Lived space Lived body Lived time Lived relation

menganjurkan 3 pendekatan untuk mengisolasi tema dari transkrip: “the wholistic or sententious approach, the selective or highlighting approach, and the detailed or line by line approach”. Van manen 1990 juga menegaskan bahwa penelitian fenomenologi hermeneutik berusaha untuk mengeksplor struktur kehidupan dunia manusia. Struktur kehidupan dunia manusia seperti yang dikembangkan oleh Van Manen terdiri dari 4 fundamental kehidupan dunia atau “four existentials”. Keempat existential itu adalah ”lived space spatiality, lived body corporeality, lived time temporality, dan lived human relation relationality”. Secara detail, keempat dunia hidup yang dialami dikembangkan seperti dibawah ini:

a. Lived space

Lived space meliputi perasaan internal dari pembentukan tempat yang dialami dan juga perasaan eksternal yang menjadi hubungan dengan tempat. Kita mungkin merasa kecil dalam ruang yang besar. Beberapa tempat adalah ruang yang spesial. Lived space adalah sebuah kategori untuk meneliti ke dalam cara- cara yang kita mengalami peristiwa-peristiwa dari hari ke hari dan membantu kita menemukan beberapa makna fundamental dari dimensi kehidupan yang dialami.

b. Lived body

Lived body berarti kenyataannya bahwa kita selalu di dunia secara badaniah. Kehadiran tubuh kita atau secara fisik mengungkapkan sesuatu tentang diri kita dan menyembunyikan sesuatu pada waktu yang sama. Lived body mencakup dimensi emosional, psikologi, dan fisiologi. Universitas Sumatera Utara

c. Lived time

Lived time adalah waktu subjektif sebagai lawan waktu objektif. Waktu akan cepat atau lambat tergantung pada perasaan kita selama di dunia. Ini mencakup persepsi waktu kita dalam hubungan dengan dimensi masa lalu, saat ini, dan masa yang akan datang.

d. Lived relation

Lived relation adalah cara kita menjaga hubungan dengan yang lain dalam ruang interpersonal yang kita saling berbagi dengan mereka. Karena kita bertemu dengan yang lain, kita mendekati yang lain dengan cara corporal secara jasmaniah. Karena kita bertemu dengan yang lain, kita dapat mengembangkan sebuah hubungan percakapan yang mengizinkan kita untuk melampaui diri kita sendiri. Keempat dunia yang dialami oleh partisipan akan menuntun dalam refleksi pengalaman hidup manusia yang sedang diteliti. 4 Mengembangkan fenomena melalui seni menulis dan menulis kembali Describing the phenomenon through the art of writing and re-writing Van Manen 1990 menganjurkan bahwa untuk melakukan riset dalam fenomenologi menyumbangkan sesuatu ke dalam bahasa. Untuk melakukan ini, menulis writing dilakukan. Bahasa dan mau mendengarkan untuk fenomena akan digunakan untuk mengubah fenomena dengan tepat seperti itu ditunjukkan. Peneliti akan menulis dan menulis kembali sebagai refleksi selanjutnya, jadi melalui mengungkapkan makna atau esensi dari pengalaman akan lebih baik diketahui melalui penerangan makna dari pengalaman hidup. Universitas Sumatera Utara 5 Menjaga hubungan yang kuat dan berorientasi terhadap fenomena Maintaining a strong and oriented relation to phenomenon Melalui aktivitas ini Van Manen 1990 mengindikasikan bahwa peneliti seharusnya tetap menghubungkan dengan pertanyaan penelitian dan fenomena yang diteliti dalam rangka untuk menjaga terhadap kurang bertujuan. Menjadi berorientasi penuh dalam hubungan ke fenomena akan membantu peneliti untuk menggali wawasan pengetahuan manusia. 6 Menyeimbangkan konteks penelitian dengan mempertimbangkan bagian-bagian dan keseluruhan Balancing the research context by considering parts and whole Van manen 1990 menganjurkan peneliti membutuhkan untuk mengukur rancangan penelitian keseluruhan secara konstan untuk mempertahankan keseimbangan semua bagian-bagian dalam struktur keseluruhan. Penting untuk mundur kembali dan melihat secara total dari teks untuk mempertimbangkan bagaimana setiap bagian-bagian menyumbangkan terhadap keseluruhan. Lincoln dan Guba 1985 menyatakan bahwa penelitian kualitatif termasuk fenomenologi perlu ditingkatkan kualitas dan integritas dalam proses penelitiannya. Oleh karena itu, perlu diperiksa bagaimana tingkat keabsahan data pada penelitian kualitatif termasuk fenomenologi. Tingkat keabsahan data dalam penelitian kualitatif dikenal dengan istilah trustworthiness of data rigour. Menurut Lincoln dan Guba 1985 untuk menetapkan tingkat keabsahan data dalam penelitian kualitatif dikelompokkan menjadi 4 kriteria yaitu Universitas Sumatera Utara kepercayaan credibility, pengalihan transferability, kebergantungan dependability, dan kepastian confirmability. Kriteria Credibility dinyatakan sebagai seberapa besar kepercayaan truth suatu penelitian. Kriteria ini dapat dicapai dengan prolonged engagement yakni menghabiskan waktu dengan di tempat fenomena yang akan diteliti untuk mempelajari, budaya, social setting, atau fenomena yang diteliti. Hal ini bertujuan untuk menciptakan hubungan antara peneliti dengan partisipan dan memperoleh data yang terpercaya rigour. Selain itu, kredibilitas suatu penelitian kualitatif dapat dicapai dengan menggunakan teknik observasi persisten, triangulasi, peer debriefing , dan member-checking. Lincoln dan Guba 1985 menggunakan istilah transferabilitas yang bisa diartikan sebagai kemampuan untuk diaplikasikan applicability. Transferability juga dapat diartikan bagaimana suatu penelitian dapat dilakukan di tempat lain. Seorang peneliti harus dapat menyediakan deskripsi data yang baik pada laporan penelitiannya sehingga pengguna lainnya dapat mengaplikasikan ke dalam konteks yang berbeda. Transferabilitas suatu penelitian kualitatif bergantung ketika derajat kesamaan antara dua konteks. Oleh karena itu peneliti harus mempunyai thick description dari laporan penelitian. Penulis menggunakan istilah “fittingness”. Konteks yang original harus dikembangkan secara adekuat sehingga sebuah keputusan transferability dapat dibuat peneliti. Sandelowski 1986, dalam Koch 2006 menyatakan bahwa suatu penelitian memenuhi fittingness ketika hasil temuannya bisa sesuai ke dalam konteks diluar situasi penelitian dan ketika partisipannya memandang hasil Universitas Sumatera Utara temuan tersebut sebagai sesuatu yang penuh makna meaningful dan dapat diaplikasi applicable dalam istilah pengalaman mereka sendiri. Lincoln dan Guba 1985 juga menganjurkan bahwa peneliti seharusnya menyediakan informasi kontekstual yang cukup untuk membuat keputusan yang mungkin sama dengan yang lainnya. Dependability . Salah satu cara untuk meningkatkan tingkat keabsahan data penelitian kualitatif mungkin ditunjukkan dengan kebergantungan. Dependability sangat bergantung pada credibility karena apabila dilakukan pengulangan penelitian dengan partisipan dan konteks yang sama, maka akan mempunyai hasil yang sama dengan syarat data yang diperoleh adalah kredibel. Hal ini berarti proses dari penelitian tersebut dapat diaudit. Lincoln dan Guba 1985 merekomendasikan auditability menjadi kriteria kepadatan data rigour ketika menghadapi konsistensi data. Sandelowski 1986, dalam Koch 2006 menyatakan bahwa sebuah penelitian kualitatif dan hasil temuannya dapat diaudit ketika peneliti lain dapat mengikuti proses pengambilan keputusan dengan jelas yang digunakan oleh peneliti. Selain itu, peneliti lain dapat menemukan hasil pada waktu yang sama atau dapat dibandingkan, tetapi tidak berlawanan kesimpulan diberikan situasi, perspektif dan situasi. Kriteria confirmability merupakan salah satu kriteria yang menunjukkan interpretasi telah didapat pada saat penelitian. Menurut Lincoln dan Guba 1985 kriteria konfirmabilitas berarti sebuah derajat kesamaan neutraility yang mana hasil penelitian benar-benar dibentuk oleh partisipan, bukan bias peneliti. Teknik Universitas Sumatera Utara yang digunakan untuk mencapai kriteria ini adalah confirmability audit, audit trial , triangulation, dan reflexivity. Universitas Sumatera Utara 43

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain fenomenologi hermeneutik untuk menggali dan memahami bagaimana makna pengalaman perawat menggunakan koping dalam menghadapi stres kerja serta mengetahui apa saja fenomena stres kerja yang dialami perawat di ICU. Desain penelitian ini difokuskan pada deskripsi dan penafsiran pengalaman perawat dalam menghadapi stres kerja dari sudut pandang mereka sendiri serta bagaimana mereka memaknai pengalaman tersebut Polit Beck, 2008.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Lokasi penelitian tersebut dipilih dengan pertimbangan RSUD Arifin Achmad merupakan pusat rujukan berbagai daerah di Propinsi Riau. Oleh karena itu, jumlah pasiennya pun cukup banyak. Berdasarkan laporan buku daftar tunggu ICU bulan April, sekitar lebih dari 20 pasien yang telah mendaftar beberapa minggu sebelumnya dan masih menjadi daftar tunggu pasien. Ruang ICU dengan kapasitas 7 tempat tidur yang selalu penuh mempunyai BOR lebih dari 90. Disamping itu, jumlah perawat yang dinas tiap shiftnya tidak sesuai dengan standar jumlah ketenagaan keperawatan di ICU seperti hanya 3 sampai 4 orang yang berdinas dengan kapasitas 7 pasien. Ditambah lagi dengan kondisi peralatan yang kurang lengkap seperti penggunaan 1 alat yang digunakan secara bergantian Universitas Sumatera Utara