“Sangkinkan stresnya, kakak gak bisa tidur satu malam itu. Tak berhenti-henti
kakak wara-wiri melihat pasien dari ujung ke ujung
.” [P6] Selain perubahan perilaku diatas, partisipan juga menyatakan bahwa
terkadang berbicara kasar kepada keluarga pasien. Beberapa partisipan menjelaskan bahwa hal ini terjadi karena keluarga pasien tidak bisa menerima atas
apa yang telah dijelaskan oleh partisipan sehingga partisipan terbawa emosi dalam berbicara. Bahkan, partisipan juga menyatakan bahwa partisipan pernah
bertengkar dengan keluarga pasien. Partisipan menjelaskan bahwa perubahan perilaku ini terjadi karena kelelahan dalam bekerja. Pernyataan ini sesuai dengan
kutipan beberapa partisipan dibawah ini: “Kadang-kadang saat kita menyampaikannya itu ke keluarga
pasien kurang baik seperti ini Ya gak bisalah buk.” [P5]
“Keluarga pasien itu tidak suka dengan omongan ku sehingga aku bertengkar pada waktu itu.”
[P7]
4.3.3. Waktu stres kerja
Waktu timbulnya stres kerja yang pernah dialami oleh partisipan dikategorikan menjadi beberapa sub tema; 1 pada saat awal pertama kali bekerja,
2 saat kejadian sedang berlangsung, dan 3 jadwal shift dinas tertentu. Masing- masing sub tema dijelaskan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1 Pada saat awal pertama kali bekerja
Beberapa partisipan menyatakan bahwa stres terjadi ketika pertama kali bekerja di ICU. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh beberapa partisipan yang
mengalami gejala stres saat pertama kali bekerja di ICU yaitu takut, bingung, dan stres. Beberapa partisipan menyatakan bahwa gejala yang dialami disebabkan oleh
belum memiliki pengalaman bekerja di ICU. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan oleh beberapa partisipan dibawah ini:
“Buat pertama-tama mungkin bingung. Pertama masuk ICU, pasti merasa stres karena belum mempunyai pengalaman kan.”
[P10] “Stres kerja…yang paling stres dulu waktu kita masih baru-baru
bekerja disini.” [P3]
Selain itu, salah satu partisipan juga menyatakan bahwa pengalaman bekerja di rumah sakit hanya dari ruangan rawat inap saja. Hal ini dinyatakan oleh
partisipan bahwa ketika awal ditempatkan bekerja di ICU, partisipan merasa kebingungan dan takut. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan salah satu partisipan
berikut: “Kalau aku awal-awalnya memang bingung karena sebenarnya
aku bekerja di ruang rawat inap. Stresnya ya di awal-awal itu memang aku takut.”
[P7] Partisipan lainnya menyatakan bahwa saat bekerja pertama kali di ICU
partisipan merasakan kekhawatiran dalam mengatur settingan ventilator seperti takut selang-selang yang diaturnya salah karena akan berakibat fatal bagi pasien.
pernyataan ini sesuai dengan pernyataan salah satu partisipan dibawah ini:
Universitas Sumatera Utara
“Itu memang di awal-awal agak khawatir takut kebalik-balik alat.”
[P2] Selain itu, beberapa partisipan menyatakan bahwa saat pertama kali
bekerja di ICU partisipan diperlakukan tidak adil, seperti mendapatkan jadwal dinas dengan jam yang berlebihan dan permintaan libur yang diajukkan belum
bisa dipenuhi. Partisipan menyatakan bahwa hal ini juga dialami dengan beberapa temannya yang masih muda. Keadaan ini disebabkan karena status junior dan
belum menikah sehingga menimbulkan perasaan kesal pada masa awal bekerja. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan salah satu partisipan dibawah ini:
“Awal-awal baru masuk disini awal-awalnya gondok ya. langsung ngomong kok seperti ini...”
[P1]
2 Saat kejadian sedang berlangsung
Beberapa partisipan menyatakan bahwa stres yang dialami hanya terjadi pada saat kejadian tertentu, tidak berlarut-larut seperti menghadapi teman sejawat
yang tidak bisa bekerja sama. Partisipan menyatakan bahwa perasaan kesal timbul ketika teman tidak menangani pasiennya, namun perasaan kesal tersebut hanya
dirasakan sesaat saja tidak sampai membuat hubungan antar teman menjadi renggang. Pernyataan tersebut sesuai dengan kutipan salah satu partisipan berikut:
“Kalau dengan teman sejawat itu emosinya ya paling-paling saat itu saja.”
[P1] Salah satu partisipan lainnya menyatakan bahwa stres yang dialami ketika
menghadapi keluhan keluarga pasien seperti keluarga pasien yang marah. Partisipan menyatakan bahwa perasaan kesal yang dialami terhadap keluarga
Universitas Sumatera Utara
pasien hanya pada saat kejadian tersebut, tidak berlarut. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan beberapa partisipan dibawah ini:
“Ya pasti kesal pada saat kejadian itu, siap itu ya udah tidak ada lagi.”
[P10] “Stres-stres kakak itu tidak berlarut, stresnya sesaat waktu itu
saja.” [P3]
Partisipan lainnya menyatakan bahwa gejala stres yang dialaminya adalah perasaan takut dalam menghadapi kondisi pasien yang tidak stabil. Keadaan ini
menyebabkan partisipan tidak bisa tidur pada saat dinas malam tersebut. Gejala stres yang dialami oleh partisipan dinyatakan bahwa partisipan mengalami
ketakutan atas hal-hal yang akan terjadi pada pasien dan menyebabkan kondisi pasien memburuk selama jam dinas. Kejadian yang pernah dialami oleh partisipan
dinyatakan hanya terjadi pada saat itu saja dan tidak berkepanjangan pada dinas selanjutnya. Partisipan juga menyatakan bahwa gejala stres yang pernah
dialaminya selama bekerja di ICU disebabkan karena partisipan belum memiliki pengalaman dinas di ICU dan juga merupakan dinas malam yang pertama di ICU.
Pernyataan ini sesuai dengan salah satu kutipan partisipan dibawah ini: “Kakak merasa takut pada satu malam itu saja. Takut pasien itu
mengapa-ngapa nanti. Memang satu malam itu takut terjadi sesuatu sewaktu kakak dinas.”
[P6]
3 Jadwal shift dinas tertentu
Selain pada saat pertama kali bekerja dan kejadian-kejadian tertentu, beberapa partisipan juga menyatakan bahwa stres yang dialami lebih sering terjadi
Universitas Sumatera Utara
pada saat jadwal dinas sore dan dinas malam. Hal ini dinyatakan oleh salah satu partisipan bahwa kondisi pasien lebih banyak menurun pada saat dinas malam.
Pernyataan ini sesuai dengan kutipan salah satu partisipan berikut: “saya merasa stres ketika dinas malam karena pada saat dinas
malam kondisi pasien lebih banyak menurun, bahkan pasien meninggal lebih sering terjadi pada malam hari.”
[P9] Selain itu, partisipan diatas juga menyatakan bahwa jumlah pasien yang
masuk ke ruang ICU lebih sering terjadi pada saat malam hari. Partisipan menyatakan bahwa dengan kondisi jumlah pasien yang banyak, namun jumlah
perawat yang dinas pada saat itu sedikit akan menimbulkan kelelahan. Pernyataan ini sesuai dengan salah satu kutipan partisipan dibawah ini:
“Pasien itu malam aja yang banyak. Itu kan capek.” [P9]
Pernyataan diatas didukung oleh partisipan lainnya yang menyatakan bahwa mempunyai jadwal dinas sore dan malam yang banyak akan menimbulkan
stres. Hal ini disebabkan pada saat dinas sore dan malam pasien yang akan masuk ke ICU cukup banyak dan ini menyebabkan kesulitan bagi partisipan dalam
mengaturnya. Ditambah lagi dengan sulitnya dalam mengambil keputusan dan kurangnya peralatan yang tersedia. Partisipan menyatakan bahwa bed yang
tersedia berjumlah 7, namun peralatan yang ada tidak lengkap untuk masing- masing bed seperti 1 buah tensimeter yang digunakan untuk 2 bed pasien.
Keadaan ini memperlambat kerja partisipan serta menimbulkan perasaan kesal. Pernyataan tersebut sesuai dengan kutipan partisipan dibawah ini:
Universitas Sumatera Utara
“Kalau dinas sore malam itu yang membuat kita stres misalnya kalau tempat tidur penuh, sementara orang luar memaksa ingin
memasukan pasiennya.” [P8]
4.3.4. Dampak stres kerja