Pembelajaran Kooperatif TINJAUAN PUSTAKA

Jenis Hasil Belajar Indikator-Indikator Cara Pengukuran pertimbanganpenilaian  Menciptakan Dapat melaksanakan dan menghasilkan karya yang dibuat oleh siswa Tugaspersoalantes B. Afektif  Penerimaan Bersikap menerimamenyetujui atau sebaliknya Pertanyaantes skala sikap  Sambutan Bersedia terlibatpartisipasimemanfa atkan atau sebaliknya Tugasobservasites  Penghargaan Apresiasi Memandang pentingbernilaiberfaedahi ndahharmoniskagum atau Sebaliknya Skala penilaiantugas ekspresifproyektor  Internalisasi Pendalaman Mengakuimempercayaime yakinkan atau sebaliknya Skala sikaptugas ekspresifproyekto  Karakterisasi Penghayatan Melembagakanmembiasaka nmenjelmakan dalam pribadi dan prilakunya sehari-hari Observasitugas ekspresifproyektif C. Psikomotorik  Ketrampilan bergerak Bertindak Koordinasi mata, tangan dan kaki Tugasobservasites tindakan  Ketrampilan ekspresi verbal dan non verbal Gerak, mimik, ucapan Tugasobservasi testindakan

E. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Kata kooperatif cooperative memiliki makna mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain. Sedangkan cooperative learning menurut Margaret dan Hilda 2003 adalah suatu strategi belajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dua orang atau lebih. Selanjutnya menurut Sugiyanto 2010 pembelajaran kooperatif cooperative learning adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam cooperative learning belajar dikatakan belum selesai jika salah satu salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran Isjoni,2010. Belajar kooperatif memungkinkan siswa untuk bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. 2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut Depdiknas dalam Taniredja 2011, tujuan pertama dalam pembelajaran kooperatif, yaitu meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi narasumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan yang kedua, pembelajaran kooperatif membuat peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Ketrampilan siswa yang dimaksud adalah berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. 3. Unsur-unsur Dasar dalam Pembelajaran Kooperatif Menurut Roger dan David dalam Lie 2002 ada berbagai elemen atau unsur-unsur yang merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif yaitu : 1. Saling ketergantungan positif Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. 2. Tanggung jawab perseorangan Jika tugas dan pola penilaian dibuat menuut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. Kemudia rekan-rekan dalam satu kelompok akan menuntutnya untuk melaksakan tugas agar tidak menghambat lainnya. 3. Tatap muka Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kelompok saja. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekirangan masing- masing. 4. Komunikasi antar anggota Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Ketrampilan berkomunikasi dalam kelompok ini juga merupakan proses panjang. Pembelajar tidak bisa diharapkan langsung menjadi komunikator yang andal dalam waktu sekejap. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa. 5. Evaluasi proses kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Sementara itu, menurut Roger dan David dalam Suprijono, 2009 mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah sebagai berikut : a. Positif interdependence saling ketergantungan positif Dalam unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggung jawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut. b. Personal responsibility tangung jawab perseorangan Pertanggung jawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhsilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama. c. Face to face promotive interactiaon interaksi promotif Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri-ciri interaksi promotif adalah saling membantu secara efektif dan efisien, saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan, memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien, saling mengingatkan, saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi, saling percaya, dan saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama. d. Interpersonal skill komunikasi antar anggota Untuk mengkordinasi kegiatan siswa dalam pencapaian tujuan siswa harus saling mengenal dan mempercayai, mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima dan saling mendukung , dan mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif. e. Group processing pemrosesan kelompok Pemrosesan mengandung arti nilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolabratif untuk mencapai tujuan kelompok. Ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara keseluruhan. Fokus dalam penelitian ini yakni yang pertama pada unsur saling ketergantungan positif dimana semua siswa mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok dan menjamin kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut. Kedua tanggung jawab perseorangan dimana setiap anggota kelompok bertanggung jawab pada tugasnya masing-masing. Ketiga interaksi promotif yang mengedepankan mengenai kerjasama yakni saling membantu dalam mengembangkan argumentasi. Keempat yakni komunikasi antar anggota, komunikasi di sini siswa mampu berkomunikasi secara akurat. Kondisi yang cocok dalam penelitian ini yakni komunikasi antar anggota, karena berkomunikasi dengan teman lebih memudahkan siswa untuk bisa mengasah kemampuan siswa untuk aktif dalam berpendapat. Dan yang kelima yaitu pemrosesan kelompok, pemrosesan ini untuk mengetahui apakah setiap anggota kelompok turut berperan aktif atau tidak. 4. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Suprijono 2009 memaparkan sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari enam fase sebagai berikut: a. Fase pertama Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. Guru mengklasifikasi maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini penting untuk dilakukan karena siswa harus memahami dengan jelas prosedur dan aturan dalam pembelajaran. b. Fase kedua Guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi akademik. c. Fase ketiga Guru harus menjelaskan bahwa siswa harus saling bekerja sama di dalam kelompok. Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan tujuan kelompok. Tiap anggota kelompok memiliki akuntabilitas individual untuk mendukung tercapainya tujuan kelompok. Pada fase ketiga ini terpenting jangan sampai ada free-rider atau anggota yang hanya menggantungkan tugas kelompok kepada individu lainnya. d. Fase keempat Guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik dan waktu yang dialokasikan. Pada fase ini bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau meminta beberapa peserta didik mengulangi hal yang sudah ditunjukkannya. e. Fase kelima Guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang konsisten dengan tujuan pembelajaran. f. Fase keenam Guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan kepada siswa. Variasi struktur reward dapat dicapai tanpa tergantung pada apa yang dilakukan orang lain. Struktur reward kompetitif adalah jika siswa diakui usaha individualnya berdasarkan perbandingan dengan orang lain. Setruktur reward kooperatif diberikan kepada tim meskipun anggota tim-timnya saling bersaing. 5. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif Menurut Sanjaya 2006, keunggulan dari pembelajaran kooperatif antara lain : a. Melalui pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu bergantung pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa lain. b. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. c. Dapat membantu anak untuk respek terhadap orang lain dan menyadari keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. d. Dapat membantu anak untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. e. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahaman sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpikir memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompok. f. Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata. 6. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Menurut Sanjaya 2006, kelemahan dari pembelajaran kooperatif adalah: a. Ciri utama pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa belajar kelompok yang efektif, maka dibandingkan pembelajaran langsung dari guru, dapat menyebabkan apa yang seharusnya dipelajari dapat dipahami tidak dicapai oleh siswa. b. Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran kelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, sehingga tidak mungkin dapat dicapai dengan satu kali atau sekali- sekali penerapan pembelajaran ini.

F. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI STATISTIKA KELAS IX SMP NEGERI 27 MEDAN.

0 3 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA.

0 1 33

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA MATERI SISTEM EKSKRESI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMA KELAS XI.

0 4 46

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta pada materi sistem reproduksi manusia.

2 21 232

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta pada materi sistem hormon manusia.

1 4 270

Penerapan metode pembelajaran two stay two stray (tsts) pada materi sistem imun dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas XI MIA 1 SMA Negeri 1 Prambanan Sleman, Yogyakarta.

0 0 273

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XF SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

1 9 273

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 0 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XF SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA SKRIPSI

0 0 271

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 3 SMA NEGERI 1 PRAMBANAN SLEMAN PADA MATERI SISTEM PERNAPASAN

0 0 222