B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam pembelajaran biologi pada materi sistem imun dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw, hasil belajar terbukti lebih baik dibandingkan dengan sebelum diberikan model pembelajaran ini dan siswa memiliki motivasi
belajar lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumnya. 1.
Peningkatan Motivasi Belajar Peningkatan motivasi belajar siswa pada penelitian ini didapat dari
hasil lembar kuisioner. Lembar kuisioner diisi oleh siswa kelas XI MIA 2 yang peneliti berikan pada awal penelitian dan akhir penelitian. Hal
tersebut digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah dilaksanakan penelitian.
Berdasarkan hasil analisis pencapaian motivasi belajar awal siswa kelas XI MIA 2 menunjukkan bahwa sebanyak 86,67 siswa kelas XI
MIA 2 tergolong dalam kategori tinggi dan sangat tinggi. Sedangkan 13,33 siswa tergolong dalam kategori cukup. Setelah siswa mendapatkan
pengalaman belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, motivasi belajar siswa dikelas XI MIA 2 meningkat menjadi
100 siswa tergolong dalam kategori tinggi dan sangat tinggi. Dengan ini dapat diperoleh kesimpulan bahwa tingkat motivasi
siswa yang tinggi dipengaruhi oleh beberapa faktor baik secara intrinsik maupun secara ekstrinsik. Salah satu sikap yang menunjukkan minat siswa
adalah saat berdiskusi, tampak beberapa siswa antusias dalam mengikuti
petunjuk dan kegiatan selama proses pembelajaran. Antusiasme tersebut menunjukkan bahwa siswa tampak termotivasi untuk dapat belajar dengan
baik tanpa bermalas-malasan. Rasa ingin tahu merupakan salah satu yang mendasari kemauan siswa untuk belajar lebih. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Hamalik 2003. Peningkatan hasil motivasi dalam penelitian ini dilihat dari lembar
kuisioner yang sudah diisi oleh siswa yang didalamnya terkandung beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu keinginan belajar mengenai
sistem imun, kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran, ketertarikan siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang digunakan,
keseriusan siswa dalam menjawab dan memberi tanggapan mengenai materi sistem imun, serta partisipasi siswa dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar. Sehingga peningkatan yang terjadi pada penelitian ini bahwa siswa sudah mencapai indikator yang diinginkan oleh peneliti.
Sehingga dalam pembelajaran materi sistem imun dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa lebih termotivasi untuk
belajar. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan suatu cara
yang dapat menarik perhatian siswa untuk meningkatkan motivasi ekstrinsik siswa dalam mengikuti pembelajaran Biologi. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Sugiyanto 2010 model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran yang mengedepankan cara
belajar siswa dengan berkelompok dan bertanggung jawab atas ketuntasan
bagian materi pembelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Sehingga membuat
siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Selain model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, peneliti juga
memberikan bentuk motivasi ekstrinsik yang lainya yaitu berupa pujian dan hadiah. Pujian diberikan kepada siswa atau kelompok yang
mengerjakan LDS dengan tepat waktu serta mempresentasikan dengan baik. Selain itu pujian juga diberikan kepada siswa yang menjawab
pertanyaan yang diajukan peneliti. Pujian yang diberikan berupa penyampaian verbal seperti ungkapan “iya benar, tepuk tangan untuk
mbak atau mas nama siswa”, dan non verbal seperti acungan ibu jari sebagai ungkapan hebat
. Sedangkan hadiah diberikan pada kelompok
terbaik berdasarkan hasil observasi ketika pembelajaran berlangsung. Hal di atas sejalan dengan pendapat Hamalik 2003 yang berpendapat
pemberian pujian kepada siswa atas hal-hal yang telah dilakukan dengan berhasil, besar manfaatnya sebagai pendorong belajar karena pujian
menimbulkan rasa puas dan senang. 2.
Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Hasil belajar diambil dari hasil post test siklus I dan post test siklus
II yang dikerjakan oleh siswa. Hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan dari data awal yang diperoleh oleh peneliti.
Hasil penelitian ini menunjukkan terjadinya perubahan pemahaman siswa
terhadap materi sistem imun dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Dampak yang ditimbulkan dari model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap pencapaian hasil belajar kognitif ditunjukkan pada
diagram batang seperti pada gambar 4.5 yang menggambarkan terjadi peningkatan hasil belajar pada siklus I dan siklus II. Hasil belajar siklus I
menunjukkan 26,67 siswa telah mencapai KKM. Sedangkan jumlah siswa yang mencapai KKM pada hasi belajar siklus II adalah 76,67.
Gambar 4.5. Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siklus I dan Siklus II
Diagram batang pada gambar 4.5 di atas menunjukkan bahwa persentase jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus II lebih tinggi
dibandingkan pada siklus I. Hasil ini menunjukkan terjadinya peningkatan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM yaitu sebesar 50. Pada
siklus II 76,67 siswa tuntas KKM, sedangkan 26,67 siswa belum mencapai KKM pada siklus I. Hasil dari siklus I belum mencapi target
yang ditetapkan oleh peneliti yaitu 75. Selain peningkatan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM,
nilai rata-rata kelas XI MIA 2 juga mengalami peningkatan pada siklus I dan siklus II seperti yang disajikan pada diagram batang pada gambar 4.6.
berdasarkan hal tersebut, nilai rata-rata kelas XI MIA 2 meningkat dari 54,53 di siklus I dan 77,43 di sikus II.
Gambar 4.6. Peningkatan Rata-rata Kelas XI MIA 2
Peningkatan hasil belajar aspek kognitif menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama proses pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw telah membantu siswa kelas XI MIA 2 SMA Negeri 1 Prambanan Sleman dalam memahami materi
tentang sistem imun yang dipelajari. Terjadinya peningkatan hasil belajar
aspek kognitif siswa sesuai dengan tujuan pokok pembelajaran kooperatif tipe jigsaw oleh Johnson Johnson dalam Trianto 2010 yaitu
memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.
Peningkatan hasil belajar aspek kognitif siswa dari siklus I ke siklus II dikarenakan oleh beberapa faktor. Faktor pertama adalah situasi
pembelajaran. Situasi pembelajaran ini berkaitan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Pada penerapannya, model jigsaw
membuat kegiatan pembelajaran lebih menyenangkan dan melibatkan seluruh siswa dalam pelaksanaanya. Hal ini ditunjukkan oleh respon siswa
yang terlihat gembira dan bersemangat selama mengikuti pembelajaran. Siswa merasa mendapatkan situasi pembelajaran baru melalui model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang sebelumnya belum pernah didapat dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini membuat siswa bersemangat
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan memudahkan siswa dalam memperdalam materi sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar
aspek kognitif. Faktor kedua adalah kerja sama dalam kelompok. Hal ini terlihat
pada timbulnya hubungan dan kerjasama antar personal siswa dalam belajar. Pada saat melakukan kegiatan berdiskusi komunikasi antar siswa
terjalin dengan baik. Kekompakan kerjasama dalam kelompok membantu siswa dalam memahami materi dengan menjawab soal-soal yang ada di
Lembar Diskusi Siswa.
Faktor ketiga yang mempengaruhi hasil belajar siswa pada apek kognitif terus meningkat adalah memberikan penghargaan berupa pujian
dan hadiah. Pemberian pujian dan hadiah kepada siswa apabila ada siswa atau kelompok yang memperoleh nilai terbaik pada saat post test dan
mengerjakan LDK dengan baik kelompok terbaik. Ini menyebabkan siswa berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai terbaik dengan
meningkatkan kemampuan belajar siswa dengan bertanya kepada peneliti, membaca buku referensi, dan berdiskusi dengan teman agar memahami
materi ajar. Menurut Suprijono 2009 faktor keempat yaitu faktor dari siswa
sendiri berupa kemampuan-kemampuan pemahaman siswa. Tinggi rendahnya kemampuan siswa dalam memahami materi yang sedang
dipelajari juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa terutama hasil belajar kognitif.
Proses belajar mengajar melibatkan interaksi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa. Adanya interaksi ini menghasilkan
hubungan baik dan kedekatan guru dengan siswa yang menciptakan suasana santai. Sehingga selama proses pembelajaran yang telah
berlangsung, siswa yang tidak mengerti atau bingung tentang materi yang sedang dipelajari dapat langsung bertanya kepada peneliti tanpa ada rasa
canggung dan takut. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto 2010 bahwa hubungan guru dengan siswa merupakan faktor lain yang mendukung
peningkatan hasil belajar aspek kognitif.
Secara garis besar penelitian ini dapat dikatakan sudah berhasil meningkatkan nilai kognitif siswa. Hal ini terbukti dari hasil post test
siswa yang telah meningkat pada siklus II, dapat dilihat dari rata-rata kelas maupun dari presentase siswa yang mencapai KKM. Hal tersebut sudah
sesuai dengan indikator yang di tetapkan oleh peneliti. 3.
Hasil Belajar Aspek Afektif Hasil belajar aspek afektif siswa kelas XI MIA 2 pada penelitian ini
dilihat dari lembar observasi yang dilakukan oleh observer. Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa baik
selama proses penjelasan dari peneliti, diskusi dalam kelompok maupun saat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Berdasarkan
hasil observasi yang dilakukan oleh observer pada tabel 4.3 dan 4.6 dapat digambarkan pada gambar 4.10 di bawah ini.
Gambar 4.7. Hasil Belajar Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II Kelas XI MIA 2
Dari gambar diatas terlihat adanya peningkatan hasil belajar aspek afektif siswa. kategori tinggi lebih menonjol dibandingkan dengan kategori
sedang maupun rendah. Pada siklus I memiliki persentase kategori tinggi 83,33 dan mengalami kenaikan pada siklus II menjadi 100. Berbeda
dengan kategori sedang yang mengalmi penurunan dari 16,67 pada siklus I menjadi 0 pada siklus II serta tidak seorang siswa pun yang
terdapat pada kategori rendah. Pada siklus II hasil belajar aspek afektif siswa kelas XI MIA 2
mengalami peningkatan artinya lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Hal ini ditunjukkan dengan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh siswa
selama proses pembelajaran. Kegiatan siswa dalam proses pembelajaran ini menunjukkan bahwa siswa telah memiliki beberapa tingkatan ktegori
hasil belajar afektif seperti Receiving penerimaan, Responding jawaban, Valuing penilian, dan Organization pengorgnisasian.
Kategori Receiving penerimaan ditunjukkan dengan adanya perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan memperhatikan teman
ketika berdiskusi dalam kelompok. Responding jawaban ditunjukkan dengan munculnya sikap kritis dalam mencari informasi saat kerja
kelompok, keberanian saat mengungkapkan pendapat, memberikan respon atau jawaban pendapat teman dan antusias dalam mengerjakan tugas atau
LDS. Valuing penilian ditunjukkan dengan sikap menghargai yang terlihat ketika siswa mendengarkan pendapat teman dan memberikan
kesempatan kepada siswa lain untuk menyampaikan ide. Hubungan sosial
antar siswa dalam kelompok baik kelompok ahli maupun kelompok asal tercipta melalui kerjasama dan partisipasi saat diskusi. Hal ini
menunjukkan kemampuan siswa dalam organisasi yaitu pengembangan dari nilai yang telah dimilikinya kedalam suatu sistem organisasi.
Peningkatan hasil belajar aspek afektif dari siklus I ke siklus II dikeranakan siswa telah mampu beradaptasi dengan anggota kelompok,
dan siswa sudah mulai terbiasa dan nyaman dengan menggunakan model pembelajaraan koperatif tipe jigsaw. Penerapan model pembelajaraan
kooperatif tipe jigsaw ini membantu siswa untuk bekerjasama dalam kelompok, sehingga membangkitkan semangat siswa dalam mengikuti
pembelajaran dan dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Peningkatan motivasi dan hasil belajar yang dicapai siswa dari
siklus I dan siklus II menunjukkan telah mencapai target yang ditentukan sebelumnya. Hal tersebut menandakan bahwa dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mampu memotivasi siswa untuk belajar yang berakibat pada meningkatnya hasil belajar siswa. penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memberikan efek pembelajaran biologi pada materi sistem imun. Hal ini tampak siswa lebih aktif dalam
proses pembelajaran. Peningkatan hasil belajar aspek kognitif menunjukkan bahwa
kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw telah membantu siswa kelas XI
MIA 2 SMA Negeri 1 Prambanan Sleman dalam memahami konsep
tentang sistem imun yang dipelajari. terjadinya peningkatan hasil belajar aspek kognitif siswa sesuai dengan tujuan pokok pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw oleh Johnson Johnson dalam Trianto 2010 yaitu memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan
pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Keberhasilan pembelajaran dalam penelitian ini didukung oleh
faktor-faktor penunjang pembelajaran yang berasal dari peneliti, siswa dan media pembelajaran yang digunakan, kemampuan peneliti dalam
melaksanakan dan mendampingi selama proses pembelajaran sangat diutamakan, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Selain
itu, media pembelajaran yang digunakan peneliti dalam proses pembelajaran
juga merupakan
faktor pendukung
keberhasilan pembelajaran. Salah satunya peneliti menggunkan pertanyaan yang dibuat
dalam bentuk kartu soal yang digunakan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan saat menjelaskan materi
pembelajaran peneliti menayangkan gambar agar menarik perhatian siswa dan siswa tidak merasa bosen selama proses pembelajaran berlangsung.
Dari keseluruhan hasil penelitian yang sudah dilakukan di kelas XI MIA 2 SMA Negeri 1 Prambanan Sleman pada materi sistem imun, model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw membantu dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Model pembelajaran yang diterapkan
cukup memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa karena memiliki keunggulan-keunggulan dalam
proses pembelajarannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim dkk 2009 dan Lie 2002 mengenai model pembelajaran kooperatif jigsaw
yang memiliki keunggulan di dalam proses pembelajarannya. Keunggulan tersebut adalah :
1. dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekaerjasama
dengan siswa lain. 2.
Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan 3.
Setiap siswa berhak menjadi ahli dalam kelompoknya. 4.
Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi. 5.
Meningkatkan kerjasama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
komunikasi. 6.
Siswa lebih memiliki kesempatan berinteraksi sosial dengan temannya.
7. Siswa lebih aktif dan kreatif, serta memiliki tanggung jawab secara
individual.
C. Kendala dalam Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw