Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII E SMP Joannes Bosco Yogyakarta pada materi pertumbuhan dan perkembangan.
ABSTRAK
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP JOANNES
BOSCO YOGAKARTA PADA MATERI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Susana Osiana Vegas Universitas Sanata Dharma
2015
Berdasarkan hasil observasi didapatkan berbagai masalah pada siswa kelas VIII E SMP Joannes Bosco Yogyakarta seperti nilai rata-rata kelas hanya 58,00 sehingga belum mencapai standar KKM, selain itu sikap dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran tergolong rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII E SMP Joannes Bosco Yogyakarta pada materi pertumbuhan dan perkembangan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan di SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 dengan subjek penelitian 29 siswa kelas VIII E. Komponen pengumpulan data berasal dari hasil penilaian pretest, postest, lembar observasi, dan kuesioner. Penelitian ini terbagi atas dua siklus, yaitu siklus I dengan dua kali pertemuan dan siklus II dengan dua kali pertemuan.
Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar siswa aspek kognitif meningkat dari rata-rata 73,81 pada siklus I menjadi 83,1 pada siklus II sedangkan persentase siswa yang mencapai nilai KKM meningkat dari 58,62 % menjadi 100 %. Hasil belajar siswa aspek afektif meningkat dari 38 % pada siklus I naik menjadi 100 % pada siklus II. Dan rata-rata motivasi siswa pada siklus I 34 % naik menjadi 100 % pada siklus II. Data yang diperoleh menunjukkan indikator yang ingin dicapai telah memenuhi target yakni 80 untuk nilai rata-rata, 75 % untuk ketuntasan KKM, 70 % untuk nilai afektif siswa dan 80 % untuk motivasi minimal baik. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa secara kognitif maupun afektif Pada materi pertumbuhan dan perkembangan.
(2)
ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION COOPERATIVE LEARNING METHOD, NUMBERED HEADS TOGETHER TYPE TO IMPROVE THE LEARNING OUTCOMES AND STUDENTS INTEREST IN THE SUBJECT MATTER OF
GROW AND GROWTH OF JOANNES BOSCO JUNIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA GRADE VIII CLASS E
Susana Osiana Vegas
Universitas Sanata Dharma
2015
Based on the observation in science 8th grade section E class of Joanes Bosco Yogyakarta, the researcher found that the class average score was 58,00 that did not achieve the passing grade score. Student behavior and motivation in class were far from the stundent learning expectation. Therefore, this research aims to develop
student’s motivation and achievements in grown and growth lesson materials in science 8th grade section E class of Joannes Bosco Yogyakarta through the usage of cooperative learning method Numbered Heads Together type.
This research was held in Joannes Bosco Yogyakarta in 2014/2015 academic yaer the subject of this research was 29 students in the science 8th grade section E class. The data was collected from pretest and posttest grading results, observation worksheets, and questionnaire filled-in form. There were two phases of this research, two meeting in the first phase and two meeting in the second phase.
Based on the result, the cognitive aspect class average developed from 73,81 in the first phase to 83,1 in the second phase meanwhile , the students percentage that got the passing grade increased from 58,62 % to 100 %. The students affective achievement aspect class increased from 38 % in the first phase to 100 % in the second phase. The students motivation average developed from 34 % in the first phase to 100 % in the second phase. He data said that the indicator achieved the target from the beginning: 80 as a class average score, 75 % students passed the passing grade, 70 % as students affective grade, and 80 % as the satisfactory level of students motivation. Based on the research, the conclusion is the Cooperative Learning Method Numbered Heads Together Type can develop students motivation and achievements in cognitive and affective aspects of students learning in the subjet matter of grow and growth
(3)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN
MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII E SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA PADA MATERI PERTUMBUHAN
DAN PERKEMBANGAN SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh
SUSANA OSIANA VEGAS NIM:111434003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN
MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII E SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA PADA MATERI PERTUMBUHAN
DAN PERKEMBANGAN SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh
SUSANA OSIANA VEGAS NIM:111434003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(5)
(6)
(7)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
KARYA INI KU PERSEMBAHKAN UNTUK:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu membimbing dan menolong aku adalam setiap langkah hidupku
Papa Martinus Pega dan Mama Maria Yulia Miaty tercinta, yang tanpa lelah berdoa, membantu, dan mendukung aku. Ku persembahkan karya ku ini sebagai salah satu tanggung jawabku sebagai seseorang anak yang
selalu ingin membuat kalian bahagia
Kedua adiku tercinta Fransiska Verawati Vegas dan Pertasia Karolina Vegas, yang selalu mendoakan dan mendukung aku.
Semua keluarga besarku yang terus mendukung dan mendoakan aku Kekasih hatiku Virgilius R Seto Se yang selalu mendukung, mendoakan,
dan membantuku dalam kesusahan
Teman-teman Virion 2011 yang selalu membantuku dalam perkuliahan dari semester satu sampai semester delapan
Almamater tercinta Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Fakultas Keguruan dan Ilmu
(8)
v MOTTO
Apakah saya gagal atau sukses bukanlah hasil perbuatan orang lain.
Sayalah yang menjadi pendorong diri sendiri
-
Elaine Maxwell
Serahkanlah perbuatanmu pada TUHAN maka terlaksanalah segala
rencanamu
(9)
vi
(10)
(11)
viii ABSTRAK
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP JOANNES
BOSCO YOGAKARTA PADA MATERI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Susana Osiana Vegas Universitas Sanata Dharma
2015
Berdasarkan hasil observasi didapatkan berbagai masalah pada siswa kelas VIII E SMP Joannes Bosco Yogyakarta seperti nilai rata-rata kelas hanya 58,00 sehingga belum mencapai standar KKM, selain itu sikap dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran tergolong rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII E SMP Joannes Bosco Yogyakarta pada materi pertumbuhan dan perkembangan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan di SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 dengan subjek penelitian 29 siswa kelas VIII E. Komponen pengumpulan data berasal dari hasil penilaian pretest, postest, lembar observasi, dan kuesioner. Penelitian ini terbagi atas dua siklus, yaitu siklus I dengan dua kali pertemuan dan siklus II dengan dua kali pertemuan.
Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar siswa aspek kognitif meningkat dari rata-rata 73,81 pada siklus I menjadi 83,1 pada siklus II sedangkan persentase siswa yang mencapai nilai KKM meningkat dari 58,62 % menjadi 100 %. Hasil belajar siswa aspek afektif meningkat dari 38 % pada siklus I naik menjadi 100 % pada siklus II. Dan rata-rata motivasi siswa pada siklus I 34 % naik menjadi 100 % pada siklus II. Data yang diperoleh menunjukkan indikator yang ingin dicapai telah memenuhi target yakni 80 untuk nilai rata-rata, 75 % untuk ketuntasan KKM, 70 % untuk nilai afektif siswa dan 80 % untuk motivasi minimal baik. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa secara kognitif maupun afektif Pada materi pertumbuhan dan perkembangan. Kata kunci: motivasi, kognitif, afektif, Numbered Heads Together.
(12)
ix ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION COOPERATIVE LEARNING METHOD, NUMBERED HEADS TOGETHER TYPE TO IMPROVE THE LEARNING OUTCOMES AND STUDENTS INTEREST IN THE SUBJECT MATTER OF
GROW AND GROWTH OF JOANNES BOSCO JUNIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA GRADE VIII CLASS E
Susana Osiana Vegas
Universitas Sanata Dharma
2015
Based on the observation in science 8th grade section E class of Joanes Bosco Yogyakarta, the researcher found that the class average score was 58,00 that did not achieve the passing grade score. Student behavior and motivation in class were far from the stundent learning expectation. Therefore, this research
aims to develop student’s motivation and achievements in grown and growth
lesson materials in science 8th grade section E class of Joannes Bosco Yogyakarta through the usage of cooperative learning method Numbered Heads Together type.
This research was held in Joannes Bosco Yogyakarta in 2014/2015 academic yaer the subject of this research was 29 students in the science 8th grade section E class. The data was collected from pretest and posttest grading results, observation worksheets, and questionnaire filled-in form. There were two phases of this research, two meeting in the first phase and two meeting in the second phase.
Based on the result, the cognitive aspect class average developed from 73,81 in the first phase to 83,1 in the second phase meanwhile , the students percentage that got the passing grade increased from 58,62 % to 100 %. The students affective achievement aspect class increased from 38 % in the first phase to 100 % in the second phase. The students motivation average developed from 34 % in the first phase to 100 % in the second phase. He data said that the indicator achieved the target from the beginning: 80 as a class average score, 75 % students passed the passing grade, 70 % as students affective grade, and 80 % as the satisfactory level of students motivation. Based on the research, the conclusion is the Cooperative Learning Method Numbered Heads Together Type can develop students motivation and achievements in cognitive and affective aspects of students learning in the subjet matter of grow and growth
(13)
x
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas berkat, rahmat, dan bimbinganNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian penelitian dan penyusunan skripsi
dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII E SMP Joanes Bosco Yogyakarta pada materi pertumbuhan dan perkembangan”.
Adapun penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, di program studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma. Dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari keterlibatan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Johanes Eka Priyatma, M. Sc., Ph. D, selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2. Bapak Rohandi, Ph. D, selaku Dekan FKIP dan Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd, selaku Ketua Jurusan JPMIPA Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis 3. Bapak Drs. Antonius Tri Priantoro, M For, Sc, selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Biologi yang telah memberikan motivasi dan dorongan kepada penulis selama penulis penempuh studi di Universitas Sanata Dharma.
4. Ibu Ika Yuli Listyarini, M. Pd, selaku dosen pembimbing penulis yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan, dan arahan dengan sabar dan teliti kepada penulis selama penyusunan dan penyelesaian skripsi.
5. Segenap dosen program studi Pendidikan Biologi yang dengan tulus dan segenap hati membagikan ilmu kepada penulis selaku generasi muda.
(14)
xi
6. Para karyawan dan staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
7. Ibu Ag. Nuranisah Safriatun, S. Ag, selaku kepala SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SMP Joannes Bosco Yogyakarta.
8. Bapak Heri, selaku guru IPA di SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang telah banyak membantu memberikan arahan kepada penulis selama pelaksanaan penelitian di SMP Joannes Bosco Yogyakarta.
9. Segenap guru dan karyawan di SMP Joannes Bosco Yogyakarta, yang telah membantu penulis ketika melaksanakan sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar.
10.Siswa siswi kelas VIII E SMP Joanes Bosco Yogyakarta, selaku obyek dalam penelitian ini, yang telah membantu dan berpartisipasi selama pelaksanaan penelitian.
11.Siswa-siswa SMP Joannes Bosco Yogyakarta
12.Kedua orang tua tercinta, papa Martinus Pega dan mama Maria Yulia Miaty yang selalu mendoakan penulis, memberikan cinta dan kasih sayang yang sangat berlimpah kepada penulis, serta selalu memberikan dukungan baik secara finansial maupun moral.
13.Kedua adik tercinta Fransiska Verawati Vegas dan Petrasia Karolina Vegas yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis. 14.Kekasih hatiku Virgilius R Seto Se, yang selalu mendoakan, memotivasi,
mendukung selama proses pelaksanaan penelitian.
15.Seluruh keluarga besar di Ende-Flores- NTT yang telah mendukung baik secara finansial maupun moral.
16.Sahabat-sahabat tercinta; Efran, Mistycha, Aty, Vian, Yongki, Rocker, Misel, Dora, Manto, Erik, Bucho, Mona, Charol, Wiwin, dan si kecil Godwin yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama proses perkuliahan.
(15)
(16)
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK………...viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Hipotesis ... 7
(17)
xiv
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
A. Belajar ... 9
B. Pembelajaraan Kooperatif ... 10
C. Model Pembelajaran Tipe Numbered Heads Together ... 13
D. Motivasi Belajar ... 18
E. Hasil Belajar ... 25
F. Materi Pertumbuhan Dan Perkembangan ... 33
G. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 34
H. Kerangka Berpikir ... 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
A. Jenis Penelitian ... 37
B. Setting Penelitian ... 37
C. Rancangan Penelitian ... 38
D. Instrumen Penelitian ... 44
E. Analisis Data ... 47
F. Indikator Keberhasilan ... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 53
B. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 81
C. Pembahasan ... 87
D. Keterbatasan Atau Hambatan Saat Penelitiaan ... 98
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 100
A. Kesimpulan ... 100
B. Saran ... 101
(18)
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 2. Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Awal ... 47
Tabel 3.3. Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Akhir ... 47
Tabel 3.4 Kategori Persentase Hasil Observasi Aspek Afektif... 50
Tabel 3.5 Indikator Keberhasilan ... 52
Tabel 4.1. Hasil Nilai Postest Siklus I... 81
Tabel 4.2. Hasil Nilai Postest Siklus I I ... 82
Tabel 4.3 Hasil Observasi Siswa Pertemuan 1... 83
Tabel 4.4 Hasil Observasi Siswa Pertemuan 2... 83
Tabel 4.5 Hasil Observasi Siswa Siklus II Pertemuan 3 ... 84
Tabel 4.6 Hasil Observasi Siswa Siklus II Pertemuan 4 ... 85
Tabel 4..7 Hasil Analisis Lembar Kuesioner Motivasi Awal Siswa ... 86
(19)
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ... 36
Gambar 3.1 Desain Penelitian Menurut Kemmis dan Mc Taggart ... 38
Gambar 4.1 Siswa Sedang Mengerjakan Soal Pretest ... 59
Gambar 4.2 Siswa Sedang Melakukan Percobaan Perkecambahan ... 60
Gambar 4.3 Siswa Sedang Diskusi Mengerjakan LKS Dalam Kelompok ... 64
Gambar 4.4 Siswa Sedang Mengerjakan Postest I ... 66
Gambar 4.5 Siswa Sedang Berdiskusi Mengerjakan LKS ... 73
Gambar 4.6 Siswa Sedang Menjawab Sesuai Dengan Nomor Undian Soal... 77
Gambar 4.7 Siswa Sedang Mengerjakan Soal Postest II ... 80
Gambar 4.7. Grafik Perbandingan Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa ... 89
Gambar 4.8 Grafik Peningkatan Motivasi Siswa Melalui Hasil Observasi ... 92
Gambar 4. 9 Grafik Peningkatan Rata-Rata Skor Dan Persentasi Motivasi Belajar Siswa ... 93
Gambar 4.10. Grafik Motivasi Belajar Siswa Hasil Lembar Kuesioner ... 95
Gambar 4.11. Grafik Persentase Motivasi Belajar Sebelum Dan Sesudah Penelitian Hasil Lembar Kuesioner ... 96
(20)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus ... 106
Lampiran 2. RPP Siklus I ... 108
Lampiran 3. RPP Siklus II ... 115
Lampiran 4: Lembar Kerja Siswa Pertemuan 1 ... 122
Lampiran 5: Tabel Pengamatan LKS Pertemuan 1 ... 124
Lampiran 6: Contoh Jawaban LKS Pertemuan 1 ... 125
Lampiran 7: Lembar Kerja Siswa Pertemuan 2 ... 127
Lampiran 8: Kunci Jawaban LKS Pertemuan 2 ... 129
Lampiran 9: Contoh Jawaban Siswa LKS Pertemuan 2 ... 132
Lampiran 10: Lembar Kerja Siswa Pertemuan 3 ... 134
Lampiran 11: Kunci Jawaban LKS Pertemuan 3 ... 136
Lampiran 12: Contoh Jawaban LKS Pertemuan 3 ... 139
Lampiran 13: Lembar Kerja Siswa Pertemuan 4 ... 143
Lampiran 14: Kunci Jawaban LKS Pertemuan 4 ... 144
Lampiran 15: Contoh Jawaban Lks Pertemuan 4 ... 148
Lampiran 16: Kisi-Kisi Soal Pretes ... 150
Lampiran 17: Soal Pretes ... 151
Lampiran 18: Kunci Jawaban Pretes ... 157
Lampiran 19: Contoh Jawaban Pretset Siswa ... 158
Lampiran 20: Kisi-Kisi Postest Siklus I ... 168
Lampiran 21: Soal Postest Siklus I ... 169
Lampiran 22: Kunci Jawaban Postest Siklus I ... 174
Lampiran 23: Contoh Jawaban Postest Siklus I ... 177
(21)
xviii
Lampiran 25: Soal Postest Siklus II ... 188
Lampiran 26: Kunci jawaban postest siklus II ... 192
Lampiran 27: Contoh Hasil Postes II ... 194
Lampiran 28: Pedoman Skoring... 202
Lampiran 29: Handout Materi Pertumbuhan Dan Perkembangan ... 205
Lampiran 30: Rubrik Skor Lembar Observasi Siswa ... 219
Lampiran 31: Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 221
Lampiran 32: Contoh Hasil Lembar Observasi Siklus I ... 223
Lampiran 33: Lembar Observasi Siswa Siklus II ... 227
Lampiran 34: Contoh Hasil Observasi Siswa Siklus II ... 229
Lampiran 35: Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Awal Dan Motivasi Akhir ... 233
Lampiran 36: Kuesioner Motivasi Awal ... 234
Lampiran 37: Contoh Hasil Lembar Motivasi Awal... 236
Lampiran 38: Kuesioner Motivasi Akhir ... 238
Lampiran 39: Contoh Hasil Lembar Motivasi Akhir Siswa ... 241
Lampiran 40: Daftar Nilai LKS Siklus I Dan Siklus II ... 247
Lampiran 41: Daftar Nilai Postest Siklus I ... 248
Lampiran 42: Daftar Nilai Postest Siklus II ... 249
Lampiran 43: Hasil Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 250
Lampiran 44: Hasil Lembar Observasi Siswa Siklus II ... 251
Lampiran 45: Perhitungan Motivasi Awal Siswa ... 252
(22)
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih sebagai fasilitator pembelajaran. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.
Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di antaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.
(23)
Selain ditentukan oleh guru, keberhasilan sebuah pembelajaran juga ditentukan dari pemilihan model dan media yang digunakan dalam proses pembelajaran. Muchtar (1991) dalam penelitiannya menemukan bahwa proses belajar mengajar berlangsung dewasa ini tidak merangsang siswa untuk terlibat secara aktif dan belum menumbuhkan budaya belajar di kalangan siswa. Masih banyak guru yang belum memiliki kemampuan dan keterampilan memadai dalam memilih serta menggunakan berbagai model dan media pembelajaran yang dapat mengembangkan iklim pembelajaran yang kondusif bagi para siswa. Selain itu pada kenyataanya praktik pendidikan dewasa ini belum mampu menjadikan siswa sebagai manusia yang utuh. Hal ini terjadi karena pembelajaran yang berlangsung di sekolah selama ini masih berpusat pada guru dan cenderung memberikan materi hafalan (Kartadinata, 2009).
Berdasarkan hasil observasi di kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta banyak siswa yang mempunyai motivasi belajar yang rendah, ketika guru menjelaskan materi pembelajaran di depan kelas, banyak siswa yang tidak memperhatikan dengan serius materi yang diajarkan oleh guru. Mereka cenderung mengobrol dengan teman sebangku dan ada yang tertidur di tempat duduk paling belakang. Hal ini disebabkan karena guru dalam memberikan materi pelajaran hanya menggunakan metode ceramah, sehingga banyak siswa yang merasa bosan dan berdampak pada hasil pembelajaran yang tidak memenuhi standar KKM yaitu 72.
(24)
Dari hasil observasi pada kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta, nilai rata-rata ulangan IPA terendah terdapat pada kelas VIII E yaitu 58,00 dari 29
siswa dengan nilai terendah 30 dan nilai tertinggi 65. Sehingga persentase kriteria kentuntasan minimal di kelas ini adalah 0 %. Materi pertumbuhan dan perkembangan merupakan salah satu materi yang ketuntasan belajarnya masih belum memenuhi KKM. Hal ini ditunjukan dengan nilai ulangan harian siswa kelas VIII tahun ajaran 2013/2014 pada materi pertumbuhan dan perkembangan.
Dari 32 terdapat 18 siswa yang mencapai tingkat penguasaan konsep pembelajaran IPA sebesar 56,25% , sedangkan yang belum menguasai sebesar 43,75% sebanyak 14 siswa. Dari data tersebut terlihat bahwa hasil belajar siswa kelas VIII pada materi pertumbuhan dan perkembangan masih perlu ditingkatkan. Hal ini disebabkan karena siswa tidak menguasai konsep atau materi pembelajaran IPA dengan optimal. Kurangnya interaksi antara siswa dengan siswa, sehingga siswa hanya belajar untuk dirinya sendiri, yang pintar tidak mau mengajarkan kepada yang belum pintar, sehingga yang mengerti hanya beberapa orang saja. Masih rendahnya kemauan siswa dalam belajar karena guru dalam mengajarkan materi pembelajaran masih sering menggunakan metode ceramah sehingga menimbulkan kejenuhan pada siswa.
Peningkatan hasil belajar dapat dilakukan dengan cara memberikan motivasi kepada siswa baik dari pribadi siswa itu sendiri maupun dari luar. Salah satu cara meningkatkan motivasi adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang bervariatif. Dalam pembelajaran, banyak model pembelajaran yang mampu merangsang siswa untuk aktif dalam proses pembalajaran. Salah satu model
(25)
pembelajaran yang mampu merangsang keaktifan siswa adalah model Numbered Heads Together (NHT).
Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bekerja sama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together ini, guru selain menerangkan siswa dengan ceramah, juga dipadukan dengan kegiatan diskusi siswa yang jauh lebih efektif dimana dituntut kesiapan dan keaktifan masing-masing siswa dalam menjawab pertanyaan yang akan diajukan oleh gurunya nanti. Dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together
diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dalam proses pembelajaran di kelas tidak hanya didominasi oleh guru, siswa akan terlibat secara fisik, emosional dan intelektual sehingga diharapkan materi pertumbuhan dan perkembangan yang diajarkan dapat dipahami oleh siswa.
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut di atas maka dalam penelitian
ini memilih judul “ Penerapan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII E Joannes Bosco Yogyakarta pada materi pertumbuhan dan perkembangan”
(26)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, masalah-masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII E SMP Joannes Bosco Yogyakarta pada materi pertumbuhan dan perkembangan?
2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII E SMP Joannes Bosco Yogyakarta pada materi pertumbuhan dan perkembangan?
C. Batasan Masalah
Mengingat cukup luasnya ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas maka penulis membatasi permasalahan supaya lebih terfokus pada masalah yang akan diteliti. Adapun batasan masalah yang akan diteliti adalah:
1. Motivasi
Motivasi yang diukur dalam penelitian ini adalah minat siswa dalam bentuk penguasaan materi, kesiapan, ketertarikan, keseriusan, dan partisipasi siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Motivasi siswa diukur melelalui hasil kuesioner yang diisi oleh siswa secara individu.
2. Hasil belajar
Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini meliputi aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif di dapatkan dari membandingkan hasil
(27)
postest siklus I dan hasil postest siklus II. Sedangkan aspek afektif di dapatkan dari lembar observasi siswa. aspek afektif yang diteliti meliputi: mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, menyampaikan argumentasi, menerima pendapat, merefleksikan hasil diskusi, memperhatikan arahan guru, dan bekerjasama dengan kelompok diskusi. 3. Materi pembelajaran
a. Standar Kompetensi: memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia
b. Kompetensi Dasar (KD) 1.1 yaitu menganalisis pentingnya pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup, dan Kompetensi Dasar (KD) 1.2 yaitu mendeskripsikan tahapan perkembangan manusia.
c. Materi : pertumbuhan dan perkembangan
4. Metode pembelajaran yang akan digunakan pada penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together merupakan model pembelajaran yang memadukan ceramah dengan kegiatan diskusi siswa yang jauh lebih efektif Miftahul (2013).
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa kelas VIII E SMP Joannes
(28)
tipe Numbered Heads Together pada pembelajaran IPA materi pertumbuhan dan perkembangan.
2. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII E SMP Joannes Bosco Yogyakarta setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada pembelajaran IPA materi pertumbuhan dan perkembangan.
E. Hipotesis
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII E SMP Joannes Bosco pada materi pertumbuhan dan perkembangan.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII E SMP Joannes Bosco pada materi pertumbuhan dan perkembangan.
F. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti
Dengan penelitian ini, peneliti dapat menerapkan model pembelajaran koopertif tipe Numbered Heads Together secara langsung dalam proses pembelajaran di kelas.
2. Bagi siswa
Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dalam pembelajaran IPA materi pertumbuhan dan perkembangan, diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
(29)
dalam kegiatan pembelajaran sehingga pada akhirnya hasil belajar siswa dapat meningkat.
3. Bagi guru
Dengan adanya penelitian ini para guru dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together sebagai alternatif model pembelajaran dikelas. Guru juga dapat mengembangkan metode dan model pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan.
4. Bagi sekolah
Dengan adanya penelitian ini dapat di jadikan masukan dalam upaya meningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah, dan meningkatkan sumber daya manusia guru.
(30)
9 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Belajar
Kata belajar sudah sangat dikenal secara luas, namun dalam pembahasan belajar ini, masing-masing ahli memiliki pemahaman dan arti yang berbeda-beda. Menurut Siregar (2010) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru seara keseluruhan, sebagai hasil pngalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Gagne dalam Susanto (2012) mendefenisikan belajar sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalamannya. Bagi Gagne belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003). Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri (Sadirman, 2008).
(31)
Winkel dalam Suryono (2011) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Fokus belajar pada penelitian ini adalah aspek kognitif dan aspek afektif.
Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan belajar adalah suatu kegiatan yang membentuk terjadinya perubahan pada diri individu dan merupakan hak setiap manusia. Akan tetapi, kegiatan belajar antar individu cenderung menghasilkan aktivitas belajar yang tidak sama. Perbedaan inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan siswa. sehingga menimbulkan kesulitan belajar. Hal ini di karenakan masing-masing siswa memiliki aktivitas belajar yang berbeda-beda.
B. Pembelajaraan Kooperatif
1. Pengertian pembelajaran kooperatif
Slavin (dalam Isjoni, 2009) mengemukakan bahwa cooperative learning
adalah suatu model pembelajaran dimana dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari
(32)
sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif di antara anggota kelompok.
Menurut pendapat Lie (2008) bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model
cooperative learning dengan benar-benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.
Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning
juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok (Solihatin dan Rahardjo, 2007).
Menurut Salvin (2010) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan seting kelompok-kelompok kecil dengan
(33)
memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerja sama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: 1) untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif, 2) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, 3) jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan 4) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari perorangan.
2. Tujuan pembelajaran kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, dimana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 2005). Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting.
(34)
Menurut Depdiknas tujuan pertama pembelajaran kooperatif, yaitu meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi narasumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan yang kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengembangkan keteramoilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
C. Model Pembelajaran Tipe Numbered Heads Together
NHT merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dalam memiliki tujuan untuk menguatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Spancer Kagen dan Ibrahim dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pembelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Model Pembelajaran NHT merupakan tipe pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu:
(35)
1. Hasil belajar akademik stuktural bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang. Tipe pembelajaran ini memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan saling menghargai satu sama lain.
3. Pengembangan keterampilan sosial bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi teugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT
1. Penomoran (Numbering)
Guru membagi siswa kedalam kelompok yang beranggotakan tiga hingga lima orang dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda. Pemberian nomor pada siswa dalam satu kelompok disesuaikan dengan banyaknya siswa dalam kelompok itu.
2. Pengajuan Pertanyaan (Questioning)
Guru mengajukan pertanyaan kepada para siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum.
(36)
3. Berpikir Bersama (Heads Together)
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan bahwa tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut.
4. Pemberian Jawaban (Answering)
Guru memanggil satu nomor tertentu kemudian siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas. Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam langkah sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan penelitian ini. Keenam langkah tersebut adalah sebagai berikut:
a) Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran NHT.
b) Pembentukan Kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran NHT. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari jenis kelamin dan kemampuan belajar. Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, guru memperkenalkan keterampilan kooperatif dan menjelaskan tiga aturan dasar dalam pembelajaran
(37)
kooperatif yaitu : (1)Tetap berada dalam kelas. (2)Mengajukan pertanyaan kepada kelompok sebelum mengajukan pertanyaan kepada guru. (3)Memberikan umpan balik terhadap ide-ide serta menghindari saling mengkritik sesama siswa dalam kelompok.
c) Diskusi Masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari spesifik sampai yang bersifat umum. d) Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
e) Memberi Kesimpulan
Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
f) Memberikan Penghargaan
Pada tahap ini, guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian pada siswa dan memberi nilai yang lebih tinggi kepada kelompok yang hasil belajarnya lebih baik. Dalam pembelajaran model NHT siswa lebih bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan karena
(38)
dalam tipe pembelajaran ini siswa dalam kelompok diberi nomor yang berbeda dan tiap anggota tahu bahwa hanya satu murid yang dipanggil untuk mempresentasikan jawaban. Setiap kelompok melakukan diskusi untuk berbagi informasi antar anggota sehingga tiap anggota mengetahui jawabannya. Lungdren mengemukakan bahwa, “Manfaat dari pembelajaran kooperatif tipe NHT bagi siswa adalah :
1) Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar. 2) Perselisihan antar pribadi berkurang.
3) Sikap apatis berkurang. 4) Pemahaman lebih mendalam. 5) Motivasi lebih besar.
6) Hasil belajar lebih baik.
7) Meningkatkan budi pekerti, kepekaan dan toleransi. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together:
1. Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
2. Siswa yang pandai dapat mengajarkan siswa yang kurang pandai
3. Setiap siswa menjasi siap semua, sehingga siswa dapat bersungguh-sungguh bekerja dalam kelompok
4. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan.
(39)
Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together 1. Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi, sehingga dapat
menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah
2. Pengelompokan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda serta membutuhkan waktu yang cukup lama
3. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
D. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi
Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini berarti bahwa konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha, berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya.
Menurut Santrock (2012), motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
(40)
Siswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah aktivitas tersebut memiliki isi yang menarik atau proses yang menyenangkan. Intinya, motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan belajar dan strategi yang berkaitan dalam mencapai tujuan belajar tersebut. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik penguatan (motivasi) yang dilandasi tujuan tertentu. Korelasi ini menguatkan urgensitas motivasi belajar. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku. Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama.
2. Fungsi Motivasi
Pembelajaran akan berhasil jika siswa memiliki motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, menumbuhkan motivasi belajar siswa merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab guru. Guru yang baik dalam mengajar, selamanya akan berusaha mendorong siswa untuk beraktivitas mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Sadirman (2006) hasil belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pembelajaran itu. Jadi, motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.
(41)
Sehubungan dengan hal tersebut Sadirman (2006) mengemukakan ada tiga fungsi motivasi yakni:
a. Mendorong peserta didik untuk berbuat. Motivasi sebagai pendorong atau motor dari setiap kegiatan belajar
b. Menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni ke arah tujuan belajar yang hendak dicapai. Motivasi belajar memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran.
c. Menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan pembelajaran dengan menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak menunjang bagi pencapaian tujuan tersebut.
Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukan hasil yang baik.
Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
3. Macam- macam Motivasi
Menurut Sadirman (2006) terdapat dua macam motivasi yakni, motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik:
(42)
a. Motivasi instrinsik
Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri tiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh, seseorang yang senang membaca tidak perlu ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Akan tetapi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya misalnya kegiatan belajar, maka yang dimaksud dengan motivasi instrinsik adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung didalam perbuatan belajar itu sendiri.
Sebagai contoh, seorang siswa melakukan belajar karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif. Itulah sebabnya motivasi instrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajarnya. Siswa yang memiliki motivasi instrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang teridik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu.
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh seseorang belajar, karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan akan mendapatkan nilai yang baik. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahi
(43)
sesuatu tetapi ingin mendapatkan bilai yang baik. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu.
Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa motivasi adalah proses yang memberi semangat atau daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Dengan adanya motivasi dari dalam diri maupun lingkungan sekitar dapat membuat siswa lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran. Motivasi belajar siswa yang dapat dilihat dalam penelitian ini meliputi rasa suka atau ketertarikan, keseriusan dalam melakukan aktivitas, kesiapan siswa, partisipasi dalam kelas, perhatian siswa, semangat siswa untuk melakukan tugas belajar, dan pengusana siswa terhadap materi.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Pada proses pembelajaran siswa tidak selalu memiliki motivasi dari dalam diri mereka. Sanjaya (2008) menyatakan bahwa munculnya motivasi instrinsik maupun motivasi ekstrinsik dapat di pengaruhi beberapa faktor, seperti:
(44)
a. Tingkat kesadaran siswa terhadap kebutuhan yang mendorong tingkah laku dan kesadaran akan tujuan belajar yang hendak dicapai. b. Sikap guru terhadap kelas, yaitu perhatian dan tindakan guru untuk
mengarahkan munculnya motivasi instrinsik maupun ekstrinsik. c. Pengaruh kelompok siswa.
d. Suasana kelas, yaitu kondisi pembelajaran yang diarahkan untuk memunculkan motivasi instrinsik atau motivasi eksterinsik.
Dari pendapat ahli diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar dalam penelitian ini adalah kesadaran dari dalam diri siswa sendiri untuk belajar, kondisi kelas yang nyaman sehingga membuat siswa merasa nyaman untuk belajar di kelas, sikap guru terhadap siswa artinya guru lebih memperhatikan para siswa dengan menjalin komunikasi yang baik dengan siswa sehingga siswa menjadi dekat dengan guru dan pada akhirnya siswa dapat aktif di dalam pembelajaran di kelas tanpa merasa takut dan malu.
5. Indikator Motivasi Belajar
Dalam kamu besar bahasa indonesia, indikator adalah alat pemantau (sesuatu) yang dapat memberikan petunjuk atau keterangan (Depdikbud, 1991). Ada beberapa indikator siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, hal ini dapat dikenali melalui proses belajar di kelas maupun di rumah. Indikator motivasi menurut Slameto (2010) adalah:
a. Rasa suka atau rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
(45)
b. Keseriusan dalam melakukan aktivitas di kelas
c. Adanya kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran di kelas
d. penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.
e. Partisipasi siswa /dalam suatu aktivitas
Indikator motivasi belajar siswa menurut Sudjana (2002) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Perhatian siswa terhadap pelajaran
b. Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya
c. Tanggung jawab siswa dalam melakukan tugas-tugas belajaranya. d. Reaksi yang di tunjuk siswa terhadap stimulus yang di berikan guru. e. Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang di berikan. f. Penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan.
Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan b. Kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran di kelas
c. Rasa suka atau ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
d. Keseriusan siswa dlam melakukan aktivitas pelajaran di kelas e. Partisipasi siswa dalam suatu aktivitas.
(46)
E. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Pendapat lain menyatakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar atau achievement merupakan hasil realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.
Menurut Winkel (1987) hasil belajar adalah suatu aktivitas mental/ psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman (aspek kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan nilai sikap (afektif). Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Hasil belajar yang dituju, boleh jadi merupakan kemampuan baru, boleh juga merupakan penyempurnaan atau pengembangan dari suatu kemampuan yang telah dimiliki. Jenis-jenis hasil belajar menurut Benyamin S. Bloom dalam Mustaqin (2008) membedakan menjadi 3 ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Khusus pada ranah kognitif, Anderson dan Krathwohl dalam Gunawan (2013) merevisi taksonomi Bloom yang sudah lama digunakan menjadi: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan.
(47)
a. Ranah kognitif 1) Mengingat
Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah (problem solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi mengenali dan memanggil kembali.
2) Memahami/ mengerti
Memahami/ mengerti berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan, dan komunikasi. Memahami. Mengerti berkaitan dengan aktivitas mengkasifikasikan dan membandingkan.
3) Menerapkan
Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi pengetahuan prosedural. Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan prosedur dan mengimplementasikan.
(48)
4) Menganalisis
Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaiman keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut dan mengorganisasikan.
5) Mengevaluasi
Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. standar ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri oleh siswa. Evaluasi meliputi mengecek dan mengkritisi. Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau produk. Mengkritisi berkaitan erat dengan berpikir kritis.
6) Menciptakan
Menciptakan sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif, namun tidak secara total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan.
(49)
Menciptakan disini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh siswa. menciptakan meliputi menggeneralisasikan dan memproduksi. Menggeneralisasikan merupakan kegiatan merepresentasikan permasalahan dan penemuan alternatif hipotesis yang diperlukan. Menggeneralisasikan ini berkaitan dengan berpikir divergen yang merupakan inti dari berpikir kreatif. Memproduksi berkaitan erat dengan dimensi pengetahuan yang lain yaitu pengetahan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognisi.
b. Ranah psikomotorik
Melalui bidang belajar psikomotorik, anak memperoleh keterampilan-keterampilan yang melibatkan otot-otot, urat serta persendian tubuh (motorik) dan alat-alat indera seperti mata dan telinga.
c. Ranah afektif
Melalui bidang afektif, anak memperoleh berbagai sikap dan perasaan yang ikut menentukan tindakan-tindakan yang diambil; sikap dan perasaan tersebut memberikan energi psikis dan semangat melalui rasa- rasa tertentu yang meresapi tingkah lakunya. Untuk mengetahui hasil belajar yang telah dicapai, perlu adanya suatu evaluasi.
Ranah afektif menurut Bloom dalam Winkel, 1987 meliputi beberapa aspek yaitu:
(50)
1) Peneriman, mencakup kepekaan akan adanya suatu stimulan (rangsangan) ini berupa materi dan buku pelajaean atau penjelasan dari guru. Kesediaan ini dinyatakan dalam sikap memperhatikan sesuatu, misalnya dengan mendengarkan jawaban teman, memperhatikan penjelasan guru
2) Partisipasi, mencakup kesediaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan berupa suatu reaksi terhadap rangsangan yang disajikan. Contohnya dalah dengan membaca dengan nyaring bacaan yang diminta, dan menyampaikan argumentasi.
3) Penilaian/ penentuan sikap, mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Pada tingkat ini mulai dibentuk suaatu sikap; menerima, menolak atau mengabaikan, sikap ini dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dan konsisten dengan sikap batin. Perkataan atau tindakan itu tidak hanya sekali, tetapi diulang saat kesempatan timbul, misalnya dengan kerapkali mempersiapkan pertanyaan secara tertulis, atau berpartisipasi aktif mengajukan pertanyaan selama belajar dan menjawab pertanyaan.
4) Organisasi, mencakup kemampuan beroganisasi dalam kelompok misalnya bekerja sama dalam kelompok,
(51)
merefleksikan hasil diskusi dan menerima pendapat teman saat bersdiskusi.
5) Karakteristik atau internalisasi nilai
Kemampuan siswa dalam menerapkan nilai, norma atau etika yang diyakini ke dalam kehidupannya sehari-hari.
Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat diketahui bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, informasi, yang diperoleh siswa setelah berinteraksi selama pembelajaran. Semua yang diperoleh siswa meruapakan hal baru, bukan apa yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Hasil belajar juga berbentuk kinerja yang ditampilkan seseorang setelah mengikuti proses pembelajaran.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar yang dapat dilihat melalui aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif dilihat dari nilai postest siswa dan aspek afektif dilihat dari aktivitas belajar siswa di kelas meliputi mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, menyampaikan argumentasi, menerima pendapat, merefleksikan hasil diskusi, memperhatikan pengarahan guru, dan bekerja sama dengan kelompok diskusi. Hasil belajar yang diperoleh ini akan ditindak lanjuti dengan evaluasi hasil belajar.
Evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik ini mencakup (a) evaluasi mengenai tingkat penguasaan peserta didik terhadap tujuan-tujuan khusus yang ingin dicapai dalam unit-unit program pengajaran yang bersifat terbatas,
(52)
(b) evaluasi mengenai tingkat pencapaian peserta sisik terhadap tujuan-tujuan umum pengajaran (Sudjana 2011).
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Banyak sekali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar atau prestasi belajar. Orangtua pun perlu untuk mengetahui apa saja faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar pada anak mereka, sehingga orangtua dapat mengenali penyebab dan pendukung anak dalam berprestasi. Berikut adalah faktor-faktor yang perlu diperhatikan yaitu:
a) Faktor dari dalam diri 1) Jasmani
Apabila jasmani/ kesehatan anak terganggu dengan sering sakit kepala, pilek, deman dan lain-lain, maka hal ini dapat membuat anak tidak bergairah untuk mau belajar. Secara psikologi, gangguan pikiran dan perasaan kecewa karena konflik juga dapat mempengaruhi proses belajar.
2) Intelegensi
Faktor intelegensi dan bakat besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar anak. Menurut Gardner dalam teori Multiple Intellegence, intelegensi memiliki tujuh dimensi yang semiotonom, yaitu linguistik, musik, matematik logis, visual spesial, kinestetik fisik, sosial interpersonal dan intrapersonal.
(53)
3) Minat dan motivasi
Minat yang besar terhadap sesuatu terutama dalam belajar akan mengakibatkan proses belajar lebih mudah dilakukan. Motivasi merupakan dorongan agar anak mau melakukan sesuatu. Motivasi bisa berasal dari dalam diri anak ataupun dari luar lingkungan. b) Faktor dari luar
1) Keluarga
Situasi keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan anak. Pendidikan orangtua, status ekonomi, rumah, hubungan dengan orangtua dan saudara, bimbingan orangtua, dukungan orangtua, sangat mempengaruhi prestasi belajar anak.
2) Sekolah
Tempat, gedung sekolah, kualitas guru, perangkat kelas, relasi teman sekolah, rasio jumlah murid per kelas, juga mempengaruhi anak dalam proses belajar.
3) Masyarakat
Apabila masyarakat sekitar adalah masyarakat yang berpendidikan dan moral yang baik, terutama anak-anak mereka. Hal ini dapat sebagai pemicu anak untuk lebih giat belajar.
4) Lingkungan sekitar
Bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan iklim juga dapat mempengaruhi pencapaian tujuan belajar. Dari sekian banyak faktor yang harus diperhatikan, tentu tidak ada situasi 100% yang
(54)
dapat dilakukan secara keseluruhan dan sempurna. Tetapi berusaha untuk memenuhinya sesempurna mungkin bukanlah faktor yang mustahil untuk dilakukan.
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa faktor yang mempengarui hasil belajar adalah faktor yang dapat membuat siswa lebih giat belajar sehingga hasil belajar siswa meningkat. Faktor belajar yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah motivasi siswa untuk belajar. Motivasi bisa berasal dari dalam diri anak maupun dari luar lingkungan.
F. Materi Pertumbuhan Dan Perkembangan
Materi pertumbuhan dan perkembangan menurut KTSP disajikan di kelas VIII semester II. Materi pertumbuhan dan perkembangan termasuk dalam Standar Kompetensi 1 yaitu memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Dalam penelitian ini peneliti mengambil materi pada KD 1.1 yaitu menganalisis pentingnya pertumbuhan dan perkembangan pada mahkluk hidup dan KD 1.2 yaitu mendeskripsikan tahapan perkembangan manusia. Karakteristik dari materi pertumbuhan dan perkembangan adalah untuk dapat mempelajari materi ini siswa dapat secara langsung melihat dan mengamati objek yang dipelajari. Materi pertumbuhan dan perkembangan meliputi:
1. Pengertian pertumbuhan dan perkembangan
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan 3. Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan
(55)
5. Metagenesis
6. Pertumbuhan dan perkembangan pada manusia.
G. Hasil Penelitian Yang Relevan
Amalina (2012) dalam penelitiannya “Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Sains Biologi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT) Pada Materi Pokok Struktur Dan Fungsi
Jaringan Tumbuhan Di MTS MA’ARIF Botoputih Temanggung mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik saat pembelajaran baik secara individu maupun kelompok dari siklus I sampai siklus II. Hal ini tampak dari nilai rata-rata postest pada siklus I adalah 75 meningkat menjadi 81,25 pada siklus II. Sementara untuk motivasi belajar siswa mengalami peningkatan dari 75, 46 % pada siklus I menjadi 80,04 % pada siklus II.
Penelitian lain dilakukan oleh Khasana (2013) dalam penelitiannya yang
berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
(NHT) Dilengkapi Kartu Soal Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa XI IPA MA Ali Maksum”. Dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar yaitu dapat diketahui dengan adanya selisih rata-rata hasil posstest sebesar 9,72 dengan effect size sebesar 0,75. Untuk peningkatan keaktifan belajar dapat diketahui dengan meningkatnya persentase indikator keaktifan dari siklus I ke siklus II yang meliputi visual activities dengan indikator perhatian meningkat 12,97 %, oral activities dengan indikator rasa ingin tahu meningkat 18,52 % dan indikator presentase meningkat 16,6 %, listening activities dengan indikator mendengarkan meningkat 19,44 %, motor activities
(56)
dengan indikator partisipasi meningkat sebesar 24,048 %, dan indikator tanggung jawab meningkat 21,3 %, mental activities dengan indikator keberanian meningkat 14,81 % serta emosional activities dengan indikator ketertarikan meningkat 25 %.
H. Kerangka Berpikir
IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di Sekolah Menengah Pertama. Dalam proses pembelajarannya, mata pelajaran IPA selama ini cenderung kurang digemari sebagian siswa jika dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Latar belakangnya adalah materi yang sulit dipahami karena siswa merasa bahwa materi tersebut sulit untuk dihafalkan. Selain itu faktor guru juga sangat mempengaruhi kurang minatnya siswa terhadap mata pelajaran IPA. Guru sebagian besar menggunakan metode ceramah saja yang mengakibatkan siswa menjadi pasif. Kurang aktifnya siswa terhadap mata pelajaran IPA menjadikan hasil belajar dari mata pelajaran IPA menjadi kurang maksimal.
Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang mampu membuat siswa lebih aktif dan kreatif.
Numbered Heads Together memberikan kesempatan pada siswa untuk saling bekerja sama, menuangkan ide-ide dengan cara berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil mengenai materi pelajaran baik dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan, sampai semua anggota kelompok memahami materi tersebut sebagai bekal ketika para siswa diberi pertanyaan.
Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada materi pertumbuhan dan perkembangan, sesuai dengan
(57)
penelitian yang relevan diharapkan siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti pelajaran dan menjadi lebih mudah memahami materi yang disampaikan sehingga motivasi dan hasil belajar dalam mata pelajaran IPA dapat meningkat. Dari uraian di tersebut, dapat digambarkan kerangka berpikir penelitian:
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Observasi awal
Siswa kelas VIII
Hasil observasi:
1. Pembelajaran yang dilakukan guru cenderung monoton, guru sering menggunakan metode ceramah
2. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran
3. Siswa sulit memahami materi pelajaran 4. Motivasi dan hasil belajar siswa rendah
Tindakan/ Solusi
Menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)
Kondisi akhir
Motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII E SMP Joannes Bosco Meningkat
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together:
1. Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
2. Siswa yang pandai dapat mengajarkan siswa yang kurang pandai
3. Setiap siswa menjasi siap semua, sehingga siswa dapat bersungguh-sungguh bekerja dalam kelompok
(58)
37 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Hopkins dalam Setyosari (2010). PTK merupakan suatu proses yang dirancang untuk memberdayakan seluruh partisipan dalam proses pendidikan (peserta didik, guru, dan pihak lain) dengan tujuan untuk meningkatkan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dilakukan dalam pengalaman pendidikan. PTK meliputi lima tahapan yaitu: 1) Perencanaan; 2) Tindakan atau pelaksanaan; 3) Observasi atau pengamatan; 4) Evaluasi; 5) Refleksi. Dalam penelitian ini ada 2 variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar dan motivasi belajar siswa
B. Setting Penelitian 1. Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar 2. Subjek Penelitian
kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 terdiri dari lima kelas yaitu VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, dan VIII E. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII E yang terdiri dari 29 siswa. peneiti memilih melakukan penelitian dikelas VIII E karena nilai rats-rata ulangan IPA terendah terdapat pada kelas VIII E.
(59)
3. Tempat Penelitian
Tempat penelitian SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang beralamat di jalan Melati Wetan no 51 Baciro Yogyakarta
4. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah tanggal 15 Mei 2015 sampai dengan tanggal 27 Mei 2015.
C. Rancangan Penelitian
Rancangan tindakan ini direncanakan dalam 2 siklus. Siklus I dengan 2 kali pertemuan dan siklus II dengan 2 kali pertemuan. Model Kemmis dan Mc Taggart pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau uraian-uraian dengan satu perangkat yang terdiri dari 4 komponen yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, tahap dan refleksi (Tanireja 2011). Desain PTK yang akan dilakukan dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini:
Gambar 3.1 Desain Penelitian Menurut Kemmis dan Mc Taggart Siklus
I Planning
Acting
Observing
Reflecting Siklus
II Planning
Acting
Observing
(60)
1. Pra tindakan
a. Meminta surat izin untuk melakukan penelitian kepada sekretariat jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
b. Menghubungi pihak SMP Joannes Bosco Yogyakarta, dengan menemui kepala sekolah, dan guru mata pelajaran IPA dengan menyerahkan surat ijin Penelitian dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
c. Melakukan observasi ke sekolah untuk mendapatkan gambaran awal tentang kegiatan belajar mengajar IPA di kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta.
d. Peneliti kemudian memilih salah satu kelas yang motivasi dan hasil belajar siswanya masih rendah. Kelas yang di pilih adalah kelas VIII E SMP Joannes Bosco Yogyakarta.
e. Identifikasi masalah, langkah diawali dengan menganalisis hasil belajar murid berdasarkan hasil ulangan harian pada materi pertumbuhan dan perkembangan.
f. Analisis studi pustaka sesuai dengan permasalahan dan judul penelitian.
g. Menyelesaikan rancangan penelitian dengan bimbingan dosen pembimbing skripsi.
(61)
h. Menyusun perangkat pembelajaran berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS) model NHT
i. Menyusun soal pre-test dan post-test untuk siklus I dan siklus II. 2. Pelaksanaan tindakan (2 siklus)
a. Siklus I
1) Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan pembelajaran menggunakan model NHT, yaitu:
a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), materi pertumbuhan dan perkembangan.
b) Merancang pembelajaran dengan membentuk kelompok belajar beranggotakan 3-4 siswa.
c) Menyusun lembar observasi.
d) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) model NHT. e) Merancang soal-soal latihan.
f) Merancang soal pre-test dan post-test. 2) Pelaksanaan
Hal-hal yang dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan adalah: a) Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa dan
pre-test.
b) Guru melakukan apersepsi.
(62)
d) Guru menyajikan materi tentang pertumbuhan dan perkembangan.
e) Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 3-4 siswa.
f) Setiap kelompok mendapatkan satu LKS model NHT,
selanjutnya pembelajaran dilaksanakan berdasarkan langkah-langkah pembelajaran model NHT
g) Guru membimbing siswa merangkum butir-butir pembelajaran dan merefleksikannya.
h) Guru memberikan post-test kepada siswa.
i) Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari materi selanjutnya.
3) Observasi
Observasi dilaksanakan bersamaan dengan tahap tindakan. Hal-hal yang dilakukan pada tahap observasi adalah:
a) Siswa mengisi kuisioner motivasi yang bertujuan untuk mengetahui motivasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas dan di rumah.
b) Peneliti mengadakan pengamatan atas dampak dan hasil pelaksanaan tindakan, yaitu hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Adapun aspek-aspek yang diamati meliputi:
(63)
Perhatian terhadap penjelasan guru. Antusiasme dalam mengerjakan tugas. Kerjasama dalam kelompok.
Keberanian untuk untuk bertanya dan menjawab soal yang di berikan guru.
4) Refleksi
Tahap ini merupakan hasil yang diperoleh dari hasil kuisioner siswa dan observasi selama proses belajar mengajar berupa hasil tes kemudian diidentifikasi kelemahan dan kelebihan selama proses pembelajaran berlangsung dan apa saja yang belum dapat dicapai pada siklus I. Hasil refleksi dirumuskan kembali antara guru dengan peneliti untuk tindak lanjut pada siklus berikutnya yaitu pada siklus II.
b. Siklus II
1) Perencanaan
a) Identifikasi masalah dan perumusan masalah berdasarkan hasil dan refleksi pada siklus I.
b) Merancang kembali pembelajaran dengan membentuk kelompok belajar siswa, tiap kelompok 3-4 siswa dengan kecerdasan menyebar.
c) Merancang lembar kerja siswa (LKS) 2 model NHT
d) Merancang soal-soal latihan. e) Merancang soal post-test.
(64)
2) Pelaksanaan
a) Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa dan pre-test.
b) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan. c) Guru menjelaskan secara singkat materi tentang
pertumbuhan dan perkembangan.
d) Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 3-4 siswa.
e) Setiap kelompok mendapatkan satu LKS model NHT,
selanjutnya pembelajaran dilaksanakan berdasarkan langkah-langkah pembelajaran model NHT
f) Guru membimbing siswa merangkum butir-butir pembelajaran dan merefleksikannya.
g) Guru memberikan post-test kepada siswa.
h) Guru memberikan pekerjan rumah kepada siswa. 3) Observasi
Pengamatan dilakukan terhadap siswa. Pengamatan terhadap siswa dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun aspek-aspek yang diamati meliputi:
Perhatian terhadap penjelasan guru. Antusiasme dalam mengerjakan tugas.
(1)
Lampiran 41: Daftar Nilai Postest Siklus I
DAFTAR NILAI POSTEST SIKLUS I
KELAS VIII E SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA
SISWA SKOR NILAI KETERANGAN
1 33 73,3 Tidak Tuntas
2 36 80 Tuntas
3 31 68,8 Tidak Tuntas
4 35 77,7 Tuntas
5 35 77,7 Tuntas
6 32 71,1 Tidak Tuntas
7 36 80 Tuntas
8 36 80 Tuntas
9 36 80 Tuntas
10 32 71,1 Tidak Tuntas
11 32 71,1 Tidak Tuntas
12 36 80 Tuntas
13 37 82,2 Tuntas
14 36 80 Tuntas
15 34 75,5 Tuntas
16 35 77,7 Tuntas
17 36 80 Tuntas
18 35 77,7 Tuntas
19 31 68,8 Tidak Tuntas
20 30 66,6 Tidak Tuntas
21 33 73,3 Tidak Tuntas
22 35 77,7 Tuntas
23 24 53,3 Tidak Tuntas
24 32 71,1 Tidak Tuntas
25 33 73,3 Tidak Tuntas
26 33 73,3 Tidak Tuntas
27 36 77,5 Tuntas
28 33 73,3 Tidak Tuntas
(2)
Lampiran 42: Daftar Nilai Postest Siklus II
DAFTAR NILAI POSTEST SIKLUS II
KELAS VIII E SMP JOANNES BOSCO JOGYAKARTA
SISWA SKOR NILAI KETERANGAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
(3)
Lampiran 43: Hasil Lembar Observasi Siswa Siklus I
LEMBAR OBSERVASI SISWA
KELAS VIII E SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA
Siswa ke-
Siklus I
Pertemuan-1 Pertemuan-2 Skor Nilai Kategori Skor Nilai Kategori
1 17,5 50 Sedang 18,5 52,8 Sedang
2 18 51,3 Sedang 24 68,5 Tinggi
3 17 48,5 Sedang 19 54,3 Sedang
4 18 51,3 Sedang 24 68,5 Tinggi
5 17 48,5 Sedang 18 51,3 Sedang
6 18 51,3 Sedang 24 68,5 Tinggi
7 18,5 52.8 Sedang 24 68,5 Tinggi
8 16,5 46,8 Sedang 18 51,3 Sedang
9 22 62,8 Sedang 24 68,5 Tinggi
10 15,5 44 Sedang 18 51,3 Sedang
11 20 57,1 Sedang 24 68,5 Tinggi
12 17 48,2 Sedang 18,5 52,8 Sedang
13 15,5 44 Sedang 24 68,5 Tinggi
14 15,5 44 Sedang 24 68,5 Tinggi
15 16 45,1 Sedang 24 68,5 Tinggi
16 17,5 50 Sedang 18 51,3 Sedang
17 16,5 46,8 Sedang 19,5 55,6 Sedang
18 18 51,3 Sedang 19,5 55,6 Sedang
19 17,5 50 Sedang 18 51,3 Sedang
20 17 48,5 Sedang 17,5 50 Sedang
21 15,5 44 Sedang 24 68,5 Tinggi
22 16 45,1 Sedang 19 54,2 Sedang
23 17,5 50 Sedang 18 51,3 Sedang
24 17,5 50 Sedang 18 51,3 Sedang
25 17,5 50 Sedang 24 68,5 Tinggi
26 14,5 41,2 Sedang 19,5 55,6 Sedang
27 13 37,1 Sedang 18 51,3 Sedang
28 16 45,1 Sedang 20 57,1 Sedang
29 18 51,4 Sedang 20 57,1 Sedang
(4)
Lampiran 44: Hasil Lembar Observasi Siswa Siklus II
LEMBAR OBSERVASI SISWA
KELAS VIII E SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA
Siswa ke-
Siklus II
Pertemuan-1 Pertemuan-2 Skor Nilai Kategori Skor Nilai Kategori
1 24 68,5 Tinggi 26,5 75,6 Tinggi
2 24 68,5 Tinggi 27 77,1 Tinggi
3 25 71,4 Tinggi 29 82,8 Tinggi
4 24 68,5 Tinggi 25,5 72,8 Tinggi
5 24 68,5 Tinggi 25,5 72,8 Tinggi
6 20,5 58,5 Sedang 26,5 75,6 Tinggi
7 24 68,5 Tinggi 28 80 Tinggi
8 24 68,5 Tinggi 28 80 Tinggi
9 24 68,5 Tinggi 29,5 84,2 Tinggi
10 23,5 67,1 Tinggi 25,5 72,8 Tinggi
11 24 68,5 Tinggi 28,5 81,2 Tinggi
12 21,5 61,4 Sedang 27,5 78,5 Tinggi
13 24 68,5 Tinggi 28 80 Tinggi
14 22 62,8 Sedang 26,5 75,6 Tinggi
15 24 68,5 Tinggi 26,5 75,6 Tinggi
16 21 60 Sedang 26,5 75,6 Tinggi
17 23,5 67,1 Tinggi 28,5 81,2 Tinggi
18 25 71,4 Tinggi 28 80 Tinggi
19 21,5 61,4 Sedang 27,5 78,5 Tinggi
20 24 68,5 Tinggi 28 80 Tinggi
21 24 68,5 Tinggi 28,5 81,2 Tinggi
22 23,5 67,1 Tinggi 27 77,1 Tinggi
23 23,5 67,1 Tinggi 28 80 Tinggi
24 24 68,5 Tinggi 28 80 Tinggi
25 24 68,5 Tinggi 28 80 Tinggi
26 24 68,5 Tinggi 27 77,1 Tinggi
27 21 60 Sedang 26 74,2 Tinggi
28 24 68,5 Tinggi 27,5 78,5 Tinggi
29 24 68,5 Tinggi 27,5 78,5 Tinggi
(5)
Lampiran 45: Perhitungan Motivasi Awal Siswa
PERHITUNGAN MOTIVASI AWAL
KELAS VIIIE SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA
SISWA JUMLAH PERSENTASE KRITERIA
1 52 65 B
2 59 73 B
3 61 76 B
4 65 81 SB
5 59 73 B
6 60 75 B
7 48 60 C
8 59 73 B
9 59 73 B
10 62 77 B
11 60 75 B
12 63 78 B
13 60 75 B
14 46 57 C
15 44 55 C
16 58 72 B
17 58 72 B
18 54 67 B
19 46 57 C
20 65 81 SB
21 56 70 B
22 65 81 SB
23 59 73 B
24 45 56 C
25 60 75 B
26 61 76 B
27 67 83 SB
28 63 78 B
(6)
Lampiran 46: Perhitungan Motivasi Akhir Siswa
PERHITUNGAN MOTIVASI AKHIR
KELAS VIIIE SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA
SISWA JUMLAH PERSENTASE KRITERIA
1 68 85 SB
2 74 92 SB
3 71 88 SB
4 76 95 SB
5 64 80 B
6 64 80 B
7 71 88 SB
8 68 85 SB
9 63 78 B
10 76 95 SB
11 62 77 B
12 64 80 B
13 70 87 SB
14 62 77 B
15 68 85 SB
16 62 77 B
17 68 85 SB
18 63 78 B
19 68 85 SB
20 69 86 SB
21 62 77 B
22 64 80 B
23 62 77 B
24 70 87 SB
25 63 78 B
26 69 86 SB
27 73 90 SB
28 71 88 SB