Variabel dan Definisi Operasional Metode Analisis Data

peneliti baik secara langsung atau via telepon jika partisipan merasa perlu menceritakan lebih lanjut tentang pengalamannya. Pengumpulan data dengan metode observasi dilakukan pada masing- masing shift setiap partisipan. Peneliti melakukan observasi pada waktu yang tidak ditentukan dan tidak diketahui oleh partisipan. Peneliti mengobservasi perilaku partisipan yang menunjukkan gejala stres dan koping yang digunakan. Hasil temuan observasi digunakan sebagai penambahan kelengkapan hasil wawancara dan validasi antara hasil wawancara dengan hasil observasi yang ditemukan.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

Definisi operasional dari variabel yang diteliti dalam penelitian ini yakni : 1. Mekanisme koping adalah upaya yang dilakukan perawat ICU baik secara kognitif maupun perilaku dalam menghadapi stres kerja. 2. Stress kerja adalah suatu kondisi yang terjadi ketika tuntutan kerja melebihi kemampuan yang dimiliki oleh perawat yang ditandai dengan gejala-gejala stres meliputi gejala stres secara fisiologi, psikologi, kognitif, dan perilaku.

3.6. Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara content analysis segera setelah selesai setiap satu proses wawancara, yaitu bersamaan dengan dibuatnya transkrip data. Data stres kerja perawat dianalisis secara content analysis sederhana Setiawan, 2012, sedangkan data pengalaman mekanisme koping dianalisis melalui pendekatan Van Manen 1990. Kedua proses analisa data Universitas Sumatera Utara dilakukan dengan bantuan software Weft-QDA untuk memudahkan dalam pengorganisasian data. Menurut Polit dan Beck 2008 proses analisis data kualitatif terdiri dari menyusun transkrip, mengorganisasikan data dengan menentukan pernyataan esensial dan mengelompokkan data-data. Proses pengelompokkan data ini disebut dengan reduksi dimana data diubah menjadi bagian yang lebih kecil. Selanjutnya mengembangkan skema kategori dan melakukan pengkodean data berdasarkan kategori yang dibuat. Penelitian ini secara rinci melakukan lima tahapan dalam melakukan content analysis yaitu: 1. Menyusun transkrip Rekaman wawancara yang telah diperoleh kemudian disusun dalam bentuk transkrip. Transkip pada penelitian ini memuat beberapa data tentang identitas partisipan, waktu wawancara, suasana lokasi wawancara, situasi wawancara termasuk deskripsi partisipan serta catatan lapangan yang memuat informasi nonverbal yang diperoleh selama wawancara. Peneliti memberikan kode dalam proses pembuatan transkrip. Kode “Pe” diberikan untuk menyatakan pernyataan peneliti, sedangkan kode “Pa” untuk pernyataan partisipan. Selain itu, peneliti memberikan nomor untuk setiap baris hasil transkrip line. Penomoran tiap baris ini membantu peneliti dalam menemukan kembali kutipan wawancara partisipan. 2. Menentukan pernyataan signifikan Setelah dibuat transkrip, langkah selanjutnya adalah menentukan kalimat frasepernyataan signifikan yang berhubungan dengan fenomena yang diteliti. Universitas Sumatera Utara Peneliti memberikan kode warna yang berbeda pada pernyataan signifikan untuk kedua data, baik data pengalaman stres dan pengalaman mekanisme koping. Peneliti memberi kode warna hijau untuk pernyataan signifikan untuk data stres dan warna biru untuk pernyataan signifikan pengalaman mekanisme koping. Kegiatan ini disebut dengan proses highlighting. 3. Melakukan pengkodean Pernyataan signifikan yang sudah ditemukan, selanjutnya dilakukan pengkodean. Pengkodean dalam penelitian ini dilakukan pada 2 tahap, yaitu: 1 Perubahan pernyataan signifikan ke dalam bentuk bahasa yang mudah dipahami highlighting text to linguistic transformation Pada tahap ini peneliti memberi kode yang berbeda untuk data stres dan mekanisme koping. Kode ‘A’ untuk pernyataan signifikan data stres dan kode ‘B’ untuk pernyataan signifikan data mekanisme koping. Lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh dibawah ini: Highlighting text Data pengalaman stres kerja “Kondisi ICU saat saya dinas pun misalnya pas stres tinggi, pasien yang tiba-tiba bradi atau pasien yang sakaratul maut itu kan stresnya tinggi , harus gini-gini banyak tindakan. Disitukan tingkat stres memang agak lebih tinggi memang.” [P2, L26-29] Linguistic transformation Kondisi ICU dengan pasien bradikardi atau sakratul maut menimbulkan stres tinggi [P2A2] Universitas Sumatera Utara Highlighting text Data pengalaman mekanisme koping “Saya niatkan ini adalah sebuah ibadah yang harus saya lakukan untuk mencari nafkah bagi istri saya di rumah seperti itu.” [P2, L33- 34] Linguistic transformation Meniatkan pekerjaan sebagai sebuah ibadah [P2B2] 2 Pengelompokkan linguistic transformation Setelah dilakukan transformasi kalimat ke dalam bahasa yang mudah dimengerti, langkah selanjutnya adalah memberikan kode pengelompokkan ide yang telah dilakukan transformasi. Peneliti memberikan kode yang berbeda untuk pernyataan yang telah dilakukan tranformasi linguistik. Peneliti memberi kode ‘C’ untuk stres kerja dan kode ‘D’ untuk mekanisme koping. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.1. 4. Menyusun kategori Peneliti mulai menganalisis dengan mengorganisasikan data yang diperoleh dengan mengembangkan suatu metode untuk mengklasifikasi data. Tahap analisis data pada dasarnya adalah mereduksi data, data dikonversi menjadi lebih kecil sehingga lebih mudah dianalisa Polit Beck, 2008. Reduksi data dilakukan dengan menyusun kategori. beberapa pernyataan yang mempunyai makna yang sama digabungkan menjadi 1 kategori, sedangkan pernyataan yang berbeda dipertimbangkan untuk dijadikan sebagai kategori baru atau dihilangkan Universitas Sumatera Utara data reduction. Peneliti harus membaca transkrip secara berulang-ulang dan fokus dalam menyusun kategori. Tabel 3.1 Contoh Pengelompokkan Linguistic Transformation Code Linguistic transformation Idea Code Pengalaman stres kerja P1A10 Mengetahui tuntutan dari atasan tanpa memperhatikan sarana prasarana lingkungan yang kurang mendukung Mengetahui tuntutan dari atasan merupakan stres – menuntut terbaik tanpa memperhatikan kondisi sebenarnya P1C5 P1A11 Tuntutan dari atasan untuk melakukan yang terbaik tanpa mengetahui kondisi sebenarnya di lapangan P1A12 Tuntutan atasan yang memaksa pasien tetap masuk tanpa memperdulikan kondisi pasien tidak terpasang dan dari kode etik perawat. Pengalaman mekanisme koping P1B0 Menganggap stres itu relatif Memaknai stres kerja di ICU dengan positif – pendewasaan, pembelajaran dalam bersosialisasi dengan lingkungan P1D1 P1B39 Menanggapi dengan positive thinking P1B45 Memaknai stres kerja sebagai pendewasaan karena manusia makhluk sempurna yang gampang beradaptasi, tapi mempunyai reaksi beragam terhadap adaptasi P1B46 Memaknai sebagai suatu proses pembelajaran untuk mencapai kedewasaan dalam bekerja dan bersosialisasi dengan lingkungan. 5. Menyusun subtema tema Setelah ditemukan beberapa kategori-kategori, langkah selanjutnya adalah menentukan subtema atau tema. Peneliti mengelompokkan beberapa kategori Universitas Sumatera Utara yang saling berkorespondensi yang nantinya akan membentuk suatu subtema atau tema baru. Fokus utama penelitian ini adalah untuk memahami makna pengalaman mekanisme koping perawat dalam menghadapi stres kerja. Proses analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi hermeneutik Van Manen 1990. Tiga tahapan dalam pendekatan fenomenologi hermeneutik yang digunakan pada penelitian ini yaitu: mengisolasi tema-tema, mencerminkan tema-tema ke dalam The four lived worlds, dan memformulasikan tematik kategori. Penjelasan masing-masing tahap dijelaskan sebagai berikut: 1. Mengisolasi tema-tema isolating themes Tema dalam istilah pendekatan fenomenologi hermeneutik Van Manen dapat berupa kalimat, frase atau pernyataan signifikan. Tema-tema penelitian ini diisolasi dari transkrip dengan menggunakan pendekatan highlighting, yaitu membaca transkrip beberapa kali dan menandai pernyataan-pernyataan esensial signifikan yang berhubungan dengan fenomena yang diteliti. Pernyataankalimatfrase yang telah di-highlighting dilakukan transformasi bahasa linguistic transformation. Pernyataan yang telah dilakukan transformasi bahasa ini disebut dengan tema-tema themes. 2. Mencerminkan tema-tema ke dalam The four lived worlds Semua tema-tema yang telah ditemukan direfleksikan ke dalam the four lived world yaitu: corporeality lived body, relationality lived relation, spatiality lived space, dan temporality lived time. Universitas Sumatera Utara 3. Merumuskan kategori tematik formulating thematic categories Setelah menemukan tema-tema berdasarkan the four live worlds, selanjutnya tema dikelompokkan ke dalam kategori tematik. Van Manen 1990 menyatakan bahwa tidak semua tema yang ditemukan dapat mencerminkan fenomena yang diteliti. Selama proses perumusan kategori tematik, peneliti membuat pertanyaan “Apakah fenomena masih sama jika dilakukan beberapa perubahan atau penghapusan tema?”. Pertanyaan ini berguna untuk memastikan pemahaman tema-tema yang mencerminkan makna pengalaman di setiap dunia yang dialami lived world. Peneliti menemukan beberapa kategori tematik pada penelitian ini. Kemudian peneliti mendiskusikan hasil temuan kepada dosen pembimbing yang sekaligus merupakan pakar penelitian kualitatif. Selama proses terjadi perubahan kategori tematik. Selanjutnya peneliti melakukan member check kepada 3 partisipan untuk memvalidasi hasil temuan apakah sesuai dengan fenomena yang dialami. Hasil akhir diperoleh struktur atau skema kategori tematik. Lebih jelasnya dapat dilihat pada bab hasil penelitian gambar 4.1.

3.7. Tingkat Keabsahan Data Trusthworthiness of Data