Definisi Stres Etiologi stres

dengan tuntutan strategi koping Lazarus dan Folkman 1984 dalam penanganan stresor yang cenderung lebih terpusat pada kemampuan untuk mencari penyelesaian masalah. Strategi koping positif ini terbukti efektif dalam pencegahan stres kerja. Untuk itu, mekanisme koping bersifat menghindari avoidance tidak dianjurkan dalam penanganan stresor karena justru akan memperburuk keadaan dan memperbesar resiko terkena dampak burnout Haar, 2006. McNeely 1995 menyatakan bahwa mayoritas koping yang dilakukan oleh perawat adalah menggunakan mekanisme koping positif seperti berbicara dengan teman, pasangan, atau perawat lain dan mengikuti pertemuan formal. Hanya 21 perawat yang mengekspresikan perasaan seperti berteriak, menangis, memainkan musik, dan olahraga. Dapat disimpulkan bahwa perawat pada penelitian tersebut memanfaatkan lingkungan yang supportive sebagai strategi koping. Berdasarkan beberapa artikel penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa perawat dapat menggunakan lebih dari satu cara untuk mengatasi stresor kerja. Cara yang digunakan tergantung pada pengalaman seseorang dalam menghadapi stresor Ashker et al, 2012.

2.2 Konsep Stres

2.2.1 Definisi Stres

Stres adalah respon fisik, mental, psikologis, dan spiritual terhadap berbagai faktor penyebab stres Huber, 2000; Kozier et al, 2004 baik berupa faktor emosional, sosial, ekonomi, atau faktor lainnya Funnel et al, 2005 yang Universitas Sumatera Utara dinilai sebagai sesuatu yang berat atau melebihi sumber daya yang dimilikinya dan membahayakan kesejahteraannya Lazarus Folkman, 1984. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa stres kerja termasuk bagian dari stres. Stres kerja terjadi ketika tantangan dan tuntutan kerja menjadi berlebihan dan melebihi kemampuan individu untuk mengatasi tuntutan atau tantangan tersebut. Kondisi ini akan meyebabkan kepuasan kerja menurun sehingga memungkinkan terjadinya frustasi dan kelelahan Lambert Lambert, 2008.

2.2.2 Etiologi stres

Stres dapat disebabkan oleh berbagai sumber stres atau yang dikenal dengan istilah stressor. Stresor adalah kejadian atau rangsangan apapun yang menyebabkan seseorang mengalami stres Kozier et al, 2004; Funnel et al, 2005. Stresor dapat diklasifikasi menjadi stresor fisik dan psikologis. Stresor fisik mencakup trauma pada tubuh seperti cedera, nyeri, infeksi, dan penyakit. Stresor psikologis mencakup interpretasi seseorang terhadap rangsangan apapun sebagai tantangan, tuntutan, dan ancaman. Contohnya konflik interpersonal akibat perceraian, kematian, dan perubahan peran sosial Funnel et al, 2005. Stresor juga dapat diklasifikasi sebagai stresor internal dan eksternal. Stresor internal terjadi di dalam diri seseorang seperti kelaparan, kehausan, kelelahan, demam, dan efek hamil atau menopause. Stresor ini juga mencakup emosi kuat seperti perasaan malu atau bersalah. Stresor eksternal berasal dari luar diri seseorang. Stresor tersebut mencakup perubahan lingkungan seperti paparan temperatur suhu yang drastis, kebisingan, akibat traumatis kecelakaan atau Universitas Sumatera Utara bencana alam. Stresor ini juga meliputi tekanan kelompok, isolasi sosial, tuntutan sekolah, keluarga. atau pekerjaan Funnel et al, 2005. Pekerjaan merupakan salah satu stresor bagi perawat. Menurut Huber 2000 stresor yang berhubungan dengan kerja perawat dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: 1. Stresor yang berasal dari individu Stresor yang berasal dari individu perawat itu sendiri dibedakan atas stresor internal dan eksternal. Stresor pada perawat yang berasal dari sumber internal, contohnya perawat membawa pekerjaan ke dalam konflik emosional pribadinya atau perlu menyeimbangkan antara kerja dan peran keluarga. Hal ini serupa dengan konflik interpersonal, kebutuhan untuk menyeimbangkan peran ganda dalam kehidupan yang dapat menimbulkan stres personal. Stresor pada perawat yang berasal dari sumber eksternal, contohnya kepribadian perawat yang tidak sesuai dengan situasi kerja yang diberikan. 2. Stresor yang berasal dari lingkungan kerja Stresor yang berasal dari lingkungan kerja seperti tuntutan tempat kerja atau organisasi seperti role expectations, lingkungan fisik dan teknis, pola hubungan interpersonal, konflik peran profesional-birokrasi, expectation multiple, manajemen, gaya kepemimpinan, pola komunikasi, penjadwalan, beban kerja, outcome klien yang negatif, hubungan dengan dokter, kurang partisipasi dalam pengambilan kebijakan, pengetahuan dan skill yang tidak adekuat. Berbagai hasil penelitian yang mengidentifikasi stres yang terjadi pada perawat. Penelitian Hays et al. 2006 berdasarkan tingkat stres perawat Universitas Sumatera Utara ditemukan mayoritas faktor penyebab stres tingkat tinggi yaitu kekurangan staf. Mayoritas faktor penyebab stres tingkat sedang adalah perawat yang tidak kompeten dan stres tingkat ringan adalah kondisi lingkungan yang bising. Hasil penelitian Lawrence 2011 mendukung hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan kelelahan merupakan faktor penyebab stres yang dapat bersumber dari kekurangan staf. Selain itu, Lawrence juga menemukan bahwa stres pada perawat ICU juga disebabkan oleh demoralizing. Kondisi demoralizing dapat timbul karena kurangnya penghargaan profesional yang diterima perawat Jehangir et al, 2011. Jehangir et al. 2011 menemukan frekuensi faktor penyebab stres yang dialami oleh perawat dari yang besar hingga kecil, antara lain: beban kerja yang berlebihan, lingkungan kerja yang berbahaya dan tidak sehat, sumber yang tidak cukup, penderitaan pasien, konflik tuntutan yang tidak sesuai dengan yang diterima, kurangnya rasa menghargai secara profesional, kurangnya kesempatan promosi kerja, pembayaran dan keuntungan tidak adekuat, serta masalah pernikahan. Penelitian diatas mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lees Ellis 1990 dan Cai et al. 2008 yang menyimpulkan bahwa beban kerja yang berlebihan merupakan stresor terbesar. McNeely 1995 menemukan bahwa sumber stres yang utama pada perawat terkait faktor sebab akibat suatu sistem kebijakan rumah sakit. Hal ini bisa dilihat dari gambaran stresor perawat terkait beban kerja berlebihan yang mengakibatkan perawat tak mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasien. Hal ini kemudian diperburuk lagi oleh kurangnya dukungan dari staf senior yang Universitas Sumatera Utara mengakibatkan staf junior kurang kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan. Penelitian Jehangir et al. 2011 juga memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Maria et al. 2010 yang meneliti struktur lingkungan kerja dan perasaan kurang dihargai juga merupakan sumber stres kerja perawat.

2.2.3 Gejala Stress