“Kalau dinas sore malam itu yang membuat kita stres misalnya kalau tempat tidur penuh, sementara orang luar memaksa ingin
memasukan pasiennya.” [P8]
4.3.4. Dampak stres kerja
Dampak yang timbul dari akibat stres kerja yang pernah dialami oleh partisipan dikategorikan menjadi: 1 timbulnya berbagai masalah kesehatan dan 2
memiliki keinginan untuk keluar dari pekerjaan. Masing-masing subtema dijelaskan sebagai berikut:
1 Timbulnya berbagai masalah kesehatan
Salah satu dampak stres kerja yang dialami oleh partisipan adalah timbulnya berbagai masalah kesehatan. Beberapa partisipan menyatakan masalah
kesehatan yang dialami seperti sakit pinggang, sakit punggung, mual muntah, pusing, dan flu. Partisipan juga menyatakan bahwa masalah kesehatan yang
dialami disebabkan jaga malam yang terlalu banyak. Keadaan ini dinyatakan oleh partisipan bahwa dinas malam yang terlalu banyak dan kurangnya jadwal istirahat
atau tidak terpenuhinya waktu istirahat antara dinas malam dengan dinas berikutnya menyebabkan daya tahan tubuh rendah sehingga menimbulkan
masalah kesehatan tersebut. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan beberapa partisipan dibawah ini:
“Masalah kesehatannya ya itu tadi, kalau aku jaga malam aku bermasalah. Aku punya riwayat hipertensi. kalau aku jaga malam
itu timbul dampaknya, kan angin malam itu. timbulnya selalu jaga malam. Sakit punggung kakak ini. Punggung ku sakit itu kadang-
Universitas Sumatera Utara
kadang pulang dinas malam, aku mual-mual, muntah-muntah.” [P5]
“Kaki kayaknya, asam urat karena jaga malam terus, begadang kan. Pusing, capek, badan remuk redam. Nah itu stresnya kalau
dinas malam. Asam urat, sakit kepala, sakit pinggang. Itu karena capek.”
[P8] “Paling cuma pilek-pilek, biasa lah. Ya itu karena capek. Daya
tahan tubuh rendah. Ya otomatis, sakit-sakit flu.” [P9]
2 Memiliki keinginan untuk keluar dari pekerjaan
Selain masalah kesehatan yang dialami oleh partisipan, dampak lainnya akibat stres kerja adalah timbulnya keinginan untuk berhenti bekerja di ICU.
Keinginan ini muncul disebabkan karena jam kerja partisipan yang lebih banyak. Keadaan ini menimbulkan perasaan kesal. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan
salah satu partisipan dibawah ini: “Sempat terbesit bagaimana untuk keluar dari ICU.”
[P9] Salah satu partisipan lainnya juga mempunyai keinginan untuk keluar dari
pekerjaan. Partisipan tersebut menyatakan bahwa keinginannya tersebut disebabkan karena partisipan merasa tidak dihargai karena masa kerjanya yang
paling lama diantara pegawai ICU yang lain yaitu 26 tahun dan masih ditugaskan untuk dinas sore malam lebih banyak serta dinas pada saat hari libur. Ditambah
lagi partisipan merasa bahwa teman-temannya tidak memahami keinginannya seperti keinginannya untuk sholat dhuha pada saat dinas pagi. Keinginannya
untuk keluar dari rumah sakit sudah pernah diajukan ke pihak manajemen rumah
Universitas Sumatera Utara
sakit, namun tidak digubris sehingga partisipan merasa tidak diperlakukan adil selama ini. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan salah satu partisipan dibawah
ini: “Aku harus keluar dari rumah sakit lagi memukul lantai. Itu niat
aku memang ada. Itulah niat kakak tadi itu, dalam diri ku berarti kalau anda tidak cocok, tidak sanggup, ya udah keluar aja. Itu
terpendam niat aku jadinya. Ya aku juga punya batas kesabaran. Gak akan mungkin kakak seperti ini terus. Suatu saat aku akan
‘cau’, keluar dari rumah sakit umum.” [P5]
Sebagai hasil ringkasan dari hasil content analysis stres kerja perawat ICU diatas dapat dilihat pada tabel 4.2.
4.4. Mekanisme Koping Perawat ICU