mempermudah dan mempercepat pembuatan resume akhir perawatan, hal tersebut dimaklumi karena kelengkapan data yang tercantum dalam rekam medis
memperlihatkan tindakan yang diberikan kepada pasien, sehingga jika terdapat sebagian tindakan pelayanan yang tidak tercatat dalam rekam medis maka dokter
dalam membuat kesimpulan akhir akan mendapatkan kesulitan. Fungsi rumah sakit salah satunya adalah dalam meningkatkan mutu,
cakupan, dan efisiensi pelaksanaan rujukan medis dan rujukan kesehatan secara terpadu serta meningkatkan dan memantapkan manajemen rumah sakit maka
kegiatan-kegiatan perencanaan, pergerakan, pelaksanaan, pengendalian, dan penilaian harus mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan tujuan meningkatkan mutu dan
efisiensi pelayanan.
2.1.6 Rekam Medis Berisikan Diagnosis
Diagnosis adalah klasifikasi seseorang berdasarkan suatu penyakit yang dideritanya atau satu abnormalitas yang diidapnya. Batasan mengenai diagnosis
dalam ICD - 10 adalah diagnosis berarti, penyakit, cidera, cacat, keadaan masalah terkait kesehatan. Diagnosis utama adalah kondisi yang setelah pemeriksaan ternyata
penyebab utama admission pasien ke rumah sakit untuk di rawat. Diagnosis sekunder adalah masalah kesehatan yang muncul pada saat episode keperawatan kesehatan,
yang mana kondisi itu belum ada di pasien. Setiap diagnosis harus mengandung kekhususan dan etiologi. Apabila dokter tidak dapat menemukan yang khusus atau
etiologi karena hasil pemeriksaan rontgen, tes laboratorium serta pemeriksaan lain tidak dimasukkan, maka pernyataan harus dibuat sedemikian rupa yang mampu
Universitas Sumatera Utara
menyatakan simptom dan bukan penyakitnya, diagnosis harus dijelaskan sebagai meragukan atau tidak diketahui Huffman, 1994. Menurut Depkes-RI, 1997,
Penetapan diagnosis pada pasien merupakan kewajiban, hak dan tanggung jawab dokter. Diagnosis yang ada di dalam rekam medis diisi dengan lengkap dan jelas
sesuai dengan arahan yang ada pada ICD-10. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengkodean diagnosis sangat
penting untuk diperhatikan agar kode diagnosis yang dihasilkan sesuai dengan ICD- 10. Faktor-faktor tersebut adalah tenaga medis, tenaga pengkode dan tenaga
kesehatan lainnya. Oleh karena manajemen rumah sakit dan pemberi pelayanan kesehatan PPK lainnya diharapkan kerja keras untuk mensosialisasikan program
Jamkesmas, Askes dan JKA dilingkungan internal agar terjadi pelayanan kesehatan yang terkendali mutu dan biaya.
2.1.7 Pengkodean Coding Rekam Medis
Informasi diagnosis tidak akan bermanfaat apabila belum diolah untuk itu perlu dilakukan pengkodean. Koding menurut Depkes RI 1997 adalah memuat kode
atas diagnosis penyakit berdasarkan klasifikasi penyakit yang berlaku yang bertujuan untuk mempermudah pengelompokan penyakit dan operasi yang dapat dituangkan
dalam bentuk angka. Tujuan koding menurut AHIMA American Health Information Management
Association 1986 selain digunakan untuk klaim asuransi kesehatan, kode pada data digunakan untuk evaluasi proses dan hasil perawatan kesehatan. Kode data juga
Universitas Sumatera Utara
digunakan oleh pihak internal dalam institusi untuk aktifitas kualitas manajemen, casemix, perencanaan, pemasaran, administrasi lain dan Penelitian.
Menurut Bowman 1992 dalam Huffman 1994, pengkodean adalah penggolongan data dan memberikan penyajian untuk data itu. Pengkodean dilakukan
dengan berbagai alasan. Alasan utama adalah untuk memudahkan pengambilan kembali informasi menurut hasil diagnosis. Pengkodean selalu ditinjau ulang dari
data pasien tersebut. Faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan pengkodean Bowman, 1992
a. Kegagalan peninjauan seluruh catatan b. Pemilihan diagnosis utama yang salah
c. Pemilihan kode yang salah d. Mengkode diagnosis atau prosedur yang salah oleh karena isi catatan
e. Kesehatan didalam memasukkan kode ke dalam database atau pada tagihan Beberapa elemen pengkodean yang harus dievaluasi dalam menetapkan
kualitas data pengkodean Bowman, 1992: a.
Reliability, yaitu hasil yang sama akan diperoleh apabila dilakukan beberapa kali usaha, contoh: beberapa petugas pengkodean dengan rekam medis yang sama
akan menghasilkan hasil pengkodean yang sama pula. b.
Validity, yaitu hasil pengkodean yang mencerminkan keadaan pasien dan prosedur yang diterima pasien.
Universitas Sumatera Utara
c. Completeness, Sebuah rekam medis belum bisa dikatakan telah dikode apabila
hasil pengkodean tidak mencerminkan semua diagnosis dan prosedur yang diterima pasien.
d. Timeliness, Dokumen rekam medis dapat dikode dengan hasil yang dapat
dipercaya, benar dan lengkap, tetapi tidak dengan tepat waktu maka rekam medis tidak dapat digunakan untuk pengambilan kembali dokumen atau penagihan biaya
perawatan. Tugas dan tanggung jawab dokter INA-CBG sesuai DepKes-RI 2011
antara lain untuk menegakkan dan menuliskan diagnosis primer dan sekunder sesuai dengan ICD-10 serta menulis seluruh prosedur atau tindakan yang telah dilaksanakan
dan membuat resume medis secara lengkap dan jelas selama pasien dirawat di rumah sakit dalam satu episode perawatan.
2.2 Manajemen Klaim
Menurut Ilyas Yaslis 2003, manajemen klaim merupakan fungsi yang sangat penting dalam bisnis asuransi, pada dasarnya pengaturan dan pengelolaan proses
klaim insured peserta asuransi dan klaim provider pemberi pelayanan kesehatan kepada asuradur perusahaan asuransi. Unit manajemen klaim sangat berperan
dalam menentukan suatu klaim harus dibayar segera, ditunda, atau ditolak. Secara tidak langsung, unit ini sangat berpengaruh dalam menentukan arus kas keuangan
perusahaan. Manajemen Klaim pada dasarnya melaksanakan dua fungsi, yaitu fungsi claim administration administrasi klaim dan claim procesing proses klaim.
Universitas Sumatera Utara