19 Depdiknas  2009  membaca  dan  menulis  merupakan  keterampilan  yang
kompleks.  Disebut  kompleks  karena  menggabungkan  dua  kemampuan  secara sekaligus  yaitu secara visual ditengarai kemampuan mata dalam menangkap teks
dan  kemampuan  kognitif  adalah  kemampuan  dalam  memahami  isi  bacaan. Kesulitan  yang  banyak  dialami  siswa  membuat  guru  harus  mengajarkan  kepada
siswa dengan berbagai metode dan teknik yang bervariasi. Suryaman  2012:  127  mengungkapkan,  cara  yang  paling  sering
digunakan  dalam  pembelajaran  bahasa  Indonesia  yaitu  melalui  pengalaman langsung.  Cara  belajar  secara  langsung  lebih  mudah  dipahami  dan  bersifat
konkret.  Pengalaman  dapat  diperoleh  secara  langsung  sehingga  siswa  dapat belajar mandiri dan komunikatif.
Menurut  pendapat  beberapa  ahli  yang  telah  dikemukakan  di  atas,  dapat disimpulkan  bahwa  pembelajaran  bahasa  Indonesia  di  kelas  rendah  hendaknya
ditekankan  pada  keterampilan  berbahasa.  Keterampilan  tersebut  meliputi menyimak,  berbicara,  membaca,  dan  menulis  mestinya  diajarkan  secara  terpadu.
Guru  hendaknya  memberikan  pengajaran  yang  sesuai  dengan  keterampilan berbahasa  dengan  menggunakan  metode  dan  teknik  yang  bervariasi  dalam
mengajar.
2.1.3.1 Keterampilan Membaca permulaan
Membaca  merupakan  salah  satu  keterampilan  berbahasa  yang  diajarkan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Dalam kehidupan sehari-hari,
peranan  membaca  tidak  dapat  dipungkiri.  Ada  beberapa  peranan  yang  dapat disumbangkan oleh kegiatan membaca, antara lain dapat membantu memecahkan
masalah; memperkuat suatu keyakinan atau kepercayaan pembaca; sebagai suatu
20 pelatihan;  memberi  pengalaman  estetis;  meningkatkan  prestasi;  memperluas
pengetahuan, dan sebagainya. Membaca  merupakan  salah  satu  keterampilan  reseptif.  Disebut  reseptif
karena  melalui  membaca  seseorang  mampu  memperoleh  informasi  pengetahuan dan  pengalaman  baru  yang  mempertinggi  wawasannya.  Membaca  Permulaan
menurut  Slamet  2014:  24  sangat  berpengaruh  terhadap  kemampuan  membaca selanjutnya.  Sebagai  kemampuan  yang  mendasari  kemampuan  berikutnya  maka
kemampuan membaca permulaan harus kuat sebagai dasar membaca permulaan di kelas rendah sekolah dasar.
Kegiatan  membaca  memiliki  nilai  yang  sangat  strategis  dalam  upaya pengembangan  diri.  Membaca  dapat  diibaratkan  sebagai  kunci  pembuka  gudang
ilmu dan pengetahuan. Yunus dalam Sudiana 2007: 3 mengibaratkan membaca sebagai  jendela  yang  paling  luas  untuk  menguasai  pengetahuan.  Demikianlah,
kemudian dikenal ungkapan membaca sebagai jendela dunia, yang artinya melalui membaca,  wawasan  atau  cakrawala  pengetahuan  kita  tentang  dunia  menjadi
sangat luas. Keterampilan  membaca  dan  menulis,  khususnya  keterampilan  membaca
harus  segera  dikuasai  oleh  siswa  di  SD  karena  keterampilan  ini  secara  langsung berkaitan  dengan  seluruh  proses  belajar  siswa  di  SD.  Keberhasilan  belajar  siswa
dalam  mengikuti  proses  kegiatan  belajar-mengajar  di  sekolah  sangat  ditentukan oleh  penguasaan  kemampuan  membaca  mereka.  Siswa  yang  tidak  mampu
membaca  dengan  baik  akan  mengalami  kesulitan  dalam  mengikuti  kegiatan pembelajaran  untuk  semua  mata  pelajaran.  Siswa  akan  mengalami  kesulitan
dalam menangkap dan memahami informasi yang disajikan dalam berbagai buku
21 pelajaran,  buku-buku  bahan  penunjang,  dan  sumber-sumber  belajar  tertulis  yang
lain.  Akibatnya,  kemajuan  belajarnya  juga  lamban  jika  dibandingkan  dengan teman-temannya yang tidak mengalami kesulitan dalam membaca.
Menurut pandangan Dalman 2013: 13 bahwa membaca bukan diajarkan sebagai suatu pokok bahasan yang berdiri sendiri, melainkan adalah satu kesatuan
dalam  pembelajaran  bahasa  bersama  dengan  keterampilan  berbahasa  yang  lain. Kenyataan  tersebut  dapat  dilihat  bahwa  dalam  proses  pembelajaran  bahasa,
keterampilan  berbahasa  tertentu  dapat  dikaitkan  dengan  keterampilan  berbahasa yang  lain.  Pengaitan  keterampilan  berbahasa  yang  dimaksud  tidak  selalu
melibatkan  keempat  keterampilan  berbahasa  sekaligus,  melainkan  hanya menyangkut dua keterampilan saja sepanjang aktivitas berbahasa  yang dilakukan
bermakna. Kemampuan awal membaca diperoleh melalui interaksi sosial, yaitu lewat
hubungan  antar  sesama,  bukan  lewat  pembelajaran  secara  formal.  Owens  dalam Ngalimun  2014:  36  mengemukakan  2  tahapan  fase  perkembangan  membaca
permulaan yaitu: a.
Tahap pramembaca Tahap ini terjadi pada saat anak berada pada `taman kanak-kanak prasekolah
atau sebelum umur enam tahun. Tahap ini anak mampu mengenali angka dan huruf. Kebanyakan anak dapat mengenal nama mereka ketika ditulis. Dengan
belajar  lewat  lingkungan  misalnya,  tanda-tanda  dan  nama  benda  yang dilihatnya,  kata-kata  yang  dikenalnya  sedikit  demi  sedikit  akan  lepas  dari
konteksnya  sehingga  khirnya  anak  dapat  mengenal  kata-kata  tersebut  dalam bentuk tulisan.
22 b.
Tahap pertama Anak berumur 6-7 tahun kelas I sekolah dasar, anak memusatkan pada kata-
kata  lepas  dalam  kelimat  sederhana  atau  cerita  sederhana.  Agar  dapat membaca, mereka perlu mengetahui sistem tulisan, cara mencapai kelancaran
membaca,  terbebas  dari  kesalahan  membaca.  Mereka  harus  mampu mengintegrasikan  bunyi  dan  sistem  tulisan.  Pada  umur  7-8  tahun  anak
memperoleh pengetahuan tentang huruf, suku kata,kata yang diperlukan untuk membaca. Pengetahuan ini banyak diperoleh di bangku sekolah.
2.1.3.2 Keterampilan Menulis Permulaan