Konsep Studi Fenomenologi TINJAUAN PUSTAKA

2.2.6. Stres dan koping pada Pemberi Pelayanan Kesehatan

Koping dengan pemberi pelayanan profesional dibentuk dari makna- makna budaya dan bentuk institusi yang dihubungkan dengan pemberian pelayanan. Menurut Marshal 1980 keperawatan merupakan profesi yang penuh dengan stres tinggi as highly stressfull. Pada setting ICU, keseharian selalu perawat menghadapi situasi yang mengancam kehidupan dan pengobatan yang rumit yang membolehkan kesalahan dalam batas minimal. ICU memiliki berbagai teknologi canggih yang mana dibutuhkan secara terus-menerus peningkatan pengetahuan. Kondisi ini mempengaruhi psikologis perawat secara tidak langsung yaitu menghadapi berbagai teknologi canggih yang banyak akan memicu ketakutan perawat untuk melakukan suatu kegagalan. Selain itu, perawat yang bekerja di rumah sakit pasti menghadapi masalah dalam organisasi yang kompleks seperti kurangnya wewenang dan pengakuan Benner Wrubel, 1989.

2.3 Konsep Studi Fenomenologi

Pandangan fenomenologi terhadap stres dan koping ditampilkan untuk mengembangkan sebuah bahasa yang secara adekuat lebih menangkap kemungkinan-kemungkinan pengalaman yang dialami oleh orang-orang yang menggunakan koping dalam berbagai kejadian seperti kelahiran, kematian, penuaan, penyakit, dan ketegangan selama bekerja Benner Wrubel, 1989. Fenomenologi berakar dari ilmu filosofi yang dikembangkan oleh Husserl dan Heidegger pada tahun 1962. Konsep ini merupakan suatu pendekatan untuk Universitas Sumatera Utara mengeksplorasi pengalaman hidup manusia. Ini berfokus pada esensi dan makna dari pengalaman tersebut Polit Beck, 2008. Husserl dan Heidegger sebagai ahli fenomenologi phenomenologist memiliki berbagai pandangan terkait pengalaman manusia. Husserl dan Heidegger 1962, dalam Polit Beck, 2008 memandang fenomena subjektif dengan keyakinan bahwa kebenaran tentang realita didasarkan pada pengalaman hidup manusia. Pengalaman hidup manusia dipandang oleh phenomenologist sebagai sesuatu yang penuh makna dan dialami secara sadar. Pengalaman hidup manusia diartikan sebagai keterikatan fisik manusia terhadap dunianya. Ini dikenal dalam istilah fenomenologi sebagai “being-in the world” atau “embodiment”. Dapat disimpulkan embodiment merupakan pengalaman manusia secara sadar melalui interaksi tubuh dengan dunia Polit Beck, 2008. Pengalaman manusia dipelajari oleh peneliti untuk mengetahui dan memahami esensi atau makna dari pengalaman tersebut. Pengetahuan dan pemahaman ini dilakukan oleh peneliti dengan berbagai cara. Peneliti berupaya mengeksplorasi pengalaman yang dialami oleh partisipan melalui pengumpulan informasi dan berusaha masuk ke dalam dunia partisipan, sehingga pengalaman partisipan dapat dialami oleh peneliti dengan cara yang sama. Pengumpulan informasi dapat dilakukan dengan wawancara mendalam, partisipasi, observasi, dan refleksi introspeksi Polit Beck, 2008. Polit dan Beck 2008 menyatakan bahwa terdapat dua jenis penelitian fenomenologi yaitu : Universitas Sumatera Utara 1. Descriptive Phenomenology Fenomenologi deskriptif dikembangkan oleh Husserl pada tahun 1962. Jenis penelitian ini ditekankan pada deskripsi pengalaman yang dialami oleh manusia berdasarkan apa yang didengar, dilihat, diyakini, dirasakan, diingat, dievaluasi, dilakukan, dan seterusnya. Fokus utama fenomenologi deskriptif adalah ’knowing’. Penelitian ini memiliki empat langkah, yaitu bracketing, intuiting, analyzing, dan describing . Bracketing merupakan proses mengidentifikasi dan membebaskan diri dari praduga-praduga, keyakinan, atau pendapat terkait fenomena yang diteliti. Proses ini dilakukan oleh peneliti dengan cara peneliti membebaskan diri dari teori-teori yang diketahuinya serta menghindari perkiraan-perkiraan dalam upaya memperoleh data yang murni. Intuiting merupakan langkah kedua dimana peneliti tetap terbuka terhadap makna yang dikaitkan dengan fenomena yang dialami oleh partisipan. Analyzing merupakan proses analisa data yang dilakukan melalui beberapa fase seperti; mencari pernyataan-pernyataan signifikan kemudian mengkategorikan dan menemukan makna esensial dari fenomena yang dialami. Describing merupakan tahap terakhir dalam fenomenologi deskriptif. Langkah ini peneliti membuat narasi yang luas dan mendalam tentang fenomena yang diteliti. Fenomenologist dalam proses analisis data untuk fenomenologi deskriptif adalah Collaizi 1978, Giorgi 1985, dan Van Kaam 1959. Ketiga fenomenologis tersebut berpedoman pada Filosofi Husserl yang mana fokus utamanya adalah mengetahui gambaran sebuah fenomena. Universitas Sumatera Utara 2. Interpretive Phenomenology Interpretive Phenomenology dikembangkan oleh Heidegger pada tahun 1962. Filosofi yang dianut oleh Heidegger berbeda dengan Husserl. Inti filosofinya ditekankan pada pemahaman dan interpretif penafsiran, tidak sekedar deskripsi pengalaman manusia. Pengalaman hidup manusia merupakan suatu proses interpretif dan pemahaman yang merupakan ciri dasar keberadaan manusia. Penelitian interpretif bertujuan untuk menemukan pemahaman dari makna pengalaman hidup dengan cara masuk ke dalam dunia partisipan. Pemahaman yang dimaksud adalah pemahaman setiap bagian dan bagian-bagian secara keseluruhan. Ahli fenomenologi untuk analisa data fenomenologi interpretif adalah Van Manen yang berpedoman pada filosofi Heiddegrian. Pendekatannya untuk metoda analisis data merupakan kombinasi dari karakteristik fenomenologi deksriptif dan interpretif Polit Beck, 2008. Berdasarkan pendekatan Van Manen 1990 dalam Polit dan Beck 2008 aspek tematik dari pengalaman dapat ditemukan atau diisolasi dari deskripsi pengalaman partisipan dengan 3 metode yaitu the detailed or line-by-line approach, the selective or highlighting approach , dan the holistic approach. The detailed or line-by-line approach , peneliti mencari esensial atau makna dari pengalaman dengan membaca secara detail dan menganalisa setiap kalimat. The selective or highlighting approach , peneliti memberikan highlight atau menarik keluar pernyataan atau frase yang terlihat esensial dari pengalaman yang diteliti. Pernyataan atau frase yang di-highlight adalah pernyataan yang paling sering Universitas Sumatera Utara muncul tentang fenomena sesuai dengan pertanyaan penelitian. The holistic approach , pendekatan dimana peneliti melihat teks secara keseluruhan dan mencoba untuk menemukan makna dari teks tersebut. Hasil dari ketiga metode tersebut akan ditemukan beberapa tema yang merupakan objek refleksi dan interpretif melalui validasi hasil kepada partisipan. Van Manen 2006 dalam Polit dan Beck 2008 menekankan bahwa pendekatan metode fenomenologi tidak terpisahkan dari praktik menulis. Penulisan hasil analisa kualitatif merupakan suatu upaya aktif untuk memahami dan mengenali makna hidup dari fenomena yang diteliti yang dituangkan dalam bentuk teks tertulis. Tek tertulis yang dibuat oleh peneliti harus dapat mengarahkan pemahaman pembaca dalam memahami fenomena tersebut. Van Manen juga menyatakan identifikasi tema dari deskripsi partisipan tidak hanya diperoleh dari teks tertulis hasil transkrip wawancara, tetapi juga dapat diperoleh dari sumber artistik lain seperti literatur, musik, lukisan, dan seni lainnya yang dapat menyediakan kekayaan informasi pengalaman partisipan sehingga meningkatkan wawasan bagi peneliti dalam melakukan interpretasi dan pencarian makna dari suatu fenomena. Pendekatan Van Manen berusaha untuk menggambarkan makna dari pengalaman seperti yang dialami dengan sebuah interpretasi teks kehidupan. Dalam pendekatan ini, cara untuk mengetahui melalui teks interpretif adalah kongruen sama dengan framework filosofi hermeneutik. Pendekatan ilmu manusia Van Manen 1990 menyediakan proses penelitian; beberapa termasuk memunculkan pertanyaan-pertanyaan, mengumpulkan data, mengembangkan Universitas Sumatera Utara sebuah fenomena, dan membangun interpretasi tekstual yang mengarahkan langsung peneliti untuk memahami arti dari pengalaman hidup perawat. Selanjutnya, pendekatan ini menawarkan panduan-panduan untuk mengembangkan 4 dunia yang dialami yang mencerminkan pada teks-teks interpretif dari kehidupan sehingga membantu peneliti membedakan struktur hidup yang dialami dari makna dari merawat orang-orang yang mempunyai pengalaman kematian damai di ICU dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan ilmu manusia fenomenologi hermeneutik Van Manen 1990 terdiri dari perspektif ilmu manusia, fenomenologi, dan hermeneutik. Enam aktivitas metodologi penelitian ilmu manusia diperkenalkan oleh Van Manen, yang memungkinkan peneliti memilih atau menciptakan metode penelitian yang sesuai, teknik, dan prosedur untuk pertanyaan penelitian tertentu. Van Manen mengembangkan bahwa penelitian fenomenologi hermeneutik sebagai sebuah interaksi dinamis antara 6 aktivitas-aktivitas ilmu manusia. Keenam aktivitas tersebut adalah Van Manen, 1990: 1 Mengembalikan sifat pengalaman yang dialami Turning to the nature of lived experience Van Manen 1990 mengembangkan penelitian yang dikemudikan dengan sebuah komitmen dari pengembalian ke perhatian yang tak kunjung habisnya. Mengembalikan ke fenomena interest akan menawarkan peneliti pada penuh pemikiran akan keseluruhan hidup dan aspek-aspek dari keberadaan manusia. Peneliti akan menggali sebuah pertanyaan yang mendalam terkait sifat esensial Universitas Sumatera Utara dari fenomena dan mengembangkan fenomena dengan penuh pengertian wawasan. 2 Menginvestigasi pengalaman seperti yang kita alami Investigating experience as we live it Pada tema ini, Van Manen 1990 menyediakan pentingnya investigasi pengalaman bahwa penelitian fenomenologi percaya bahwa kebijaksanaan praktik adalah dalam pemahaman sifat pengalaman yang dialami itu sendiri. “Mengalami adalah sebuah kebijaksanaan praktik kehidupan yang mana menghasilkan dari yang hidup yang dialami secara mendalam“. Van manen menganjurkan peneliti untuk mengeksplor pengalaman yang dialami dan melakukan deskripsi personal pengalaman yang dialami sebagai sebuah titik awal penelitian. 3 Mencerminkan tema-tema esensial yang mana mencirikan fenomena Reflecting on the essential themes which characterize the phenomenon Van manen 1990 menyatakan bahwa penelitian fenomenologi, tidak seperti jenis penelitian lainnya, membuat sebuah perbedaan antara “appearance” dan “essence”, antara hal-hal pengalaman dan yang mendasari hal-hal pengalaman tersebut”. Van manen mengusulkan bahwa refleksi yang benar pada pengalaman yang dialami dicapai dengan menanyakan “Apa yang merupakan sifat dari pengalaman hidup?”. Dalam mencerminkan tema-tema esensial yang mencirikan fenomena, Van Manen 1990 menawarkan kegiatan-kegiatan dari mengisolasi tema, menginterpretasikan tema, reflecting tema, dan menentukan tema yang incidental tema-tema yang kurang pentingtambahan dan tema esensial. Van manen juga Universitas Sumatera Utara menganjurkan 3 pendekatan untuk mengisolasi tema dari transkrip: “the wholistic or sententious approach, the selective or highlighting approach, and the detailed or line by line approach”. Van manen 1990 juga menegaskan bahwa penelitian fenomenologi hermeneutik berusaha untuk mengeksplor struktur kehidupan dunia manusia. Struktur kehidupan dunia manusia seperti yang dikembangkan oleh Van Manen terdiri dari 4 fundamental kehidupan dunia atau “four existentials”. Keempat existential itu adalah ”lived space spatiality, lived body corporeality, lived time temporality, dan lived human relation relationality”. Secara detail, keempat dunia hidup yang dialami dikembangkan seperti dibawah ini:

a. Lived space