Tabel 5.5 Deskripsi Tingkat Pendidikan
RSU St. Maria Pemalang
RSU St. Maria Cilacap
Total Skor
F FR
F FR
F FR
Kriteria 3 50 23,8 27
33,3 77
26,5 Pendidikan Tinggi
2 100 47,6 29 35,8 129 44,3 Pendidikan
Menengah 1 60 28.6 25
30,9 85 29,2 Pendidikan
Dasar N 210 100 81 100
291 100
Keterangan F =
Frekuensi Absolut
FR = Frekuensi
Relatif Tabel 5.5 menunjukkan bahwa karyawan rumah sakit sebanyak 77 orang
26,5 berpendidikan tinggi, 129 orang 44,3 berpendidikan menengah, dan 85 orang 29,2 berpendidikan dasar. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa sebagian besar karyawan rumah sakit berpendidikan menengah.
B. Analisa Data
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data
a Pengujian Normalitas
Pengujian normalitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji satu sampel dari Kolmogorow-Smirnov. Berikut ini
disajikan hasil pengujian normalitas distribusi data lampiran 7 hal.135: 1
Kinerja Karyawan
Tabel 5.6 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Kinerja Karyawan
Kinerja Karyawan N
291 Normal Parametersa,b
Mean 78,41
Std. Deviation 10,101
Most Extreme Differences Absolute
,217
Positive ,217
Negative -,131
Kolmogorov-Smirnov Z 3,069
Asymp. Sig. 2-tailed 1,326
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Tabel 5.6 menunjukkan hasil pengujian normalitas distribusi data variabel kinerja karyawan. Dari tabel tersebut diketahui bahwa nilai
asymptotic significance ρ sebesar 1,326. Nilai asymp.sig tersebut
lebih besar dari nilai α =5. Dengan demikian disimpulkan
distribusi data variabel kinerja karyawan rumah sakit adalah normal. 2
Kecerdasan Emosional
Tabel 5.7 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Kecerdasan Emosional
Kecerdasan Emosional N
291 Normal Parametersa,b
Mean 92,18
Std. Deviation 8,139
Most Extreme Differences Absolute
,074 Positive
,074 Negative
-,062 Kolmogorov-Smirnov Z
1,268 Asymp. Sig. 2-tailed
,080
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Tabel 5.7 menunjukkan hasil pengujian normalitas distribusi data variabel kecerdasan emosional. Dari tabel tersebut diketahui bahwa
nilai asymptotic significance ρ sebesar 0,080. Nilai asymp.sig
tersebut lebih besar dari nilai α =5. Dengan demikian disimpulkan
distribusi data variabel kecerdasan emosional karyawan rumah sakit adalah normal.
b Pengujian Linieritas
Pengujian linieritas dalam penelitian ini dilakukan dengan meregres masing-masing variabel dependen dan variabel independen dengan
mencari nilai F. Berikut ini disajikan hasil pengujian linieritas hubungan variabel kinerja karyawan dengan variabel kecerdasan emosional
lampiran 7 hal.135:
Tabel 5.8 Hasil Pengujian Linieritas
Sum of Squares Df
Mean Square F
Sig. Between Groups
6,860 39
,176 1,285
,131 Within Groups
34,348 251
,137 Total
41,208 290
Tabel 5.8 menunjukkan hasil pengujian linieritas. Dari tabel tersebut
diketahui bahwa nilai F
hit
sebesar 1,285. Nilai F
hit
tersebut lebih kecil dari nilai F
tab
sebesar 1,45. Dengan demikian disimpulkan bahwa hubungan variabel kinerja karyawan dengan variabel kecerdasan
emosional adalah linier. 2.
Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi
linier yang dikembangkan Chow Gujarati, 1995:512. a
Pengaruh locus of control terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan.
1 Rumusan Hipotesis 1
Ho = Tidak ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja
karyawan. Ha = Ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan
antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan. 2
Pengujian hipotesis Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi
linier dapat disajikan sebagai berikut lampiran 8 hal.137-138:
1
Y
= 1,715 + 0,012X
1
+ 0,057X
2
+ 0,64X
1
X
2
Keterangan:
1
Y
= Kinerja karyawan
1
Χ
= Variabel
kecerdasan emosional
2
Χ
= Variabel locus of control X
1
X
2
= Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel locus of control
Koefisien korelasi antara variabel kinerja karyawan dengan
kecerdasan emosional menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan. Derajat hubungan antara kedua variabel tersebut adalah
positif dan termasuk dalam kategori sangat rendah r=0,15. Sedangkan koefisien korelasi dari interaksi variabel kecerdasan
emosional dengan locus of control terhadap kinerja karyawan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan. Derajat
hubungan antara interaksi variabel kecerdasan emosional dengan locus of control terhadap kinerja karyawan adalah positif dan
termasuk dalam kategori rendah r=0,215. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat
hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan. Persamaan garis regresi di atas berarti bahwa setiap penambahan
satu unit pada prediktor X
1
dan X
2
secara berurutan akan menambah kriterium Y sebesar 0,012+0,057+0,64. Hasil pengujian regresi ini
menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi
β
3
dari interaksi kecerdasan emosional dengan locus of control terhadap kinerja
karyawan adalah 0,64. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel kecerdasan emosional dengan locus of control
memperkuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan. Nilai signifikansi koefisien regresi
β
3
dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan locus of control terhadap
kinerja karyawan menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini
ρ =0,008α =0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh locus of control terhadap hubungan
antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan rumah sakit adalah signifikan. Artinya semakin locus of control karyawan rumah
sakit cenderung internal, maka semakin kuat hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan rumah sakit. Hasil
pengujian hipotesis ini sejalan dengan dugaan awal penelitian bahwa ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan antara
kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan rumah sakit. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b Pengaruh jenis pekerjaan terhadap hubungan antara kecerdasan
emosional dengan kinerja karyawan 1
Rumusan Hipotesis 2 Ho
= Tidak ada pengaruh positif jenis pekerjaan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja
karyawan. Ha = Ada pengaruh positif jenis pekerjaan terhadap hubungan
antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan. 2
Pengujian Hipotesis Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi
linier dapat disajikan sebagai berikut lampiran 8 hal.137 dan 139:
1
Y
= 1,910 + 0,013X
1
+ 0,307X
3
+ 0,733X
1
X
3
Keterangan:
1
Y
= Kinerja karyawan
1
Χ
= Variabel
kecerdasan emosional
3
Χ = Variabel jenis pekerjaan
X
1
X
3
= Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel jenis pekerjaan
Koefisien korelasi antara variabel kinerja karyawan dengan kecerdasan emosional menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan. Derajat hubungan antara kedua variabel tersebut adalah positif dan termasuk dalam kategori sangat rendah r=0,15.
Sedangkan koefisien korelasi dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan jenis pekerjaan terhadap kinerja karyawan
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan. Derajat hubungan antara interaksi variabel kecerdasan emosional dengan
jenis pekerjaan terhadap kinerja karyawan adalah positif dan termasuk dalam kategori sangat rendah r=0,183. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan.
Persamaan garis regresi di atas berarti bahwa setiap penambahan satu unit pada prediktor X
1
dan X
3
secara berurutan akan menambah kriterium Y sebesar 0,013+0,307+0,733. Hasil pengujian regresi ini
menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi
β
3
dari interaksi kecerdasan emosional dengan jenis pekerjaan terhadap kinerja
karyawan adalah 0,733. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel kecerdasan emosional dengan jenis pekerjaan
memperkuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan. Nilai signifikansi koefisien regresi
β
3
dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan jenis pekerjaan terhadap
kinerja karyawan menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini
ρ =0,005α =0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh jenis pekerjaan terhadap hubungan
antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan rumah sakit adalah signifikan. Artinya semakin jenis pekerjaan karyawan
cenderung memiliki hak penuh memberikan diagnosis dan terapi kepada pasien, maka semakin kuat hubungan antara kecerdasan
emosional dengan kinerja karyawan rumah sakit. Hasil pengujian hipotesis ini sejalan dengan dugaan awal penelitian bahwa ada
pengaruh positif jenis pekerjaan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan rumah sakit.
c Pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara kecerdasan
emosional dengan kinerja karyawan 1
Rumusan Hipotesis 3 Ho = Tidak ada pengaruh positif tingkat pendidikan terhadap
hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan.
Ha = Ada pengaruh positif tingkat pendidikan terhadap
hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan.
2 Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi linier dapat disajikan sebagai berikut lampiran 8 hal.137 dan 140:
1
Y
= 1,961 + 0,009X
1
+ 0,364X
4
+ 0,375X
1
X
4
Keterangan:
1
Y
= Kinerja karyawan
1
Χ
= Variabel
kecerdasan emosional
4
Χ
= Variabel tingkat pendidikan X
1
X
4
= Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel tingkat pendidikan
Koefisien korelasi antara variabel kinerja karyawan dengan
kecerdasan emosional menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan. Derajat hubungan antara kedua variabel tersebut adalah
positif dan termasuk dalam kategori sangat rendah r=0,15. Sedangkan koefisien korelasi dari interaksi variabel kecerdasan
emosional dengan tingkat pendidikan terhadap kinerja karyawan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan. Derajat
hubungan antara interaksi variabel kecerdasan emosional dengan tingkat pendidikan terhadap kinerja karyawan adalah positif dan
termasuk dalam kategori rendah r=0,355. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat
hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan. Persamaan garis regresi di atas berarti bahwa setiap penambahan
satu unit pada prediktor X
1
dan X
4
secara berurutan akan menambah kriterium Y sebesar 0,009+0,364+0,375. Hasil pengujian regresi ini
menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi
β
3
dari interaksi kecerdasan emosional dengan tingkat pendidikan terhadap kinerja
karyawan adalah 0,375. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel kecerdasan emosional dengan tingkat pendidikan
memperkuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan. Nilai signifikansi koefisien regresi
β
3
dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan tingkat pendidikan terhadap
kinerja karyawan menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini
ρ =0,023α =0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan
antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan rumah sakit adalah signifikan. Artinya semakin tingkat pendidikan karyawan
cenderung berpendidikan tinggi, maka semakin kuat hubungan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan rumah sakit. Hasil pengujian hipotesis ini sejalan dengan dugaan awal penelitian
bahwa ada pengaruh positif tingkat pendidikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan rumah sakit.
C. Pembahasan Hasil Penelitian