Kerangka Teoretik KAJIAN PUSTAKA

jenjang pendidikantingkat pendidikan, bisa digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilankesuksesan. Semakin tinggi tingkat pendidikan sekolah yang dimiliki, maka semakin besar peluang untuk berhasil.

F. Kerangka Teoretik

1. Pengaruh locus of control terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan. Analisis yang dibuat oleh para pakar dari berbagai bidang yang berbeda terhadap 500 perusahaan menunjukkan bahwa keberhasilan pekerjaan mereka bukan karena kemampuan intelektual mereka, tetapi kemampuannya dalam mengelola emosi Goleman, 2001:33. Berhasil sukses tidaknya penyelesaian pekerjaan mereka tergantung seberapa besar peranan kecerdasan emosi yang dimiliki berpengaruh dalam dirinya untuk membantu mengendalikan emosi. Dengan demikian faktor yang paling menentukan keberhasilan seseorang dalam bekerja adalah seberapa besar kecerdasan emosi yang dimilikinya. Semakin tinggi tingkat kecerdasan emosionalnya, maka semakin berpeluang ia mencapai puncak prestasi yang gemilang. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja setiap karyawan, kenyataannya berbeda pada setiap individu dengan locus of control yang berbeda pula. Karyawan dengan kecenderungan locus of control internal, secara signifikan, memiliki tingkat kinerja yang lebih tinggi dari pada karyawan yang memiliki kecenderungan locus of control eksternal. Individu yang mempunyai locus of control internal akan cenderung untuk tidak mudah terpengaruh, aktif, mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, berprestasi, mandiri, mampu mengendalikan hidupnya, yakin akan keberhasilan hidupnya. Sedangkan individu dengan locus of control eksternal mengandalkan penentu hidupnya berasal dari luar dirinya, hanya menunggu nasib dan keberuntungan. Maka individu yang berhasil dan sukses dalam hidupnya adalah individu dengan locus of control internal. Dengan demikian, tampak bahwa derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja berbeda pada karyawan dengan locus of control yang berbeda. Karyawan dengan locus of control internal akan lebih berhasil dibanding dengan karyawan yang memiliki locus of control eksternal. 2. Pengaruh jenis pekerjaan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan. Derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja dari setiap karyawan diduga kuat berbeda pada karyawan yang memiliki jenis pekerjaan yang berbeda pula. Jenis pekerjaan di rumah sakit secara umum dapat digolongkan menjadi empat yaitu tenaga medis, tenaga paramedis perawatan, tenaga paramedis nonperawatan, dan tenaga nonmedis. Tenaga medisdokter diakui memiliki peran sentral. Tenaga medis adalah koordinator pelayanan medis bagi seorang pasien dari sebuah rumah sakit. Sedangkan karyawan yang bekerja sebagai tenaga paramedis perawatan, lebih banyak sebagai tenaga penunjangpelaksana dari tenaga medis. Tenaga paramedis nonperawatan bertugas membantu tenaga paramedis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI perawatan selama menjalankan pekerjaannya. Tenaga nonmedis yang meliputi tenaga administratif dan petugas pelaksana nonmedis lebih sebagai pembantu umum untuk kelancaran pelayanan rumah sakit. Dengan demikian, diduga kuat derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja berbeda pada karyawan dengan jenis pekerjaan yang berbeda pula. Pada tenaga medis diduga derajat hubungan keceradasan emosional dengan kinerja akan lebih kuat dibanding tenaga paramedis perawatan, tenaga paramedis nonperawatan dan tenaga nonmedis. Hal ini disebabkan tenaga medis merupakan tenaga sentral dan mempunyai kewajiban untuk mematuhi standar profesi serta menghormati hak-hak pasien. Sementara karyawan yang bekerja sebagai tenaga paramedis perawatan, tenaga paramedis nonperawatan dan tenaga nonmedis tidak terikat aturan demikian. 3. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan. Derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja dari setiap karyawan diduga kuat berbeda pada karyawan yang memiliki tingkat pendidikan yang berbeda pula. Di rumah sakit tingkat pendidikan formal dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Karyawan dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki pengetahuan, dan wawasan luas sehingga mampu mengembangkan bakat, keterampilankeahliannya di bidang tertentu sampai pada tingkat profesional. Karyawan dengan pendidikan menengah kurang memiliki pengetahuan dan wawasan luas sehingga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kesempatan untuk mengembangkan bakat dan keterampilankeahliannya terbatas ditinjau dari tingkat kompetensi yang dimiliki. Sedangkan karyawan dengan pendidikan dasar memiliki pengetahuan dan wawasan sangat kurang sehingga kesempatan untuk mengembangkan bakat dan keterampilankeahliannya, lebih terbatas ditinjau dari tingkat kompetensi yang dimiliki. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja akan berbeda pada karyawan dengan tingkat pendidikan yang berbeda pula. Pada karyawan yang memiliki pendidikan tinggi diduga derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja akan lebih kuat dibanding karyawan dengan pendidikan menengah dan dasar. Karyawan dengan pendidikan tinggi akan lebih berhasil dibanding dengan karyawan yang memiliki pendidikan menengah dan pendidikan dasar.

G. Hipotesis