1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Bahasa memiliki kedudukan yang sangat penting. Penekanan didalam pembelajaran Bahasa terdapat pada empat keterampilan dasar
yang perlu dikembangkan yaitu, menyimakmendengarkan listening skills, berbicara speaking skills, membaca reading skills dan menulis writing skills.
Keempat keterampilan tersebut memiliki kaitan yang erat yang pada dasarnya merupakan sebuah kesatuan Tarigan, 2008: 1.
Keterampilan menyimak dan berbicara pada anak telah diperoleh sebelum masuk ke sekolah, sedangkan keterampilan membaca dan menulis dipelajari saat
berada di bangku sekolah. Keterampilan membaca dan menulis dipelajari anak sebagai sarana untuk pemerolehan ilmu. Membaca dan menulis permulaan
merupakan keterampilan berbahasa yang yang sangat penting ketika anak duduk di bangku sekolah dasar. Sebagai sarana pemerolehan ilmu, membaca dan menulis
memiliki keterkaitan yang kuat. Melalui kegiatan membaca dan menulis seorang siswa tentu akan mendapatkan berbagai pengalaman baru di dalamnya.
Kemampuan membaca dan menulis, menjadi kunci utama dalam menggali informasi dari berbagai sumber tertulis. Sebagai langkah awal untuk membekali
dasar kemampuan membaca dan menulis, dilakukan upaya pengembangan kemampuan membaca dan menulis mulai dari sekolah dasar. Pembekalan
kemampuan membaca dan menulis dapat dilakukan sejak dari sekolah dasar, dengan cara memberikan latihan-latihan terbimbing oleh guru. Oleh karena itu,
2 awal masa sekolah dasar pembelajaran Bahasa Indonesia ditekankan pada
keterampilan membaca dan menulis Mulyati, 2015: 1. Keterampilan membaca permulaan merupakan keterampilan yang reseptif.
Reseptif memiliki arti bahwa keterampilan membaca berperan dalam pemerolehan informasi pengetahuan dan pengalaman baru Slamet, 2014: 24. Depdiknas
2009 membaca memerlukan kemampuan visual yang didukung oleh kemampuan mata menangkap kata dalam teks dan kemampuan kognitif dalam
memahami teks. Dasar-dasar kemampuan membaca yang baik dapat membekali siswanya agar mudah untuk memahami isi makna pembelajaran sehingga ilmu
dapat diperoleh secara optimal. Semakin cepat dapat membaca maka peluang untuk memahami pelajaran di sekolah juga semakin besar.
Keterampilan menulis permulaan merupakan jenis kemampuan yang sifatnya produktif karena dapat menghasilkan tulisan. Menulis merupakan
kegiatan yang memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks. Kemampuan- kemampuan tersebut diperoleh dari proses yang panjang, mulai dari tingkatan
awal atau permulaan yang mencakup pengenalan simbol dan garis. Kemampuan menulis yang diperoleh pada permulaan menjadi dasar untuk memperdalam
kemampuan yang selanjutnya. Apabila dasar tersebut tidak baik, maka akan menghambat perkembangan kemampuan yang selanjutnya dan akan menimbulkan
berbagai masalah. Slamet, 2014: 45. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 25 April 2015 yang dilakukan
dengan wali kelas II di SD N Kenaran 3, beliau memaparkan bahwa masih terdapat sebagian siswa yang belum lancar dalam membaca, beberapa siswa
masih tampak mengeja dalam membaca. Rata-rata siswa yang belum lancar dalam
3 membaca juga mengalami kesulitan dalam membedakan dan menggunakan huruf
dalam kata. Siswa kesulitan membedakan huruf b, p dan d, penggunaan huruf dalam kata yang masih salah contohnya adab menjadi adap, mantab menjadi
mantap, dan tekad menjadi tekat. Guru juga mengalami kesulitan dalam membaca tulisan siswa, sebagian besar siswa terutama siswa laki-laki memiliki kemampuan
menulis yang kurang baik karena tulisannya susah untuk dibaca. Hasil observasi di kelas II pada tanggal 24 April dan 1 Mei 2015
memberikan informasi bahwa masih terdapat sebagian siswa yang belum bisa membaca dengan lancar. Beberapa diantaranya memang masih mengeja ketika
membaca kalimat. Hasil pekerjaan siswa juga menunjukkan bahwa siswa memiliki tulisan yang tidak rapi, baik menulis menggunakan huruf lepas maupun
menggunakan hurut tegak bersambung. Permasalahan juga terlihat pada penggunaan huruf kapital pada tengah kata, tidak lurus sesuai garis di buku,
kurang lengkap dalam menulis kata, dan kurang teliti dalam memberikan tanda baca titik dan penggunaan huruf kapital. Guru kurang memberikan perhatian pada
siswa yang memiliki tulisan yang kurang rapi dan yang masih belum lancar dalam membaca. Hasil koreksian terhadap pekerjaan siswa juga masih kurang teliti,
hanya sebatas melihat tanpa membaca secara teliti dari awal hingga akhir. Guru kelas II SD N Kenaran 3 memberikan informasi bahwa selama
menjadi guru di kelas II hanya menggunakan referensi 1 buku paket Bahasa Indonesia dan 1 buku LKS dan tidak mempunyai buku pedoman membaca dan
menulis permulaan. Guru juga memaparkan bahwa selama ini belum pernah membuat atau menggunakan buku suplemen yang dapat membantu kesulitan
siswa dalam keterampilan membaca dan menulis permulaan.
4 Bahan ajar menjadi penunjang bagi siswa dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia supaya siswa dapat berlatih secara aktif dan mandiri. Bahan ajar adalah seperangkat materi atau pelajaran yang disusun secara runtut dan sistematis dan
menampilkan keutuhan kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan belajar Hernawan, dkk., 2015: 3. Bahan ajar yang dapat digunakan adalah bahan
ajar berupa buku ajar. Buku ajar membantu guru untuk melaksanakan kurikulum yang sedang berlaku, panduan guru dalam menggunakan metode mengajar, dan
membuat siswa belajar mandiri Prastowo, 2014: 245. Bahan ajar dibedakan menjadi bahan ajar utama dan bahan ajar pelengkap. Buku Suplemen merupakan
buku pelengkap atau buku pengayaan berisi informasi yang melengkapi buku pelajaran pokok Sitepu, 2012: 16. Berdasarkan paparan guru kelas II, sejauh ini
belum ada buku suplemen yang diberikan pemerintah untuk mengatasi permasalahan mengenai membaca dan menulis permulaan.
Berdasarkan uraian di atas, untuk membantu beberapa kesulitan membaca dan menulis permulaan, maka peneliti mencoba untuk mengembangkan buku
suplemen yang dapat menjadi solusi membantu guru untuk menangani permasalahan yang ada dengan judul penelitian “Pengembangan Buku Suplemen
Muatan Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Siswa Kelas II semester 2 SD N Kenaran 3”.
5
1.2 Rumusan Masalah