Total Aset 94.342 Kredit 64.040 LDR 85,63 0.5

P ERKEMBANGAN P EREKONOMIAN D AERAH J AWA T ENGAH T RIWULAN I-2009 26 N P L P e rt u m b . Q tQ - K re d it - R p T ri ll iu n Kredit PHR NPL Kredit PHR Pertumb QtQ Sumber : LBU Bank Indonesia

2.4. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan I-2009 diperkirakan mencapai pertumbuhan sebesar 10,31 yoy. Pertumbuhan ini sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2008 yang tercatat sebesar 11,49, namun mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV-2008. Secara umum, sektor ini masih tumbuh cukup baik dan stabil. Beberapa indikator yang menggambarkan cukup baiknya kondisi sektor keuangan, khususnya dapat dilihat dari indikator kinerja perbankan, seperti dana pihak ketiga, outstanding kredit , LDR loan to deposit ratio serta kualitas kredit yang tercermin dari rasio NPL non performing loans Tabel 1.5. TABEL 1.5 PERKEMBANGAN KEGIATAN BANK RP MILIAR INDIKATOR USAHA 2008 2009 PERT. MAR-09 MAR JUN SEP DES MAR yoy qtq

1. Total Aset 94.342

99.100 107.486 111.811 113.258 20,05 1,29 2. DPK 74.783 78.761 81.185 86.139 90.140 20,54 4,64 a.Giro 12.772 12.971 11.789 12.296 14.035 9,89 14,14 b.Tabungan 33.938 36.219 36.512 40.103 39.129 15,30 -2,43 c.Deposito 28.073 29.571 32.884 33.740 36.976 31,71 9,59

3. Kredit 64.040

71.397 77.110 79.331 79.835 24,66 0,64

4. LDR 85,63

90,65 94,98 92,10 88,57 - -

5. NPLs 4,13

2,80 3,24 2,95 4,13 - - Sumber : LBU dan LBPR, Bank Indonesia Keterangan: data BPR posisi Maret 2009 masih bersifat sementara

2.5. Sektor Lainnya

Grafik 1.19. Penyaluran Kredit Sektor PHR oleh Bank Umum di Jawa Tengah P ERKEMBANGAN P EREKONOMIAN D AERAH J AWA T ENGAH T RIWULAN I-2009 27 Sektor jasa-jasa pada triwulan ini diperkirakan tumbuh sebesar 7,47 yoy, melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2008 namun meningkat apabila dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV-2008. Perlambatan ini diperkirakan disebabkan oleh pertumbuhan sub sektor jasa pemerintah yang sedikit melambat, karena belum banyak dilaksanakan proyek-proyek pemerintah di awal tahun anggaran ini. Sementara itu, perkembangan sub sektor jasa swasta terutama didorong oleh belanja partai politik untuk kepentingan pemilu legislatif. Dari sisi pembiayaan perbankan, pertumbuhan penyaluran kredit sektor jasa-jasa secara triwulanan oleh bank umum di Jawa Tengah mengalami perlambatan. Perlambatan pertumbuhan kredit sektor jasa merupakan salah satu indikator melambatnya perkembangan sektor ini. Krisis keuangan global diperkirakan memberikan dampak pula terhadap perkembangan sektor jasa. Hal tersebut terlihat dari meningkatnya rasio NPLs sektor ini, yaitu sebesar 6,18 pada akhir triwulan I-2009 yang disebabkan oleh meningkatnya NPLs di sub sektor jasa dunia usaha Grafik 1.20. Kondisi ini tentunya memerlukan perhatian bagi kita semua. Diperlukan stimulus-stimulus regional yang dapat mendorong perkembangan usaha di daerah, sehingga dampak krisis keuangan global dapat diminimalisir. -10 -5 5 10 15 20

0.0 0.5

1.0 1.5

2.0 2.5

3.0 3.5

4.0 4.5

5.0 II- 6 III -0 6 IV -0 6 I- 7 II- 7 III -0 7 IV -0 7 I- 8 II- 8 III -0 8 IV -0 8 I- 9 N P L P e rt u m b . Q tQ - K re d it - R p T ri ll iu n Kred Jasa NPL Kred Jasa Pertumb QtQ Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan I-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 7,11 yoy, merupakan salah satu sektor yang tetap mengalami peningkatan dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I- 2008 dan triwulan IV-2008. Peningkatan ini diperkirakan disebabkan oleh berbagai program promosi dari berbagai provider telekomunikasi, terutama telekomunikasi Grafik 1.20 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektor Jasa oleh Bank Umum di Jawa Tengah P ERKEMBANGAN P EREKONOMIAN D AERAH J AWA T ENGAH T RIWULAN I-2009 28 seluler. Selain itu, masa kampanye pemilu legislatif diperkirakan memberikan dampak positif terhadap perkembangan sektor ini. Pada periode triwulan I-2009, sektor bangunan diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 7,61 yoy, meningkat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2008 namun mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2008. Pertumbuhan pada sektor bangunan ini diperkirakan berasal dari beberapa proyek infrastruktur yang masih berjalan, seperti pemeliharaan jalan yang rusak terkena banjir serta beberapa proyek infrastruktur swasta seperti pemasangan kabel serat optik oleh beberapa provider telekomunikasi swasta yang marak dilakukan di beberapa wilayah di Semarang. Sektor listrik,gas dan air LGA diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 3,06 yoy. Angka pertumbuhan ini melambat apabila dibandingkan angka pertumbuhan triwulan I-2008 maupun pertumbuhan triwulan IV-2008. Sub sektor air bersih diperkirakan masih mengalami peningkatan sebesar 7,92 yoy, sementara sub sektor listrik diperkirakan tumbuh melambat sebesar 2,44 yoy. Prompt indicator dari pertumbuhan sub sektor air bersih terlihat dari indeks produksi air bersih dan penjualan listrik di wilayah Jawa Tengah yang menunjukkan peningkatan. Grafik 1.21 dan 1.22.

130 135

140 145

150 155

160 165

I-07 II-07 III-07 IV-07 I-08 II-08 III-08 IV-08 I-09 Indeks Produksi Air Bersih Perkiraan Penjualan Listrik Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS. diolah ♣♣♣ Grafik 1.20 Indeks Produksi Air Bersih Wilayah Jawa Tengah Grafik 1.21 Penyaluran Kredit Sektor LGA oleh Bank Umum di Jawa Tengah P ERKEMBANGAN P EREKONOMIAN D AERAH J AWA T ENGAH T RIWULAN I-2009 29 BOKS BOKS BOKS BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN DAMPAK PENERAPAN KEBIJAKAN 0 KELEBIHAN PENELITIAN DAMPAK PENERAPAN KEBIJAKAN 0 KELEBIHAN PENELITIAN DAMPAK PENERAPAN KEBIJAKAN 0 KELEBIHAN PENELITIAN DAMPAK PENERAPAN KEBIJAKAN 0 KELEBIHAN MUATAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH MUATAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH MUATAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH MUATAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH Sektor transportasi merupakan sektor vital dalam perekonomian kaitannya dengan arus distribusi barang. Gangguan di sektor transportasi akan berdampak pada kelancaran arus distribusi barang, yang ujungnya akan menyebabkan kenaikan harga- harga barang karena dorongan biaya cost push inflation. Di sisi lain persoalan di sektor transportasi dengan segala kompleksitasnya adalah fenomena yang nampak dan telah menjadi bagian dari keseharian masyarakat. Jalan yang rusak, pelanggaran terhadap rambu-rambu lalu lintas oleh pengguna jalan, muatan barang yang melebihi batas dan persoalan-persoalan lainnya adalah wajah sehari-hari sektor transportasi kita. Belum lagi pungutan-pungutan tidak resmi jalan yang banyak dikeluhkan oleh sebagian kalangan, telah menjadi sebab ekonomi biaya tinggi high-cost economy yang ujungnya adalah inefisiensi ekonomi. Di sinilah arti pentingnya penelitian yang dilakukan oleh Bank Indonesia Semarang tentang “Dampak Penerapan Kebijakan 0 kelebihan Muatan terhadap Perekonomian Jawa Tengah”. Penelitian ini dilaksanakan secara berkolaborasi dengan Laboratorium Studi Kebijakan Ekonomi LSKE Fakultas Ekonomi UNDIP.

1. LATAR BELAKANG MASALAH