Merumuskan masalah Merumuskan hipotesis

66 21 “Nah, Nak, keperluan sampean sudah kucukupi. Kalau sampean dapat memenuhi syarat-syarat selanjutnya, kujamin keinginan sampean dapat terlaksana. Pertama, usahakan kembang yang kubungkus kain mori ini terlangkahi oleh Pambudi. Kedua, sampean harus mengambil segenggam tanah kuburan. Cabutlah sebuah nisan, kemudian masukkan tangan ke dalam lubang bekas nisan itu. Ambil tanah segenggam dari dasar lubang. Tanah yang telah sampean ambil itu taburkan ke atas genting kamar tidur Pambudi. Sudah jelas?” Tohari, 2014: 64. 6 Bagian Keenam Terdapat dua peristiwa yang menonjol dalam bagian keenam ini. Cerita menonjol yang pertama mengenai Pambudi yang sedang dikuasai oleh lamunan tentang Sanis. Sudah lama Pambudi menaruh hati pada Sanis, hanya saja Sanis masih terlalu muda untuk pemuda seumuran Pambudi. Pambudi pun sedang dalam kebimbangan, antara akan tetap bertahan dengan perasaannya terhadap Sanis atau melepaskan harapannya bersama Sanis. Hal tersebut tampak dalam kutipan berikut. 22 Tetapi sesungguhnya Pambudi hanya memandang datar. Lensa matanya tidak difokuskan kepada suatu objek tertentu. Pambudi sedang dikuasai lamunan Tohari, 2014: 70. 23 “Umurku 24 tahun, pantas bila aku mencintai seseorang. Tetapi Sanis baru kelas dua SMP. Aku mau apa dengan si boneka yang sangat ayu tetapi masih bocah itu” Tohari, 2014: 73. 24 “Nyatanya”, sambung Pambudi, “aku sudah terjebak dalam sikap munafik. Sanis itu Aku selalu teringat padanya, aku menyenanginya dan dia sama sekali belum dewasa. Sekarang aku harus memilih: melepaskan keyakinan buruknya kawin muda atau sebaliknya, melepaskan harapan atas Sanis. Kedua-duanya tidak akan kupilih, melainkan mengadakan kompromi anatara dua kutub itu. barangkali itu lebih baik. Aku akan menunggu empat-lima tahun lagi sampai Sanis benar- benar dewasa, kemudian mengawininya” Tohari, 2014: 73. 67 Cerita yang menonjol selanjutnya ialah terungkapnya rencana Pak Dirga untuk mengusir Pambudi dari Desa Tanggir. Orang yang diminta Pak Dirga untuk meletakan jimat di rumah Pambudi berhasil tertangkap, dan rencana Pak Dirga pun telah terbongkar. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut. 25 Ketika Pambudi mengintip untuk yang kedua kalinya ia melihat seseorang berjalan mendekati lampu ting, lalu meniupnya. Kecurigaan Pambudi sudah mempunyai alasan yang kuat. Orang baik-baik takkan seenaknya mematikan lampu ting tetangga. Ia mengambil lampu senter dan berjingkat keluar. Melalui pintu samping, Pambudi segera berada di luar rumah. Diawasinya pendatang yang mencurigakan itu dari balik rumpun kaca piring. Sinar bintang-bintang membantunya mengikuti gerak-gerik si durjana. Ia sedang menanam sesuatu di tengah regol Tohari, 2014: 74. 26 Pambudi keluar. Sesaat kemudian masuk kembali sambil membawa kain mori yang tergulung. Isinya tiga tangkai mawar, hampir kering. Ayah Pambudi menggelengkan kepala. Jimat-jimat itu diraupnya lalu dilemparkannya ke luar Tohari, 2014: 75. 27 “Nah, katakan siapa orang itu,” desak Pambudi. “Pak Dirga,” jawab Bagol singkat. Ayah Pambudi terkejut. Wajahnya memancarkan kecemasan yang amat sangat. Orang tua itu sungguh-sungguh sadar apa artinya berselisih dengan Lurah nagi penduduk Tanggir Tohari, 2014: 76. 28 Ayah Pambudi menatap wajah anaknya. Orang tua itu heran karena anaknya malah tersenyum. Apa kata-ku, keluh Pambudi dalam hati. Kepergianku dari lumbung koperasi Desa Tanggir, perbedaan paham antara aku dengan Pak Dirga, mulai tampak ekornya. Tak kusangka lurah yang gagah itu berhati tempe, tidak mau menghadapiku dari depan Tohari, 2014: 77. 7 Bagian Ketujuh Cerita yang menonjol dalam bagian ketujuh ialah Pak Dirga yang sedang melakukan penjajakan mengenai kabar bahwa Bambang Sumbodo putra Camat, juga tertarik pada Sanis. Hal itu dilakukan Pak Dirga karena ia juga tertarik pada Sanis dan ingin mendapatkan Sanis untuk dijadikan istrinya. Oleh sebab itu, ia