sangat tergantung bagaimana seseorang menanggapi objek tersebut dengan persepsinya.
Kesamaan persepsi timbul dikarenakan adanya kesamaan asumsi tentang pengalaman mengajar guru yang merupakan salah satu syarat dalam pengumpulan
dokumen portofolio di mana penentuan skor selain dilihat dari pengalaman mengajar juga dilihat dari berbagai syarat yang lain, sehingga walaupun dengan
pengalaman mengajar yang berbeda persepsi guru terhadap uji sertifikasi tidak berbeda secara signifikan. Selain itu, adanya pengakuan dari para guru bahwa
pengalaman mengajar tidak hanya dilihat dari lamanya guru mengajar akan tetapi juga dilihat dari pengalaman pendukung bidang profesi guru seperti pengalaman
mengikuti seminar, pelatihan, kepengurusan organisasi, kejuaraan dan lomba karya ilmiah
2. Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Ditinjau dari Tingkat
Pendidikan
Dari hasil analisis data diketahui bahwa tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan guru. Hal ini menunjukkan
bahwa guru dengan tingkat pendidikan yang berbeda yaitu kurang dari atau sama dengan D4S1 dan lebih dari atau sama dengan D4S1 memiliki persepsi positif
terhadap uji sertifikasi yang ditinjau dari tingkat pendidikan. Persepsi positif bermakna sebagian besar guru dengan tingkat pendidikan yang berbeda memiliki
pemahaman yang sama untuk mendukung pelaksanaan uji sertifikasi. Pengambilan kesimpulan ini didukung dari hasil pengujian dengan menggunakan
uji T dimana nilai T
hitung
sebesar -0.099 lebih kecil dari T
tabel
sebesar 1.9732. Nilai probabilitas 0. 931 0.05.
Berdasarkan deskripsi data yang telah dijabarkan di atas, diperoleh data sebagai berikut guru dengan tingkat pendidikan
≤ D4S1 sebanyak 65 guru dimana sebanyak 70,77 guru
≤ D4S1 menilai positif terhadap uji sertifikasi dan guru dengan tingkat pendidikan
≥ D4S1 sebanyak 115 guru sebagian besar juga memiliki persepsi yang positif terhadap uji sertifikasi yakni sebanyak 60
dari keseluruhan responden dengan tingkat pendidikan ≥ D4S1. Hal tersebut
menggambarkan bahwa sebagian besar responden telah menempuh pendidikan formal D4S1 sehingga dapat ikut serta dalam proses uji sertifikasi.
Kesamaan persepsi yang muncul terhadap uji sertifikasi dilihat dari tingkat pendidikan yang berbeda disebabkan karena adanya kesamaan dalam memahami
informasi mengenai syarat keikutsertaan dalam proses uji sertifikasi ini. Menurut Buku 3 Pedoman Penyusunan Portofolio 2007 menuliskan bahwa kualifikasi
akademik minimal yang harus dipenuhi untuk mengikuti proses uji sertifikasi adalah ijasah pendidikan tinggi yang dimiliki guru pada saat yang bersangkutan
mengikuti sertifikasi baik pendidikan gelar S1, S2 atau S3 maupun non gelar D4 baik dalam maupun luar negeri. Bagi guru yang belum memenuhi kualifikasi
akademik D4S1 ketentuannya telah diatur dalam PP No. 74 Pasal 66 Tahun 2008 tentang guru yakni guru dalam jabatan yang belum memenuhi kualifikasi
akademik D4S1 dapat mengikuti uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik apabila sudah:
a. Mencapai usia 50 lima puluh tahun dan mempunyai pengalaman kerja 20
dua puluh tahun sebagai guru atau b.
Mempunyai golongan IVa, atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IVa.
Dengan adanya ketentuan tersebut, maka terbentuk pola pikir positif untuk mengikuti proses uji sertifikasi ini. Dari hasil pengujian diperoleh hasil bahwa
tidak ada perbedaan persepsi terhadap uji sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan, hal ini menggambarkan bahwa para guru di Kecamatan Ngaglik
setuju dengan adanya uji sertifikasi, setuju terhadap komponen uji sertifikasi yang meliputi
kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman pengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, penilaian dari atasan dan pengawas,
prestasi akademik, karya pengembangan profesi, keikutsertaan dalam forum ilmiah, pengalaman berorganisasi, dan penghargaan yang relevan dari pemerintah. Selain itu,
dari hasil pengujian ini juga dapat menggambarkan persepsi guru terhadap uji sertifikasi bahwa apabila mereka profesional pasti akan dihargai secara profesional
pula.
3. Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Ditinjau dari Status Guru