Bagian Ketiga Belas Orientasi

64 alamat harian yang bernama Kalawarta itu. Pukul sepuluh pagi hari berikutnya, Pambudi menjadi tamu Pak Barkah, pemimpin redaksi dan pemilik penerbitan Kalawarta. Mula-mula pemuda Tanggir itu mendapat sambutan yang biasa saja; sikap Pak Barkah seperti sedang menghadapi seorang pelamar pekerjaan. Namun kemudian sikapnya berubah menjadi penuh perhatian setelah Pambudi menerangkan maksudnya dengan jelas. Uraian Pambudi selalu ditangkapnya dengan anggukan kepala Tohari, 2014: 36. 14 “Jadi pertama-tama Anda meminta kesedian kami untuk memasang iklan. Selanjutnya Anda meminta supaya Kalawarta membuka dompet sumbangan untuk menghimpun dana bagi perawatan Mbok Ralem. Begitu, bukan?” “Ya benar, Pak. Dan iklan yang saya kehendaki harus memuat foto Mbok Ralem beserta fotokopi surat-surat keterangan ini. Sekarang saya dapat menyerahkan uang 40.000 rupiah sebagai uang muka pembayaran iklan itu” Tohari, 2014: 36. 4 Bagian Keempat Cerita yang menonjol dalam bagian keempat mengenai sikap peduli dan kemanusiaan yang dimiliki oleh Pambudi yang membuat Mbok Ralem dapat berobat, dan berhasil sembuh dari sakitnya. Selain itu, karena ikap peduli dan rasa kemanusiaan yang dimiliki oleh Pambudi membuat Pak Barkah kagum atas perbuatan yang dilakukan oleh Pambudi. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut. 15 “Selamat jalan, Mbok, Pambudi, aku berterima kasih kepada kalian. Karena kalianlah Kalawarta berkesempatan menunaikan misinya yang paling berarti. Juga karena kalianlah aku merasa yakin bahwa tidak sesuatu pun telah hilang dari diri kita sebagai manusia. Memang, si anu itu jarang hadir di antara kita. Dia jarang muncul di jalan, pasar, atau pabrik, bahkan kantor-kantor sekalipun. Tetapi bagaimanapun juga si anu masih ada. Kita sendiri yang baru saja membuktikannya: Kemanusiaan” Tohari, 2014: 54-55. 16 Tidak hanya Pak Barkah yang terkesan oleh perpisahan itu. Para pegawai Kalawarta pun ikut merasa kehilangan. Anak muda dari Tanggir itu telah meninggalkan kesan yang amat berarti. Dengan jujur Pak Barkah mengakui, bahwa sudah lama ia tidak menemukan 65 seorang muda dengan kepribadian seperti Pambudi. Seorang yang bersedia menolong sesamanya tanpa mengharapkan balas jasa apa pun Tohari, 2014: 55. 5 Bagian Kelima Cerita yang menonjol dalam bagian kelima ialah kemarahan Pak Dirga terhadap Pambudi. Hal tersebut karena Pambudi telah menulis berita mengenai Mbok Ralem di surat kabar sehingga membuat Pak Dirga dipanggil oleh atasannya. Pak Dirga pun tidak terima, ia marah dan berniat untuk menyingkirkan Pambudi dari Desa Tanggir. Berbagai cara pun akan dilakukan oleh Pak Dirga untuk menyingkirkan Pambudi. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut. 17 “Kami datang ke sana menghadap Bupati dan Kepala Kantor Sosial. Mereka berdua marah besar. Kami berdua dikatakan teledor. Semua lantaran ulah Pambudi yang telah menyiarkan aib. Kata Bupati, Bapak Gubernur sendiri menegurnya dengan keras, mengapa urusan Mbok Ralem itu sampai ditangani oleh pihak lain, bukan oleh pemerintah setempat. Mengapa kita s ampai dilangkahi. Itulah soalnya” Tohari, 2014: 57. 18 “Oh, anak muda. Aku sama sekali tidak bingung menghadapi masalah seperti ini andaikata Pambudi belum telanjur turun tangan. Aku akan menolong atau tidak menolong perempuan itu. Titik Dan yang jelas aku tidak senang masalah Mbok Ralem tersebar sebagai berita yang hebat; menyebabkan aku dan Pak Camat kena marah Bupati, menyebabkan Bupati ditegur oleh Gubernur. Nah, kau tahu siapa yang telah membuat kekacauan ini. Akan kuuji sampai di mana kekuatan otaknya, kekuatan ngelmu- nya. Jelas?” Tohari, 2104: 58. 19 “Jempolan Simpan buku yang kedua itu. Nanti pada saat yang tepat kita akan menyebarluaskan isinya. Semua warga Tanggir akan mencap Pambudi sebagai „kelilip‟ desa” Tohari, 2014: 60. 20 “Jadi sampean hanya menginginkan orang yang menjadi „kelilip‟ Desa Tanggir itu menyingkir dari sana, begitu?” “Ya, hanya itu, Eyang.” “Namanya?” “Pambudi” Tohari, 2014: 61 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66 21 “Nah, Nak, keperluan sampean sudah kucukupi. Kalau sampean dapat memenuhi syarat-syarat selanjutnya, kujamin keinginan sampean dapat terlaksana. Pertama, usahakan kembang yang kubungkus kain mori ini terlangkahi oleh Pambudi. Kedua, sampean harus mengambil segenggam tanah kuburan. Cabutlah sebuah nisan, kemudian masukkan tangan ke dalam lubang bekas nisan itu. Ambil tanah segenggam dari dasar lubang. Tanah yang telah sampean ambil itu taburkan ke atas genting kamar tidur Pambudi. Sudah jelas?” Tohari, 2014: 64. 6 Bagian Keenam Terdapat dua peristiwa yang menonjol dalam bagian keenam ini. Cerita menonjol yang pertama mengenai Pambudi yang sedang dikuasai oleh lamunan tentang Sanis. Sudah lama Pambudi menaruh hati pada Sanis, hanya saja Sanis masih terlalu muda untuk pemuda seumuran Pambudi. Pambudi pun sedang dalam kebimbangan, antara akan tetap bertahan dengan perasaannya terhadap Sanis atau melepaskan harapannya bersama Sanis. Hal tersebut tampak dalam kutipan berikut. 22 Tetapi sesungguhnya Pambudi hanya memandang datar. Lensa matanya tidak difokuskan kepada suatu objek tertentu. Pambudi sedang dikuasai lamunan Tohari, 2014: 70. 23 “Umurku 24 tahun, pantas bila aku mencintai seseorang. Tetapi Sanis baru kelas dua SMP. Aku mau apa dengan si boneka yang sangat ayu tetapi masih bocah itu” Tohari, 2014: 73. 24 “Nyatanya”, sambung Pambudi, “aku sudah terjebak dalam sikap munafik. Sanis itu Aku selalu teringat padanya, aku menyenanginya dan dia sama sekali belum dewasa. Sekarang aku harus memilih: melepaskan keyakinan buruknya kawin muda atau sebaliknya, melepaskan harapan atas Sanis. Kedua-duanya tidak akan kupilih, melainkan mengadakan kompromi anatara dua kutub itu. barangkali itu lebih baik. Aku akan menunggu empat-lima tahun lagi sampai Sanis benar- benar dewasa, kemudian mengawininya” Tohari, 2014: 73.