a. Mencapai usia 50 lima puluh tahun dan mempunyai pengalaman kerja 20
dua puluh tahun sebagai guru atau b.
Mempunyai golongan IVa, atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IVa.
Dengan adanya ketentuan tersebut, maka terbentuk pola pikir positif untuk mengikuti proses uji sertifikasi ini. Dari hasil pengujian diperoleh hasil bahwa
tidak ada perbedaan persepsi terhadap uji sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan, hal ini menggambarkan bahwa para guru di Kecamatan Ngaglik
setuju dengan adanya uji sertifikasi, setuju terhadap komponen uji sertifikasi yang meliputi
kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman pengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, penilaian dari atasan dan pengawas,
prestasi akademik, karya pengembangan profesi, keikutsertaan dalam forum ilmiah, pengalaman berorganisasi, dan penghargaan yang relevan dari pemerintah. Selain itu,
dari hasil pengujian ini juga dapat menggambarkan persepsi guru terhadap uji sertifikasi bahwa apabila mereka profesional pasti akan dihargai secara profesional
pula.
3. Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Ditinjau dari Status Guru
Sama halnya dengan persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau dari pengalaman mengajar dan tingkat pendidikan, persepsi guru terhadap uji
sertifikasi ditinjau dari status guru juga menunjukkan kesamaan persepi terhadap proses uji sertifikasi. Hal ini menggambarkan bahwa guru dengan status guru
yang berbeda yakni guru honerer, guru tetap yayasan atau guru pegawai negeri sipil mempunyai persepsi positif terhadap uji sertifikasi ini. Persepsi positif ini
berarti bahwa sebagian besar guru di Kecamatan Ngaglik memiliki pemahaman PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang sama yakni setuju terhadap adanya proses uji sertifikasi walaupun terdapat perbedaan status di antara mereka. Kesimpulan ini didasarkan pada hasil
pengujian Anova dimana diperoleh nilai F
hitung
sebesar 0.133 lebih kecil dari nilai F
tabel
sebesar 3.047012. Nilai probabilitas 0.875 lebih besar dari taraf signifikasi α
= 0.05. Berdasarkan deskripsi data yang telah dijabarkan di atas, diperoleh data
sebagai berikut guru dengan status GTT sebanyak 34 guru dimana sebanyak 76,47 guru menilai positif terhadap uji sertifikasi , untuk guru dengan status
GTY sebanyak 53 guru sebagian besar 50,94 guru menilai positif uji sertifikasi ini dan untuk guru dengan status PNS sebanyak 93 guru sebagian besar juga
menilai positif terhadap proses uji sertitikasi yaitu sebanyak 66,67. Dari deskripsi tersebut diperoleh data bahwa sebagian besar responden
adalah PNS. Hal ini menggambarkan sebagian besar guru diangkat dan bekerja dalam instansi pemerintah dan menerima gaji dari negara. Guru dengan status
PNS mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan guru yang berstatus non-PNS. Guru PNS meskipun jam mengajarnya lebih sedikit dan kurang berprestasi tidak
akan mengubah statusnya dan akan tetap memperoleh kenaikan pangkat secara berkala. Akan tetapi guru yang berstatus non-PNS perlu kerja keras
menunjukkkan keprofesionalannya sebagai guru untuk mendapatkan kenaikan pangkat. Latar belakang ini memunculkan dugaan akan terjadi perbedaan persepsi
terhadap uji sertifikasi ditinjau dari status guru. Namun, hasil penelitian menunjukkan adanya kesamaan persepsi yaitu
persepsi positif dari guru dengan status GTT, GTY maupun PNS. Kesamaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
persepsi muncul karena adanya kesamaan memahami informasi mengenai pentingnya sertifikasi untuk meningkatkan kualitas mereka sebagai guru. Selain
itu, banyak opini di masyarakat terhadap sertifikasi guru yang ditulis dalam media cetak maupun elektronik yang menambah pengetahuan mereka sehingga ada
kesamaan persepsi terhadap uji sertifikasi. Opini yang baik terhadap program sertifikasi ini membentuk persepsi positif terhadap uji sertifikasi. Misalnya
pernyataan bahwa program sertifikasi hendaklah jangan dipandang sebagai proses legalisasi semata, akan tetapi harus dipandang sebagai proses untuk meningkatkan
kompetensi guru. Para guru setuju dengan hal itu karena meskipun berat dalam mengumpulkan poin 850 dalam penilaian portofolio tetapi guru memandang
bahwa profesionalisme dalam mengajar harus diperjuangkan. Mereka berpendapat jika profesional pasti akan dihargai dengan tunjangan yang lebih baik dari
pemerintah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengujian yang telah dibahas pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau dari
pengalaman mengajar. Hal ini didukung dengan hasil perhitungan nilai F
hitung
= 0.188 lebih kecil dari F
tabel
= 3.047012. Nilai probabilitas 0.829 lebih besar dari taraf signifikasi
α = 0.05. 2.
Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan guru. Hal ini didukung dengan hasil perhitungan nilai
T
hitung
= -0.099 lebih kecil dari T
tabel
1.9732. Nilai probabilitas 0.921 lebih besar dari taraf signifikasi
α = 0.05. 3.
Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau dari status guru. Hal ini didukung dengan hasil perhitungan nilai F
hitung
= 0.133 lebih kecil dari F
tabel
= 3.047012. Nilai probabilitas 0.875 lebih besar dari taraf signifikasi
α = 0.05.
B. Keterbatasan
1. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
kuesioner. Dari hasil pengumpulan data ditemukan bahwa responden dalam menjawab kuesioner kurang lengkap karena kegiatan guru yang cukup
banyak berkaitan dengan puasa dan libur lebaran. Hal ini berdampak pada
67 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI