjadi sahabat karib Pambudi, duduk sebangku. Teman membuat contekan dan teman mencuri pepaya yang tumbuh di belakang gedung SMA. Anak pensiunan polisi itu layak kutemui, pikir Pambudi. Kalau Topo tidak dapat memberikan pertolongan, paling tidak ia patut kumintai pandangan-pandangan Tohari, 2014: 96-87. Cerita yang menonjol berikutnya ialah keinginan Pambudi untuk melanjutkan sekolah ke jenjang perkuliahan. Setelah bercerita banyak dengan Topo, sahabatnya itu pun mengajurkan kepada Pambudi untuk meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Sebenarnya dalam hati Pambudi ingin melanjutkan kuliah, hanya saja ia tidak memiliki biaya untuk melanjutkan kuliah. Pambudi pun bimbang dan terus memikirkan rencananya untuk kembali bersekolah. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut. 34 “Masuk kampus Aku tidak ragu sedikit pun untuk berkata bahwa, apa yang layak kau lakukan sekarang ini adalah bersekolah lagi” Tohari, 2014: 101. 35 Pambudi terperangah. Bukan oleh maksud kata-kata Topo, tetapi oleh tekanan dan cara sahabatnya menyampaikan ucapana itu. Begitu tandas dan meyakinkan. Bukan untuk pertama kali pemuda Tanggir ini menerima anjuran demikian. Bahkan ia sering memikirkan kemungkinan itu Tohari, 2014: 101. 36 Tengah malam Pambudi tertidur. Sebelum melingkarkan badannya dalam kain sarung ia berjanjing kepada Topo akan mempertimbangkan usahnya baik-baik. Menjadi mahasiswa Merdu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70 juga kedengarannya, pikir Pambudi sebelum lelap Tohari, 2014: 102. 9 Bagian Kesembilan Terdapat beberapa cerita yang menonjol dalam bagian kesembilan. Cerita yang menonjol dalam bagian kesembilan ialah Pambudi memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya. Ia pun mulai memikirkan masalah biaya untuk sekolah dan kebutuhannya selama di Yogya. Pambudi pun memutuskan untuk mencari pekerjaan sementara. Topo sahabatnya, menawarinya pekerjaan di sebuah toko jam tangan. Dulu Topo pernah bekerja di tempat itu selama satu tahun. Pambudi pun tertarik dan ia bekerja di toko jam tangan tersebut. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut. 37 “Kau yang menunjukkan kepastian itu, Kawan, kuterima usulmu dengan penuh kesadaran. Terima kasih. Dan bukankah aku tidak terlalu bebal bila memutuskan untuk menjadi seorang mahasiswa?” Tohari, 2014: 104. 38 Tujuh bulan harus dilalui Pambudi sebelum tiba saatnya menempuh ujian masuk. Walau sekian lama dirasakan terlalu panjang bila diisi dengan menghafal pelajaran-pelajaran yang justru pernah dikuasainya. Uang 90.000 yang dibawanya dari Tanggir akan terus berkurang bila Pambudi tidak mencari penghasilan baru Tohari, 2014: 105. 39 “Kemarin aku telah menelepon Nyonya Wibawa. Kutanyakan padanya apakah dia bisa menerimamu bekerja di sana. Kau bisa diterima di sana. Janda itu meiliki dua buah toko jam tangan, dan aku pernah bekerja setahun padanya. Datanglah ke sana besok pagi. Kau sudah kuperkenalkan” Tohari, 2014: 207. Cerita yang menonjol berikutnya ialah kedekatan Pambudi dengan anak gadis pemilik toko jam tangan tempatnya bekerja. Nama gadis itu adalah Mulyani. Awal mula kedekatan mereka berawal dari Pambudi yang tidak senagaja mengisi teka-teki silang milik Mulyani, dan mengirimkannya ke kepada redaksi. 71 Kedekatan mereka terus berlanjut dan mereka pun mulai saling mengenal satu sama lain dengan baik. Dari situlah tumbuh perasaan di dalam hati Mulyani kepada Pambudi. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut. 40 Suatu ketika mulyani tampak gelisah dan kesal. Di depannya terpapar sebuah teka-teki silang yang besar. Ia tidak mampu menjawab semua pertanyaan. Mulyani putus asa, lalu meninggalkan majalah itu di atas kaca etalase. Karena senggang Pambudi mengambil majalah itu dan meneruskan menjawab teka-teki yang tidak terselesaikan oleh anak majikannya. Setelah penuh diam-diam Pambudi mengirimkannya kepada redaksi Tohari, 2014: 108. 41 “Kalau begitu kau yang berhak atas wesel ini Pam,” kata Mulyani. Itulah pertama kali dia mengajak berbicara pegawainya Tohari, 2014: 109. 42 Pada saat belajar bersama itulah kedua anak muda itu saling mengenal lebih baik. Pambudi merasa percuma bersandiwara terus-menerus. Maka ia berkata dengan jujur siapa dia sebenarnya. Dikatakannya pula kepada Mulyani, mungkin hanya tinggal tiga bulan ia bekerja pada orangtuanya Tohari, 2014: 112. 43 “Nah, kau mulai berbicara dengan hanya menggunakan otak. Aku benci, benci pada orang yang tidak bisa menghargai perasaan. Persahabatan harus juga dihiasi dengan perasaan. Pam, kaukira kau tak mempunyai cukup perasaan” Tohari, 2014: 113. Cerita yang menonjol selanjutnya ialah mengenai beredarnya fitnah mengenai adanya hubungan antara kepergian Pambudi ke Yogya dengan hilangnya uang di lumbung koperasi desa. Mendengar kabar tersebut Pambudi pun merasa tidak terima. Ia yakin bahwa yang menyebarkan berita tersebut adalah Pak Dirga dan Poyo. Pambudi pun berniat untuk menuntut Pak Dirga dan Poyo. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut. 44 Kelihatannya Tanggir hidup dalam tarikan-tarikan napas yang tenang. Tetapi di balik ketenangan itu beberapa orang sedang mengembangkan intrik untuk menjatuhkan Pambudi. Bisik-bisik menjalar di antara penduduk Tanggir yang tidak pernah peduli apakah kabar itu benar atau tidak. Fitnah itu dengan cepat menjalar dari mulut 72 ke telinga, dari kuping ke mulut dan ke telinga lainnya. Hanya beberapa orang sejak semula merasa dekat dan percaya kepada Pambudi yang tidak terpengaruh oleh berita itu, bahwa kepergian Pambudi ke Yogya bersangkut paut dengan hilangya uang lumbung koperasi Desa Tanggir sebanyak 125.000 rupiah Tohari, 2014: 114. 45 “Kampret” teriak Pambudi dalam hati. “Ini pasti perbuatan Lurah Tanggir dan Poyo. Pengecut Akan kubuktikan di depan pengadilan siapa yang menggarong uang itu. Penduduk Tanggir harus yakin bahwa aku masih tetap si Pambudi yang dulu, yang menganggap kejujuran adalah hal yang wajar yang harus dihormati oleh semua orang. Aku bukan hanya menghormati, bahkan sudah dan akan tetap mengamalkannya. Aku harus membela diri, karena tuduhan terhadap diriku sudah keterlaluan. Aku harus menantang mereka sampai ke depan hakim. Harus” Tohari. 2014: 115. 10 Bagian Kesepuluh Terdapat beberapa cerita yang menonjol dalam bagian ini. Cerita menonjol yang pertama ialah Pambudi berhenti bekerja di toko arloji milik Nyonya Wibawa, dan ia mulai bekerja di harian Kalawarta. Saat itu Pak Barkah mengetahui bahwa Pambudi tinggal di Yogya, kemudian Pak Barkah berpikir untuk mengajak Pambudi untuk bergabung dan bekerja di harian Kalawarta. Hal tersebut karena salah satu karyawan yang ditunjuk oleh Pak Barkah untuk melaksanakan sebuah proyek telah mengundurkan diri. Oleh sebab itu, Pak Barkah meminta Pambudi untuk menggantikan posisi karyawan tersebut. Akhirnya Pambudi menyetujuinya dan ia mulai bekerja di harian Kalawarta. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut. 46 Pada saat itu Pak Barkah telah mengetahui Pambudi tinggal di kota yang sama, Yogyakarta, karena pemuda itu sendiri telah dua kali mengunjungi Pak Barkah. Menurut pendapat pemimpin Redaksi Kalawarta itu, Pambudi tidak terlalu banyak berbeda dengan Pendi Toba. Anak dari Tanggir itu kemauannya keras. Pengetahuan umumnya baik. Kejujurannya sangat tampak. Dan satu hal lain yang tak dapat dipungkiri oleh Pak Barkah, Pambudi menyimpan semacam 73 obligasi moral pada harian Kalawarta. Jadi Pambudi sangat patut mengisi lowongan yang ditinggalkan oleh si Pendi itu Tohari, 2014: 120. 47 “Dik Pambudi,” kata Pak Barkah pada suatu malam di rumahnya. “Aku menghendaki hubungan yang lebih hidup di antara kita berdua. Bagaimana kalau kau kuminta menggantikan Pendi Toba?” Tohari, 2014: 120. 48 “Ya, Pak,” jawab Pambudi dengan hati berdebar. Ia melihat harapan yang besar, tujuannya untuk meneruskan kuliah akan lebih gampang terlaksana Tohari, 2014: 121. Cerita yang menonjol selanjutnya ialah mengenai rasa simpati yang diberikan Bambang Sumbodo kepada Pambudi. Mendengar berita mengenai fitnah yang menimpa Pambudi membuat Bambang Sumbodo merasa simpati kepada Pambudi. Rasa kagum dengan kepribadian yang yang dimilik Pambudi membuat Bambang ingin membela Pambudi. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut. 49 Jadi Bambang juga mendengar desas-desus yang memburuk-burukan nama Pambudi. Walaupun Bambang hanya mendengar nama itu, tetapi sesungguhnya secara diam-diam ia menghormatinya. Pambudi yang masih semuda itu telah memiliki pribadi yang utuh. Bukan suatu kebetulan kalau Bambang mengagumi pemuda yang mempunyai kepribadian seperti Pambudi itu Tohari, 2014: 127. 50 Tentang Pambudi. Bambang yakin bahwa bisik-bisik buruk yang menjelek-jelekan pemuda Tanggir itu palsu belaka. Ia merasa wajib membelanya, setidak-tidaknya ia harus berbicara dengan Pambudi Tohari, 2014: 128. 51 “Pasti kau mengerti, Pambudi menjadi korban kabar bohong sekarang. Ada orang yang ingin merusak nama baiknya. Sudah kukatakan Pambudi seorang pemuda yang baik. Aku tak pernah meragukan kejujurannya. Oleh karena itu aku ingin menemuinya di Yogya. Tidak apa-apa, aku hanya akan mengatakan ia tidak perlu berkecil hati oleh kabar buruk yang menyangkut dirinya. Mudah-mudahan simpati yang kuberikan dengan ikhlas, akan mengurangi beban hatinya. Hanya itu” Tohari, 2014: 131. 74 11 Bagian Kesebelas Cerita yang menonjol pada bagian kesebelas mengenai Pak Dirga yang melamar Sanis dan menjadikan Sanis sebagai istrinya. Setelah tahu bahwa Bambang Sumbodo tidak tertarik pada Sanis, akhirnya Pak Dirga memberanikan diri untuk mendekati Sanis. Pak Dirga hendak melamar dan menjadikan Sanis sebagai istrinya yang kesekian. Untuk itulah Pak Dirga meminta sesorang untuk pergi ke rumah orang tua Sanis, dan mengantarkan sejumlah uang sebagai tanda Pak Dirga melamar Sanis. Sementara itu dilain pihak, ayah Sanis dilanda kebimbangan. Sedangkan ibu Sanis, mendengar kabar tersebut langsung menyatakan tidak setuju apabila Sanis dijadikan istri Pak Dirga. Setelah berdebar dengan istrinya, akhirnya ayah Sanis menyatakan setuju dengan lamaran tersebut. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut. 52 Atas penelitiannya sendiri Pak Dirga yakin bahwa Bambang tidak mengharapkan Sanis. Ini dia Memang benar, Lurah Tanggir itu tahu, Sanis sering menerima surat dari Pambudi, tetapi apa arti bocah igusan yang sudah dienyahkannya itu. Pak Dirga merasa telah mengalahkan Pambudi. Logika yang primitif mengajarkan, milik yang kalah menjadi hak si pemenang. Dan Pak Dirga tidak pernah melupakan kata- kata Eyang Wira, “Dulu, para demang atau lurah berhak memetik pisang apupus cinde .” Sanis tumbuh menjadi gadis yang paling cantik di Tanggir. Ia amat layak mendampingi laki-laki yang paling berkuasa di desa ini: aku Begitu Pak Dirga membenarkan naluri bajulnya Tohari, 2014: 135. 53 Maka ketika ia menerima perintah untuk menjumpai Pak Modin, kebayan tua itu langsung maklum. Tugas yang ia terima untuk melamar Sanis bagi Pak Dirga akan ia tunaikan dengan gemilang Tohari, 2014: 136. 54 Selesai mengutarakan maksudnya, Kebayan menyodorkan sebuah bungkusan. Duta Pak Dirga yang membuka bungkusan itu, isinya dibagi menjadi dua bagian. Yang sebagian jelas berupa tumpukan 75 uang kontan, lainnya masih terbungkus oleh saputangan Tohari, 2014: 136. 55 “Pulanglah, tinggalkan bawaan itu di sini” Tohari, 2014: 138. 56 “Artinya kalian menerima lamaran Pak Dirga Nah, begitu. Uang yang saya bawa ini berjumlah 150.000, untuk kalian berdua. Yang berada di dalam bungkusan itu adalah cincin, gelang, dan kalung emas untuk Sanis. Masih ada lagi, surat-surat keterangan sebuah sepeda motor atas nama anakmu. Motor itu sekarang masih di toko. Sesudah pernikahan, anakmu akan ke sana kemari dengan motor Tohari, 2014: 138-139. 12 Bagian Kedua Belas Cerita yang menonjol dalam bagian kedua mengenai terungkapnya kecurangan yang selama ini dilakukan oleh Lurah Desa Tanggir. Melalui tulisannya di harian Kalawarta Pambudi menceritakan tentang desanya, termasuk mengenai kecuranga-kecurangan yang dilakukan oleh pemimpin desa tersebut. Hal ini pun mengundang perhatian dari berbagai pihak, termasuk Pak Camat, dan anaknya Bambang Sumbodo. Sementara itu, Bupati yang juga mengikuti tulisan Pambudi segera mengambil tindakan. Bupati pun memerintahkan Pak Camat untuk membantah tulisan Pambudi demi otoritas pemerintah setempat, serta memerintahkan agar Lurah Desa Tanggir itu diganti dan ditangkap. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut. 57 “Wah, Ayah. Seorang terpelajar seperti Pambudi pasti tahu bahwa memfitnah seseorang dapat dipidana. Tentu Ayah pernah mendengar, ada kabar busuk yang pernah tersebar di Tanggir. Pambudi menggelapkan uang koperasi sebanyak 125.000 rupiah. Dapat kita tebak siapa yang membuat berita itu. Sekarang Pambudi sedang melancarkan serangan balasan. Kalau anak itu berbuat demikian, berarti ia sedang mengajak lurahnya berhadap-hadapan di depan pengadilan” Tohari, 2014: 152. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76 58 “Tentu. Kumpulkan data yang resmi. Suruh seorang yang pandai menyusun suatu pernyataan bantahan, tetapi awas. Ambilah sikap yang tepat sehingga tidak nampak kita membela Lurah Tanggir. Jadi hati-hati dalam menyusun redaksi pernyataan itu. Kemudian gantilah Lurah Tanggir” Tohari, 2014: 153. 59 Tulisan Pambudi harus dibantah demi kehormatan otoritas Pemerintah Daerah, yang tidak mungkin didikte oleh seorang wartawan harian kecil seperti Kalawarta. Pemecatan Lurah Tanggir juga perlu, sebab lama-lama ia berbahaya juga bagi nama baik Bupati dan segenap bawahannya Tohari, 2014: 154. 60 Pokoknya, untuk membereskan masalah Lurah Tanggir, Pak Camat akhirnya menemukan sebuah cara: Diam-diam ia menyuruh seseorang menyelenggarakan meja judi. Dapat dipastikan Pak Dirga akan muncul di arena judi itu. Apalagi dengan bisik-bisik diberitakan, bahwa beberapa perempuan cantik akan melayani meja judi itu. Pada malam kedua Pak Dirga masuk perangkap. Seorang jaksa menangkap basah Lurah Tanggir itu sedang mengocok kartu Tohari, 2014: 156. 61 Yang jelas, sekarang ada alasan resmi untuk menjemur Pak Dirga di halaman kantor polisi. Langkah pertama yang telah ditempuh Pak Camat telah berhasil menjatuhkan Lurah Tanggir. Pendapat umum atas tindakan selanjutnya telah diarahkan dengan sempurna. Sesudah dijemur di halaman kantor polisi itu, beslit Pak Dirga dicabut. Gampang, sangat gampang. Diharapkan semua orang akan berkata “Lurah Tanggir dipecat gara-gara ia bermain judi.” Bukan dengan alasan lain, apa pun bunyinya Tohari, 2014: 156. 13 Bagian Ketiga Belas Cerita yang menonjol pada bagian terakhir ini mengenai perasaan yang dirasakan oleh Mulyani kepada Pambudi. Mulyani dan Pambudi semakin lama semakin dekat sehingga tumbuhlah perasaan di antara mereka berdua. Dalam bagian ini, Mulyani ingin mengutarakan perasaannya kepada Pambudi. Namun ia malu, karena ia seorang perempuan yang tak mungkin untuk mengutarakan perasaannya terlebih dahulu. Begitu pula Pambudi, ia masih ragu karena ia berbeda etnis dan status sosial dengan Mulyani. Sebenarnya Pambudi juga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77 mencintai Mulyani, namun ia masih menyimpan perasaannya itu. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut. 62 Menjelang ujian kenaikan tingkat, Mulyani makin menyandarkan diri pada Pambudi. Malam-malam ia sering datang menyusul ke kantor Redaksi Kalawarta Tohari, 2014: 158. 63 Ada jam tangan baru di tangan kiri Pambudi. Ada baju baru melekat di badannya. Hanya mereka berdua yang tahu bahwa barang-barang itu pemberian Mulyani Tohari, 2014: 159. 64 “Sungguh, Mas Pam, mestinya kau yang mengemukakan masalah yang akan kukatakan berikut ini. Bukan aku. Tetapi karena kau selalu begitu-begitu saja, aku telah melanggar naluriku sendiri sebagai seorang perempuan. Mas Pam, kita harus bebrbicara sekarang, kita harus berbicara...” Tohari, 2014: 167. 65 “Aku seorang pemuda biasa yang berumur 27 tahun. Tak ada yang kurang pada diriku, utuh dan sehat. Apa yang dirasakan oleh Mulyani, aku pun merasakannya pula. Rasa cinta tidak mati, meskipun aku telah dikhianatinya. Apa salahnya kalau kuakui bahwa Mulyani segar dan lembut. Apa salahnya kalau aku berkata bahwa sudah lama aku tertarik padanya. Te tapi yang kutampilkan adalah sikap kemunafikan” Tohari, 2014: 168. 66 “Dengan sungguh-sungguh aku berusaha supaya aku tidak jatuh cinta kepada Mulyani, karena tentang cinta aku berpendirian sangat kolot: Rasa cinta hanya tersedia buat bekal perkawinan. Nah, aku hendak mengawini Mulyani? Oh, seribu perbedaan yang harus kusingkirkan sebelum aku memutuskan berbuat demikian” Tohari, 2014: 169. 67 Seandainya ia bisa bertutur kata, pastilah Cibalak akan berseru, “Karena Mulyani, apakah kau akan meninggalkan aku, Pambudi?” Serunya tidak pernah terdengar orang. Dan Bukit Cibalak membisu abadi Tohari, 2014: 170. Dari ketiga belas bagian cerita yang terdapat dalam novel, terdapat bagian cerita yang menonjol. Pada bagian pertama, cerita yang menonjol terdapat pada kutipan 3. Pada bagian kedua, cerita yang menonjol terdapat pada kutipan 5, 6, 7, 8, dan 9. Pada bagian ketiga, cerita yang menonjol terdapat pada kutipan 12. 78 Pada bagian keempat, ceria yang menonjol terdapat pada kutipan 15 dan 16. Pada bagian kelima, cerita yang menonjol terdapat pada kutipan 18 dan 19. Pada bagian keenam terdaapat empat cerita yang menonjol, yaitu kutipan 23, 24, 26, dan 27. Pada bagian kedelapan, cerita yang menonjol terdapat pada kutipan 31. Pada baguan kesembilan, cerita yang menonjol ada pada kutipan 38, 39, 42, dan 43. Pada bagian kesepuluh, terdapat dua cerita yang menonjol, yaitu pada kutipan 50 dan 51. Pada bagian kesebelas, cerita yang menonjol ada pada kutipan 52. Pada bagian kedua belas, cerita yang menonjol terletak pada kutipan 58, 59, dan 60. Pada bagian ketiga belas, terdapat enam cerita yang menonjol, yaitu kutipan 62, 63, 64, 65, 66, dan 67. Berdasarkan hasil analisis tema menggunakan kriteria pertama, ditemukan dua tema dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Tema pertama adalah tentang konflik sosial, lebih jelasnya mengenai perseteruan antara seorang pemuda desa dengan lurah desanya. Konflik tersebut terjadi antara tokoh Pambudi dengan tokoh Pak Dirga sebagai lurah. Mereka berdua yang memiliki pandangan yang berbeda dalam menyikapi sebuah permasalahan. Pambudi memiliki jiwa sosial yang tinggi, bijaksana, dan jujur. Sedangkan Pak Dirga memiliki sikap yang licik dan selalu mencari keutungan pribadi. Akibat perbedaan tersebut, terjadilah perseturan di antara keduanya. Pak Dirga dengan sikap Pambudi, berusaha untuk menjatuhkan Pambudi dan mengusirnya dari desa. Namun usaha tersebut tidak berjalan sesuai rencana, dan justru Pak Dirga yang mendaparkan ganjaran atas perbuatannya. Tema tersebut dapat ditunjukkan pada kutipan 5, 8, 9, 18, 19, 20, 27, 44, 45, 59, 60, 61. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79 Tema kedua yang terdapat dalam novel tersebut yaitu tema percintaan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini dibuktikan dengan adanya kisah cinta antara tokoh Pambudi yang mencintai tokoh Sanis. Walaupun pada akhirnya kisah cinta mereka tidak dapat terwujud. Selain itu, terdapat pula kisah percintaan anatara tokoh Pambudi dengan tokoh Mulyani. Kisah cinta mereka juga belum menemukan ujungnya karena mereka berbeda etnis. Walaupun begitu, sebenarnya kedua tokoh tersebut Pambudi dan Mulyani sama-sama saling mencintai. Tema terebut dapat ditunjukkan pada kutipan 23, 24, 42, 43, 62, 63, 64, 65, 66, 67. Untuk pengklasifikasian jenis tema, novel Di Kaki Bukit Cibalak ini termasuk dalam pengklasifikasian jenis tema fisik, tema sosial, dan tema egoik reaksi pribadi. Novel ini diklasifikasikan sebagai jenis tema fisik karena adanya kisah percintaan di dalamnya, yaitu kisah percintaan Pambudi dengan Sanis, dan Pambudi dengan Mulyani. Tema yang bersifat fisik menyangkut inti cerita yang bersangkut paut dengan kebutuhan fisik manusia, misalnya tentang cinta. Oleh sebab itu, novel ini termasuk dalam jenis tema fisik. Selain jenis tema fisik, novel ini juga masuk dalam jenis tema sosial. Tema yang bersifat sosial berkaitan dengan problem kemasyarakatan. Hal ini sudah jelas terlihat dalam novel ini, bahwa masalah yang diangkat serta tema dalam novel ini yaitu mengenai konflik sosial di masyarakat pedesaan. Selain kedua jenis tema tersebut, novel ini juga termasuk dalam jenis tema egoik. Tema egoik atau reaksi individual, berkaitan dengan protes pribadi kepada ketidakadilan, kekuasaan yang berlebihan, dan pertentanga individu. Hal ini tampak dalam sikap tokoh Pambudi yang menentang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80 sikap lurahnya yang berperilaku curang, yang mengakibatkan dirinya difitnah dan harus pergi dari desanya sendiri. Selain jenis tema di atas, terdapat pula tema utama tema mayor dan tema tambahan tema minor dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak ini. Hal ini karena makna cerita dalam cerita novel ini lebih dari satu interpretasi. Ada pun tema utama tema mayor dalam novel ini adalah mengenai perseteruan anatara pemuda desa dengan lurahnya. Sedangkan tema tambahan tema minor dalam novel ini adalah mengenai kisah percintaan antara laki-laki dan perempuan yang digambarkan dalam novel.

b. Analisis dan Pembahasan Amanat Novel Di Kaki Bukit Cibalak

Amanat dapat diungkapkan secara langsung maupun tidak langsung oleh pengarang. Menurut Sudjiman 1991: 57, terdapat dua cara yang dapat dilakukan untuk menemukan amanat dalam sebuah karya sastra, yaitu secara eksplisit dan implisit. Amanat dapat diungkapkan secara eksplisit jika pada tengah atau akhir cerita, pengarang menyampaikan seruan, saruan, peringatan, nasihat, anjuran, larangan, dan sebagainya, berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita itu. Sedangkan secara implisit jika jalan keluar atau ajaran moral itu disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir. Berdasarkan cara untuk menemukan amanat dalam sebuah karya sastra, berikut akan dianalisis amanat novel Di Kaki Bukit Cibalak baik secara implisit atau eksplisit. Untuk mempermudah dalam menganlisis amanatnya, peneliti membaginya dalam beberapa bagian sesuai dengan jumlah bagian dalam novel. 81 1 Bagian Pertama Pada bagian pertama, pengarang menyampaikan amanatnya secara eksplisit dan implisit. Amanat yang disampaikan pengarang secara eksplisit dapat dilihat dalam kutipan berikut. 68 Jadi ada benarnya bila seseorang mengatakan bahwa tugas pertama seorang lurah baru adalah menata kembali perekonomian rumah tangganya. Bila usahanya gagal, berarti cikal bakal kesulitan tugas sudah dimulai. Kecurangan para lurah biasanya bermula dari titik ini Tohari, 2014: 15. Dalam kutipan di atas, pengarang menyampaikan pesan bahwa seorang pemimpin hendaknya dapat mengatur pengeluarannya dengan baik. Jika seorang pemimpin tidak dapat mengatur pengeluarannya secara bijaksana, maka kemungkinan adanya kecurangan dapat saja terjadi dalam pemerintahannya. Amanat yang disampaikan pengarang secara implisit, dapat dilihat dalam kutipan berikut. 69 Banyak orang yang akan memberikan suara kepada calon yang disukainya dengan ikhlas. Tetapi banyak juga yang bersedia menjual suaranya dengan berbagai cara yang dirahasiakan Tohari, 2014: 12. Dalam kutipan di atas, pengarang menyampaikan pesan, yaitu dalam pemilihan suara hendaknya dapat bersikap terbuka. Ada baiknya jika dalam memberikan suara berilah pilihan berdasarkan hati nurani, jujur, dan adil. Jangan memilih hanya karena iming-iming tertentu. 70 Setiap orang menghendaki jagonya yang jadi. Secara umum mereka menghendaki lurah yang baru nanti baik orangnya. Tidak menjual sapi milik desa, tidak memungut iuran irigasi. Lurah yang baru juga diharapkan mampu menutup-nutupi penduduk yang pekerjaannya mencuri kayu angsana yang baru saja ditanam di tanah-tanah milik Pemerintah. Dan ada lagi, hendaknya lurah yang baru nanti segera mengganti istrinya. Yang menginginkan demikian ialah orang yang merasa punya anak gadis yang pantas dipanggil Bu Lurah. Seorang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82 yang memakai caping lebar berbisik kepada temannya bahwa ia ingin saudaranyalah yang terpilih supaya ia dapat nunut kemukten Tohari, 2014: 13. Melalui kutipan di atas pengarang memberikan amanat, yaitu pilihlah calon pemimpin yang memiliki kinerja yang baik agar dapat mewujudkan kepentingan bersama. Jangan memilih calon pemimpin hanya karna ingin mendapatkan sesuatu untuk kepentingan pribadi. Pilihlah pemimpin yang memang memiliki kemampuan untuk memimpin dengan baik dan dapat mensejahterakan rakyatnya. 71 Tiap-tiap calon mempunyai beberapa orang botoh yang mempunyai tugas sebagai pengumpul suara. Soal cara, tidak dipehatikan benar. Maka para botoh inilah yang hampir selalu mendatangkan onar pada setiap pelaksanaan pemilihan pamong desa. Sesungguhnya para para botoh itu tidak pantas mendapat kepercayaan apa pun. Mereka mau bekerja dengan dengan satu tujuan, uang Mereka bisa saja berkhianat kepada calon yang telah membayarnya bila ia melihat uang yang lebih banyak. Maka para botoh mempunyai pasangan yang amat cocok, para petaruh Tohari, 2014: 14. Melalui kutipan tersebut pengarang ingin menyampaikan amanat hendaknya kita jangan berkhianat kepada seseorang yang telah mempercayai kita. 2 Bagian Kedua Dalam bagian kedua, pengarang menyampaikan amanatnya secara implisit. Hal ini nampak dalam kutipan berikut. 72 Pambudi tahu persis mengapa sejawatnya bisa memperoleh semua itu. Ia bekerja sama dengan Lurah, misanlnya memperbesar angka susut guna memperoleh keuntungan berton-ton padi. Atau mereka bersekongkol dengan para tengkulak beras dalam menentukan harga jual padi lumbung koperasi Tohari, 2014: 18. 83 Melalui kutipan di atas pengarang memberikan pesan agar jangan bekerjasama untuk melakukan kecurangan demi keuntungan pribadi dan membuat orang lain susah. 73 Kemudian dengan pandangan mata lurus Pak Dirga berkata, “Mbok Ralem, sebenarnya seorang seperti kamu tidak bisa mendapat pinjaman. Aku tahu, banyak peminjam yang mengembalikan pinjamannya saja tidak dapat, apalagi bersama bunganya. Jawablah sekarang dengan jujur, apakah dulu kau pernah meminjam padi dari lumbung?” Tohari, 2014: 20. Melalui kutipan di atas, pengarang memberikan amanat agar sebagai seorang pemimpin dapat melayani dengan tulus, tidak perhitungan dan bersikap bijaksana. Sebagai seorang pemimpin hendaknya dapat memperhatikan rakyatnya dengan memberikan pelayanan yang baik, terlebih kepada rakyatnya yang sedang membutuhkan pertolongan. 74 “Dengarlah, anak muda. Pertama-tama kukatakan kepadamu bahwa inilah kesempatan yang dapat kau ambil untuk mendapat keuntungan yang besar. Marilah kita bekerja sama. Kau tahu, uang yang dijanjikan Pemerintah sebesar 2.000 rupiah untuk tiap batang kelapa yang tergusur, akan lambat datangnya. Uang milik koperasi dapat kita pakai dulu untuk membayarkan ganti rugi kepada pemilik pohon kelapa. Kita tidak akan membayar 2.000 tiap batang, tetapi cukup 1.000 saja. Jadi apabila uang ganti rugi yang dijanjikan Pemerintah keluar, kitalah pemiliknya. Sementara kita menunggu, kita tebang pohon-pohon kelapa yang sudah kita bayar itu. Bayangkan, pemborong yang sedang membangun jembatan Kali Benda itu berani membayar 2.500 per batang. Wah, Pambudi, apa tidak lumayan? Bila mau, kau dapat juga membeli sepeda motor seperti Poyo. Enak, bukan?” Tohari, 2014: 25. Melalui kutipan di atas, pengarang memberikan amanat agar sebagai seorang pemimpin yang telah dipercaya rakyatnya dapat bekerja dengan jujur. Selain itu, jangan mengajak orang lain untuk berbuat curang bahkan mengkorupsi uang yang bukan haknya. 84 3 Bagian Ketiga Dalam bab ketiga, pengarang menyampaikan amanatnya secara eksplisit dan implisit. Amanat yang disampaikan pengarang secara eksplisit dapat dilihat dalam kutipan berikut. 75 “Kalau kau ingin sembuh, janganlah ada rasa takut di hatimu, sekalipun terhadap Pak Dirga” Tohari, 2014: 30. Melalui kutipan di atas, pengarang menyampaikan amanat, yakni jika memiliki suatu keinginan seseorang harus berusaha, mau menghadapi segala rintangan, dan jangan takut pada apapun. Selama apa yang dilakukan itu adalah benar, tidak perlu merasa takut. 76 “Apabila Pak Dirga bertanya dari mana kau mendapat uang jalan, katakan saja sanak famili telah memberikan bantuan kepadamu. Aku tidak ingin kausebut- sebut, mengerti, Mbok?” Tohari, 2014: 30. Melaui kutipan di atas, pengarang mengajarkan hendak jika memberi bantuan kepada orang lain, cukup kita dan orang tersebut saja yang mengetahuinya. Tidak perlu bersikap sombong dengan mengatakan ke semua orang bahwa kita telah memberikan bantuan. 77 Seorang pemuda bernama Pambudi sedang menolong sesamanya menurut suara hatinya. Tetapi mengapa aku begitu terkesan? Apakah karena semangat fitrah seperti yang sedang diperlihatkan oleh Pambudi kini hampir musnah? Benarkah demikian? Atau kepalsuan dan kemunafikan telah membawa harkat kemanusian terjun ke dalam jurang. Atau hiruk-pikuk kehidupan sekarang telah memekakkan telinga banyak orang, sehingga sulit mendengarkan suara hati nuraninya sendiri. Atau... Tohari, 2014: 39. Melalui kutipan di atas, pengarang memberikan amanat bahwa sikap saling tolong menolong itu sangat baik dan bijaksana, jadi harus terus dibudayakan. Manusia adalah makhluk sosial yang hidup berdampingan. Untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85 itulah sikap peduli, tenggang rasa dan tolong menolong ada baiknya untuk dibudayakan dan dibiasakan. Sedangkan amanat yang disampaikan secara implisit, dapat dilihat dalam kutipan berikut. 78 Hatinya dikacau oleh perasaan kasihan terhadap Mbok Ralem. Adalah pantas bila aku berbuat sesuatu untuk menolong perempuan yang sakit itu, tapi apa? pikirnya. Berjam-jam Pambudi merenung. Didengarkannya dengan sungguh-sungguh suara hatinya sendiri. Kemudian datanglah tekadnya Tohari, 2014: 29. Melalui kutipan di atas pengarang memberikan amanat bahwa membantu seseorang yang kesulitan merupakan hal yang bijaksana, karena dapat meringankan masalah dan membuat hati seseorang senang. 79 Sejak semula pemuda itu telah bertekad hendak menolong Mbok Ralem sampai sembuh. Jadi jauh-jauh sebelumnya ia sudah memperkirakan akan mengelurakan banyak uang. Namun sesungguhnya Pambudi telah siap mencari dana dengan cara lain. Uangnya sendiri akan diserahkan dengan ikhlas apabila usahanya yang lain benar-benar gagal Tohari, 2014: 36. Kutipan di atas mengajarkan untuk bersikap tulus dan ikhlas ketika memberikan bantuan. Selain itu, sebelum memberi bantuan hendaknya dipersiapkan dahulu dan tak lupa untuk bertanggung jawab menanggung semua resiko yang ada. Itulah tanda bahwa bantuan yang diberikan tulus dan ikhlas. 80 Setelah bersembahyang di atas sehelai koran, Pambudi merebahkan diri hendak tidur Tohari, 2014: 40. Melalui kutipan di atas, pengarang mengajarkan untuk selalu ingat kepada Tuhan. Sesibuk apa pun, luangkan waktu sejenak untuk bertemu dengan Tuhan dalam doa. Selain itu, berdoa dapat dilakukan dimana pun dan dalam kondisi apa pun karena yang terpenting adalah niat kita untuk berdoa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86 4 Bagian Keempat Dalam bagian keempat, pengarang menyampaikan amanatnya secara eksplisit dan implisit. Amanat yang disampaikan pengarang secara eksplisit dapat dilihat dalam kutipan berikut. 81 Menurut Pak Barkah, tidaklah terpuji mengumpulkan sumbangan masyarakat melebihi ketentuan. “Kepercayaan masyarakat terhadap keutamaan pengumpulan dana semacam ini jangan sampai kita rusakkan,” kata Pak Barkah Tohari, 2014: 44-45. Melalui kutipan tersebut, pengarang menyampaikan pesan bahwa jangan mengabaikan kepercayaan dan menyalah gunakan bantuan yang telah diberikan orang lain. Agar tidak menimbulkan kecurigaan sehingga orang lain tidak mau lagi memberikan bantuan. 82 “Juga karena kalianlah aku merasa yakin bahwa tidak sesuatu pun telah hilang dari diri kita sebagai manusia. Memang, si anu itu jarang hadir di antara kita. Dia jarang muncul di jalan-jalan, pasar, atau pabrik, bahkan kantor-kantor sekalipun. Tetapi bagaimanapun juga si anu masih ada. Kita sendiri yang baru saja membuktikannya: Keman usiaan” Tohari, 2014: 54. Melalui kutipan di atas, pengarang menyampaikan amanat bahwa seseorang memiliki hati nurani, memiliki rasa peduli terhadap sesamanya. Hanya saja perasaan itu tidak setiap saat ditunjukkan. Sedangkan amanat yang disampaikan secara implisit dapat dilihat dalam kutipan berikut. 83 Hari Jumat, Pambudi masih berada di Tanggir. Siang itu ia mengenakan kain sarung baru. Kopiahnya disikat licin sehingga tak sebutir debu pun melekat padanya. Ia hendak bersembahayang Jumat di surau ayah Sanis. Andaikata pahalanya nanti dikurangi, Pambudi rela. Sebab ia bukan hanya hendak beribadat semata, tetapi ia juga sengaja hendak melihat Sanis. Apa boleh buat Dan Pambudi benar- benar melaksanakan kehendaknya Tohari, 2014: 47. 87 Kutipan di atas mengmberikan amanat bahwa jangalah berubah niat ketika akan menjalankan ibadah kepada Tuhan. Ingat lah tujuan utama kita untuk beribadah kepada Tuhan. 84 “Oh ya. Kau sedang menunggu Mbok Ralem di rumah sakit, bukan? Semua orang membicarakan hal itu. Kau hebat, Kak.” “Tidak ada yang hebat. Mbok Ralem atau siapa saja pantas mendapat pertolongan bila mendapat kesulitan. Kebetulan yang turun tangan mengantarkan Mbok Ralem ke rumah sakit adalah aku. Apanya yang luar biasa?” Tohari, 2014: 48. Kutipan di atas memberikan amanat walaupun telah berhasil melakukan perbuatan yang hebat, janganlah merasa sombong dan tetaplah rendah hati akrena sesungguhnya semua orang dapat berbuat demikian, tergantung seseorang itu menyikapinya. 85 “Oalah, Gusti, apa yang sedang kualami ini? Oalah, Pangeran, apa yang sedang terjadi dalam hidupku ini? Sakitku telah sembuh. Itu saja sudah cukup, cukup” Tohari, 2014: 53. Kutipan tersebut memberikan amanat agar selalu bersyukur atas apa yang telah kita terima. Bersyukurlah selalu atas apa yang telah didapatkan dan jangan selalu mengharapkan lebih. 5 Bagian Kelima Dalam bagian kelima ini pengarang menyampaikan amanatnya secara implisit. Amanat yang disampaikan pengarang secara implisit dapat dilihat dalam kutipan berikut. 86 Poyo sedang menekuni buku administrasi lumbung koperasi. Ia bukan menjadi sibuk lantaran Pambudi, sejawatnya, telah keluar. Bukan pula karena kegiatan perlumbungan meningkat. Tetapi karena Pak Dirga menghendaki perombakan total pada tata pembukuan koperasi itu, tak 88 peduli walaupun angka-angka di sana akan membuktikan kebohongan yang lebih gila Tohari, 2014: 56. Melalui kutipan di atas pengarang menyampaikan amanat agar dalam bekerja seseorang dapat menerapkan kejujuran, menyampaikan hal-hal sesuai dengan kenyataannya dan tidak perlu dibuat-buat sehingga menimbulkan kebohongan. 87 “Ya. Dan Bapak tidak ingin keuntungan koperasi dipakai oleh orang lain. Artinya Bapak setuju andai kata Mbok Ralem terkubur bersama masalah kankernya, begitu?” “Lho, tidak lain maksudku supaya kau dapat membeli TV.” “Dan Bapak bisa menjadi makelar penjual batang kelapa?” Tohari, 2014: 59. Kutipan di atas memberikan amanat sebagai seorang pemimpin hedaknya dapat bekerja dengan jujur. Jangan menggunakan hak orang lain untuk menuruti kepentingan pribadi. Seorang pemimpin itu rela berkorban demi kesejahteraan rakyatnya, dan dapat mengkesampingkan kepentingan bagi dirinya sendiri. 88 “Jempolan Simpan buku yang kedua itu. nanti pada saat yang tepat kita akan menyebarluaskan isinya. Semua warga Tanggir akan mencap Pambu di sebagai „kelilip‟ desa” Tohari, 2014: 60. Kutipan di atas memberikan amanat agar jangan menyebarkan perkataan yang tidak benar. Apalagi menuding orang lain yang belum tentu bersalah hanya karena rasa sakit hati terhadap orang lain. 89 Tamu itu duduk dengan takzim, menunduk, dan kesepuluh jarinya tersusun berkaitan. Kakek yang mempunyai telinga mirp milik sang Buddha itu memejamkan mata sebentar. “Jadi sampena hanya menginginkan orang yang menjadi „kelilip‟ Desa Tanggir itu menyingkir dari sana, begitu?” “Ya, hanya itu Eyang.” “Namanya?” “Pambudi” Tohari, 2014: 61. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89 Kutipan tersebut memberikan amanat agar janganlah percaya kepada dukun karena hal tersebut adalah perbuatan yang tercela. Percayalah hanya kepada Tuhan. 6 Bagian Keenam Dalam bagian keenam ini, pengarang mengungkapkan amanatnya secara implisit. Amanat yang disampaikan pengarang secara implisit dapat dilihat dalam kutipan berikut. 90 Maling ayam itu diam saja, bahkan ketika pertanyaan itu diulang sampai tiga kali. Ayah Pambudi marah. Bagol ditamparnya keras sekali. Tetapi bagol tetap pada tekadnya, bungkam Dan tetap bungkam ketika diancam hendak dibawa ke kantor polisi. Pambudi yang ternyata lebih sabar daripada ayahnya, menemukan cara untuk mendapatkan pengakuan Bagol Tohari, 2014: 75-76. Kutipan di atas memberikan amanat agar jangan mudah emosi dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Segala hal tidak akan ada penyelesaiannya jika dihadapi dengan emosi. Berusahalah untuk tenang dalam menghadapi permasalahan. Dengan demikian kita dapat memikirkan jalan keluar dari permasalahan tersebut. 91 Bagol disuruh pulang. Pambudi masuk kembali ke kamarnya. Ia menyumpahi dirinya, karena begitu ia menyorotkan senter ke atas meja, tampaklah majalah remaja itu. Kontan ia membayangkan pemiliknya, Sanis. Sadarlah Pambudi bahwa dirinya lemah. Ia tidak bisa berdaulat mutlak atas pribadinya sendiri. Buktinya, Sanis yang masih bocah itu dapat duduk dengan tenang dalam hati Pambudi Tohari, 2014: 77. Kutipan di atas memberikan amanat agar tetap fokus dan kuat dalam mengahdapi suatu permasalahan karena orang yang lemah akan mudah lengah.