Gejala Stress Efek stres

mengakibatkan staf junior kurang kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan. Penelitian Jehangir et al. 2011 juga memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Maria et al. 2010 yang meneliti struktur lingkungan kerja dan perasaan kurang dihargai juga merupakan sumber stres kerja perawat.

2.2.3 Gejala Stress

Stres dapat diobservasi melalui respon atau gejala yang timbul ketika menghadapi stresor. Gejala stres tersebut dapat berupa efek fisiologi, psikologi, kognitif, dan perilaku. Gejala fisiologis yang biasanya timbul antara lain nyeri perut, mulut kering, mual muntah, pusing, gemetar, tremor, dispnea, hiperventilasi, palpitasi, diare, frekuensi buang air kecil meningkat, diaphoresis, dan takikardi. Gejala psikologis berupa kesedihan, depresi, mood labil, mudah tersinggung irritability, cepat marah. Gejala kognitif berupa kebingungan, pelupa, tidak mampu berkonsentrasi, kesulitan dalam mengambil keputusan. Gejala perilaku berupa tidak dapat tidur, tidak nafsu makan atau makan yang berlebihan, berbicara cepat atau keras, finger tapping, menarik rambut, gelisah, dan mudah menangis Funnel et al, 2005.

2.2.4 Efek stres

Menurut Kozier et al. 2004 efek yang ditimbulkan oleh stres dapat berupa fisik, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual. Secara fisik, stres dapat mengancam keseimbangan homeostatis seseorang. Secara emosional, stres dapat menimbulkan perasaan negatif pada diri. Secara intelektual, stres dapat mempengaruhi persepsi seseorang dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah. Secara sosial, stres dapat mengubah hubungan seseorang dengan orang Universitas Sumatera Utara lain. Secara spiritual, stres dapat mempengaruhi keyakinan dan nilai diri seseorang. Stres juga berdampak pada kondisi kesehatan. Berbagai kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh stres meliputi; migrain, gastritis, ulserasi lambung, alergi, colitis ulserasi, gangguan makan, arthritis, diabetes, gangguan jiwa seperti depresi dan panik, asma, disfungsi seksual, penyakit jantung, kanker, dan hipertensi Funnel et al, 2005. Selain berdampak terhadap kondisi kesehatan, stres kerja juga berdampak pada organisasi kerja. Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa dampak stres kerja bagi perawat antara lain penurunan kesehatan fisik, psikologis, kepuasan kerja Johnson et al, 2005, dan mempengaruhi prestasi kerja perawat di pelayanan asuhan keperawatan McNeely, 1995; Jehangir et al, 2011. Sebagai contoh, perawat kurang mampu memenuhi kebutuhan pasien secara holistik dan komprehensif. Hal ini terlihat dari kurangnya pemberian asuhan keperawatan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan psikologis pasien McNeely, 1995. Akibatnya, perawat tampak sebagai tenaga kesehatan yang tidak punya komitmen dan kurang bertanggung jawab Lim Yuen, 1998. Dampak stres kerja yang lebih fatal adalah exhaustion kelelahan, burnout dan keinginan untuk keluar dari profesi perawat Lawrence, 2011 ditambah lagi peningkatan absenteeism dan turnover Huber, 2000. Jadi dapat disimpulkan bahwa dampak stres kerja pada perawat lebih bersifat psikologis dan memicu penurunan kualitas profesionalitas kerja perawat. Universitas Sumatera Utara

2.2.5 Model Adaptasi Stres