Tabel 4.8 Hasil Analisis Lembar Kuesioner Motivasi Akhir Siswa
No Jenis Data Yang Diamati Hasil Yang Di Peroleh
1 Persentase tertinggi
95 2
Persentase terendah 77
3 Jumlah siswa dalam kategori
sangat baik 81-100 17
4 Jumlah siswa dalam kategori
baik 61 - 80 12
5 Jumlah siswa dalam kategori
cukup 41 - 60 6
Jumlah siswa dalam kategori kurang 21 - 40
7 Jumlah siswa dalam kategori
sangat kurang 0 - 20 8
Persentasi kelas 100
Data kuesioner motivasi akhir siswa selengkapnya dapat pada dilihat pada lampiran 46
Berdasarkan tabel 4.6, dari hasil kuesioner motivasi akhir siswa di peroleh hasil bahwa persentase motivasi akhir belajar siswa secara
klasikal setelah pelaksaan penelitian adalah 100 , dan telah memenuhi target 80 .
C. Pembahasan
1. Hasil Belajar Siswa
a. Aspek Kognitif
Peningkatan prestasi belajar ranah kognitif pada materi pertumbuhan
dan perkembangan
dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together di ukur
melalui peningkatan nilai postest siklus I dan postest siklus II.
Berdasarkan indikator keberhasilan peningkatan hasil belajar, yaitu skor rata-rata kelas 80 dan 75 siswa mencapai KKM yang
ditetapkan oleh sekolah yaitu 75. Sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif kooperatif tipe Numbered Heads Together
nilai rata-rata siswa pada pretest masih rendah, belum ada siswa yang mencapai target KKM dengan nilai rata-rata kelas 41,37 dan
persentase pencapaian KKM 0 . Hal tersebut dikarenakan para siswa belum mempelajari materi pertumbuhan dan perkembangan secara
detail dan mendalam. Setelah ditetapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together siklus I, hasil belajar siswa mengalami peningkatan.
Peningkatan tesebut dapat dilihat pada hasil postest siklus I. Siswa yang tuntas belajar sebanyak 17 siswa dan 12 siswa masih belum
tuntas. Nilai rata-rata kelas adalah 73,81 dan persentasenya 58,62 . Pencapaian tersebut belum memenuhi target penelitian yang ingin
dicapai pada penelitian ini dimana rata-rata 80 dan 75 siswa mencapai KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 75. Oleh karena itu,
dilaksanakan siklus II untuk memenuhi target yang diharapkan. Nilai postest siklus II mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan
dengan nilai postest siklus I. Siswa yang tuntas belajar sebanyak 29 siswa yang artinya semua siswa sudah tuntas KKM. Nilai rata-rara
kelas sebesar 83,1 dan persentase pencapaian KKM 100 .
Pencapaian tersebut telah memenuhi target yang ingin dicapai sehingga tidak perlu dilaksanakan siklus selanjutnya.
Peningkatan prestasi belajar siswa kelas VIII E SMP Joannes Bosco Yogyakarta pada materi pertumbuhan dan perkembangan
selengkapnya dapat dilihat pada gembar berikut ini:
Gambar 4.7. Grafik Perbandingan Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan gambar 4.7. hasil perbandingan nilai rata-rata siswa postest siklus I dan postest siklus II mengalami peningkatan. Nilai
rata-rata postest siklus I adalah 73,81 kemudian mengalami peningkatan pada postest siklus II sebesar 9,29 menjadi 83,1. Hasil
belajar siswa kelas VIII E SMP Joannes Bosco Yogyakarta mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat
dari persentasi siswa yang mencapai KKM pada materi pertumbuhan
70 72
74 76
78 80
82 84
POSTEST I POSETEST II
73,81 83,1
dan perkembangan yang dicapai pada tahun ajaran 20132014 yaitu sebesar 56, 25 .
Berdasarkan hasil tersebut penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together untuk meningkatkan hasil
belajar siswa telah mencapai target yang diharapkan yaitu 100 telah mencapai KKM yang ditetapkan sekolah. Seluruh siswa telah
mencapai KKM hal ini dikarenakan para siswa sudah paham tentang materi pertumbuhan dan perkembangan. Pencapaian hasil belajar yng
terus meningkat pada setiap test terjadi karena siswa diajak untuk lebih aktif dalam kegiatan diskusi berkelompok dan saling membantu
antara anggota kelompok dalam memahami materi sehingga ketika proses tanya jawab siswa yang terpilih dapat menjawab pertanyaan
yang didapat dengan baik. Kegiatan tanya jawab juga membantu siswa lebih percaya diri dalam menjawab maupun dalam menanggapi
pertanyaa-pertanyaan. Faktor lain yang dapat mempengaruhi yaitu seperti yang dijabarkan
pada bab II yaitu adanya faktor internal siswa yang meliputi kondisi jasmani, tingkat kecerdasan intelegensi, minat dan motivasi siwa.
Selain faktor internal, faktor eksternal seperti keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar yang juga turut mempengaruhi
hasil belajar siswa. Hal tersebut diperkuat oleh Jhonson dalam Trianto 2009 yang mengemukakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif
adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun kelompok.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together NHT, dimana dalam kegiatannya siswa diajak untuk bekerja sama dalam berkelompok, saling
membantu sesama anggota kelompok, dan saling meyakinkan atas hasil pemikiran bersama kelompok sehingga tercapainya peningkatan
prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun kelompok.
b. Aspek afektif
Pengukuran aspek afektif di ukur melalui lembar observasi yang diisi oleh para observer pada setiap proses pembelajaran. Lembar
observasi digunakan untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan indikator
keberhasilan peningkatan motivasi siswa yaitu 80 siswa termotivasi dalam kategori tinggi.
Pencapaian target pada penilaian motivasi belajar siswa, dapat dilihat dari jumlah siswa yang mengalami peningkatan pada kategori
motivasi. Hasil lembar observasi dapat dilihat pada gambar 4.8
Gambar 4.8 Grafik Peningkatan Kategori Motivasi Siswa Melalui Hasil Observasi
Berdasarkan hasil analisis hasil observasi selama pembelajaran berlangsung terjadi peningkatan kategori motivasi siswa dari siklus I
ke siklus II. Pada gambar grafik diatas dilihat bahwa pada siklus I pertemuan pertama dilihat bahwa tidak ada siswa yang tergolong
dalam motivasi tinggi, sedangkan seluruh siswa berjumlah 29 siswa tergolong dalam motivasi sedang. Pada pertemuan kedua dilihat
bahwa terdapat 11 siswa yang tergolong dalam motivsi tinggi, dan 18 siswa yang tergolong motivasi sedang. Pada pertemun ketiga dilihat
bahwa terdapat 23 siswa yang tergolong dalam motivasi tinggi, dan 6 siswa yang tergolong dalam motivasi sedang. Pada pertemuan
keempat terdapat 29 siswa tergolong dalam motivasi tinggi. Selanjutnya peneliti menganalisis motivasi siswa secara klasikal
dengan menghitung persentase motivasi dan skor rata-rata. Persentasi motivasi dan skor rata-rata secara klasikal ditunjukan pada gambar 4.9
5 10
15 20
25 30
Tinggi Sedang
Rendah Pertemuan 1
29 Pertemuan 2
11 18
Pertemuan 3 23
6 Pertemuan 4
29
A xi
s Ti
tle
Chart Title
Gambar 4. 9 Grafik Peningkatan Rata-Rata Skor Dan Persentasi Motivasi Belajar Siswa
Sebagian besar observasi dilakukan observer saat siswa berada di dalam kelompok, ketika siswa sedang melaksanakan model
pembelajaran koopertif tipe Numbered Heads Together. Hal ini bertujuan untuk mengetahui partisipasi dan kerja sama siswa dalam
kelompok maupun keterlibatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pada gambar grafik 4. 9, dilihat bahwa rata-rata skor
sebesar 48,5 dan persentase motivasi siswa sebesar 0 . Pada pertemuan kedua dilihat rata-rata nilai sebesar 59 dan persentase
motivasi siswa sebesar 38 . Pada pertemuan ketiga dilihat bahwa rata-rata nilai 23,4 dan persentase motivasi siswa sebesar 80 . Pada
pertemuan keempat dilihat rata-rata nilai 66,8 sebesar 78,1 dan persentase sebesar 100 .
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Pertemuan 3 Pertemuan 4
17.03 20.6
23.4 27.3
38 80
100
Chart Title
rata-rata skor rata-rata persentase
Dari data di atas dapat dilihat dari pertemuan pertama sampai pertemuan keempat mengalami kenaikan. Hal ini berarti, pada siklus
II yaitu pada pertemua ketiga dan keempat siswa lebih mengikuti pembeljaran dengan antusias dan bersemangat, memperhatikan
penjelasan dengan baik, lebih aktif dalam menanggapi pembahasan pelajaran, lebih sering mencata ponit-point penting saat pembelajran,
mengerjakan LKS dengan serius, lebih aktif bertanya, lebih bisa mendengarkan pendapat teman ketika berdiskusi, lebih percaya diri,
tidak merasa bosan dengan pembelajaran, serta siswa lebih tertarik untuk belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together. Dari hasil peningkatan rata-rata observasi pada aspek afektif,
menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
dapat meningkatkan aspek afektif siswa dalam pembelajaran. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together membuat mereka merasa tidak bosan dengan pembelajaran, lebih bersemangat, dan membangkitkan rasa
ingin tahu mereka sehingga mereka lebih aktif bertanya dan sering mencatat ponit-pont penting yang disampaikan oleh peneliti sehingga
pada saat evaluasi pembelajaran banyak dari siswa yang dapat mengerjakan soal dengan baik. Pada siklus I memiliki beberapa
masalah di antaranya siswa sering ribut di kelas, dan ada beberapa
siswa yang tidak memperhatikan penjelasan peneliti maupun presentasi temannya.
Dalam siklus II permasalahan tersebut dapat ditangani dengan solusi peneliti lebih tegas terhadap siswa. berdasarkan pembahasan
diatas dapat disimpulkan bahwa siswa memiliki sikap afektif yang baik pada saat pembelajaran berlangsung.
2. Motivasi Belajar Siswa
Hasil lembar kuesioner juga sebagai data tambahan untuk peningkatan motivasi belajar siswa. Lembar kuesioner diisi oleh siswa yang peneliti
berikan pada awal sebelum penelitian dan akhir setelah penelitian. Hal tersebut digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa sebelum dan
sesudah dilaksanakannya penelitian. Berikut adalah grafik yang menunjukan motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah penelitian.
Gambar 4.10. Grafik Motivasi Belajar Siswa Hasil Lembar Kuesioner
5 10
15 20
Sangat Baik
Baik Cukup
Kurang Sangat
Kurang 4
19
6 17
12
Motivasi Belajar Sebelum Treatment Motivasi Belajar Sesudah Treatment
Dari gambar 4.10 tersebut jumlah siswa dalam kategori motivasi sangat baik mengalami kenaikan pada siklus II, dari yang siklus I
berjumlah 4 siswa menjadi 17 siswa pada siklus II. Sedangkan jumlah siswa dalam kategori motivasi baik mengalami penurunan pada siklus
II, dari yang sikus I berjumlah 19 siswa menjadi 12 siswa pada siklus II. jumlah siswa dalam kategori cukup mengalami penurunan pada siklus
II, dari yang siklus I berjumlah 6 siswa menjadi 0 siswa yang artinya tidak ada siswa pada siklus II yang motivasinya cukup. Hasil tersebut
menujukan bahwa terjadi peningkatan motivasi belajar setelah dilaksanakannya proses pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Persentasi motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah penelitian
disajikan dalam grafik berikut:
Gambar 4.11. Grafik Persentase Motivasi Belajar Sebelum Dan Sesudah Penelitian Hasil Lembar Kuesioner
20 40
60 80
100
Sebelum Penerapan
Metode NHT Sesudah
Penerapan Metode NHT
80 100
Gambar 4.11 merupakan grafik hasil dari lembar kuesioner yang diisi langsung oleh para siswa dengan apa yang siswa rasakan untuk
mengetahui motivasi belajar siswa. Terlihat dari peningkatan sebelum dan sesudah dilaksanakannya penelitian yaitu 20 . Dimana sebelum
dilaksanakannya penelitian persentase motivasi belajar siswa 80 , sedangkan setelah dilaksanakan penelitian naik menjadi 100 .
Hasil tersebut menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa rasakan sebelum pelaksanaan tindakan sudah lumayan baik , namun setelah
pelaksanaan tindakan motivasi belajar yang siswa rasakan meningkat. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Peningkatan motivasi siswa secara individu
disebabkan beberapa faktor di antaranya dengan memberikan penghargaan secara verbal seperti mengucapkan kata
“semangat, kamu pasti bisa” pada siswa ketika peneliti berkeliling mengamati siswa saat
mengerjakan LKS atau saat siswa melakukan tanya jawab. Melalui metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together siswa menjadi sangat antusias untuk mencari dan menemukan
jawaban di LKS dan siswa lebih aktif bertanya dan menjawab soal yang didapat. Untuk meningkatkan motivasi siswa, peneliti juga memberi
tahu hasil kerja siswa baik nilai pretest, LKS, maupun postest siklus I dan siklus II dengan menempelkan nilai siswa di papan pengumuman
kelas.
Penjelasan diatas sesuai dengan pernyataan uno 2006 yang mengatakan bahwa untuk meningkatkan motivasi siswa, beberapa
teknik motivasi dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, diantaranya dengan
memberikan pernyataan
penghargaan secara
verbal, menggunakan nilai ulangan sebagai pemicu keberhasilan dan
menimbulkan rasa ingin tahu. Pencapaian hasil belajar ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
mendukung. Faktor yang mendukung dalam meningkatkan hasil belajar pada saat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together NHT adalah kondisi ruang belajar yang nyaman.
Pada saat siswa bekerja dalam kelompok dibutuhkan ruang belajar yang luas agar siswa dapat bekerja didalam kelompoknya tanpa terganggu
ataupun mengganggu kelompok lain. Dengan adanya ruangan yang luas dapat membuat siswa merasa nyaman dalam berdiskusi. Selain itu
adanya koleksi buku yang lengkap di perpustakaan dapat menunjang belajar siswa.
D. Keterbatasan Atau Hambatan Saat Penelitiaan