Intermediasi Bank Umum NPLs 4,13

P ERKEMBANGAN P EREKONOMIAN D AERAH J AWA T ENGAH T RIWULAN I-2009 60 kuangan global ini juga terlihat dari sikap perbankan yang masih wait and see untuk menyalurkan kreditnya ke masyarakat. Hal ini tercermin dari menurunnya LDR dari 92,10 pada triwulan IV-2008 menjadi 88,57 pada triwulan I-2009. Krisis global juga mengakibatkan semakin berkurangnya kemampuan debitur dalam mengembalikan angsuran kredit. Hal ini dapat terlihat dari meningkatnya rasio NPLs dari 2,95 menjadi 4,13. Permasalahan meningkatnya NPLs ini diperkirakan masih terasa pada semester I-2009. Secara tahunan, aset perbankan di Jawa Tengah bank umum dan BPR pada triwulan I-2009 dibandingkan dengan triwulan I-2008 tumbuh sebesar 20,05. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada posisi yang sama pada tahun sebelumnya yaitu sebesar 11,67. Aset perbankan pada posisi Maret 2009 mencapai Rp113.258 miliar, lebih tinggi dibanding Maret tahun sebelumnya sebesar Rp94.342 miliar. Di sisi lain DPK yang dihimpun meningkat sebesar 20,54 sehingga menjadi Rp90.140 miliar. Sementara itu kredit tumbuh lebih besar yaitu 24,66 dari Rp64.040 miliar pada Maret 2008 menjadi Rp79.835 miliar pada maret 2009. Tingginya pertumbuhan kredit dibanding DPK menjadikan LDR perbankan Jawa Tengah meningkat dari 85,63 menjadi 88,57. Meskipun secara tahunan LDR meningkat, perbankan tetap mampu memperbaiki kualitas kredit yang diberikan, tercermin dari relatif tetapnya NPLs pada posisi 4,13.

3.1 Intermediasi Bank Umum

Pembahasan fungsi intermediasi perbankan ini lebih difokuskan kepada bank umum mengingat pangsa BPR terhadap perbankan di Jawa Tengah relatif kecil 7,15. Namun sebelumnya akan diuraikan terlebih dahulu perkembangan aset bank umum di Jawa Tengah. Secara tahunan, aset bank umum di Jawa Tengah pada triwulan I-2009 tumbuh sebesar 20,30 dibandingkan dengan triwulan I-2008 sehingga menjadi Rp105.161 miliar. Pertumbuhan aset tersebut lebih besar dari pertumbuhan pada triwulan yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 11,15. Namun, secara triwulanan aset perbankan hanya tumbuh sebesar 1,19, lebih kecil jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan IV-08 sebesar 3,87. Pertumbuhan yang menurun pada triwulan I-2009 ini tidak terlepas dari menurunnya kegiatan ekonomi di 2008 akibat krisis keuangan global khususnya sejak triwulan IV- 2008. Aset pada triwulan I-2009 hanya tumbuh sebesar 3,92, lebih kecil dari pertumbuhan pada triwulan IV-2009 sebesar 8,89 Grafik 3.1.. Kompisisi aset terbesar masih disumbang oleh bank pemerintah yaitu sebesar 55,18. Sedangkan bank swasta nasional dan swasta asing masing-masing memiliki pangsa aset sebesar 41,90 dan 2,92. Selain faktor jaringan kantor bank P ERKEMBANGAN P EREKONOMIAN D AERAH J AWA T ENGAH T RIWULAN I-2009 61 pemerintah yang jumlahnya relatif lebih banyak dibanding bank swasta nasional dan bank asing, faktor adanya bank lokal yaitu Bank Jateng juga menjadi penyebab besarnya peran bank pemerintah di Jawa Tengah. Selain itu, sampai saat ini bank- bank pemerintah khususnya Bank Jateng masih menjadi pilihan utama bagi pemerintah provinsi Jawa Tengah dan 35 pemerintah kabupatenkota yang ada di Jawa Tengah dalam melakukan transaksi keuangannya. 75 80 85 90 95 100 105 110 I II III IV I II III IV I 2007 2008 2009 R p T ri li u n Total Aset 10 20 30 40 50 60 70 I II III IV I II III IV I 2007 2008 2009 R p T ri li u n Pemerintah Swasta Asing Sumber : LBU, Bank Indonesia Sumber : LBU, Bank Indonesia 3.1.1 Penghimpunan Dana Masyarakat Dana Pihak Ketiga DPK yang dihimpun bank umum di Jawa Tengah tumbuh positif. Secara tahunan, posisi DPK yang berhasil dihimpun bank umum di Jawa Tengah pada triwulan I-2009 mengalami pertumbuhan sebesar 20,84 sehingga menjadi Rp84.453 miliar. Namun secara triwulanan, DPK tumbuh sebesar 4,68, lebih rendah dibanding pertumbuhan DPK pada triwulan IV-2008 sebesar 5,75. Melambatnya pertumbuhan DPK pada triwulan I ini antara lain disebabkan oleh menurunnya pendapatan masyarakat khususnya kelas menengah ke bawah. Hal ini tercermin dari menurunnya simpanan tabungan pada maret 2009 dibandingkan Desember 2008 yaitu dari Rp37.763 miliar menjadi Rp36.773 miliar. Hasil survei konsumen yang dilakukan Bank Indonesia pada triwulan I-2009 menunjukkan peningkatan konsumsi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan biaya pendidikan dan kebutuhan rumah tangga lainnya sehingga mereka terpaksa mengambil sebagian tabungannya. Di sisi lain, simpanan deposito tumbuh sebesar 9,88, sebagai indikasi bahwa sebagian masyarakat khususnya menengah ke atas lebih memilih penempatan Grafik 3.1. Perkembangan Asset Bank Umum Grafik 3.2. Perkembangan Asset Bank Umum Menurut Kelompok Bank P ERKEMBANGAN P EREKONOMIAN D AERAH J AWA T ENGAH T RIWULAN I-2009 62 dananya pada simpanan yang menghasilkan keuntungan lebih besar dibandingkan alternatif lainnya. Komposisi DPK bank umum di Jawa Tengah tidak berubah, simpanan tabungan tetap memiliki porsi terbesar Grafik 3.3.. Simpanan dalam bentuk tabungan tercatat sebesar Rp36.773 miliar 43,54, diikuti simpanan deposito dan simpanan giro masing-masing sebesar Rp33.646 miliar 39,85 dan Rp14.035 miliar 16,61. Meskipun simpanan tabungan mendominasi seluruh DPK, namun dalam masa krisis keuangan global ini, peran simpanan tabungan mulai menurun, dan bergeser kepada simpanan deposito. Hal ini sebagai indikasi bahwa sebagian masyarakat lebih memilih menempatkan dananya pada produk yang memberikan imbal hasil yield yang lebih tinggi, seiring dengan mulai melemahnya pendapatan dan daya beli masyarakat itu sendiri akibat krisis keuangan tersebut. Dilihat dari kepemilikannya, tabungan perorangan mempunyai peranan yang dominan terhadap DPK. Pada posisi Maret 2009, DPK yang dimiliki nasabah perorangan tercatat sebesar Rp64.547 miliar atau 76,42. Dari jumlah tersebut sebanyak Rp35.823 miliar 55,49 merupakan nasabah penabung perorangan. Sisanya adalah deposan perorangan sebesar Rp25.096 miliar 38,88 dan giran perorangan sebesar Rp3.627 miliar 5,63 lihat Grafik 3.6. 5 10 15 20 25 30 35 40 I II III IV I II III IV I 2007 2008 2009 R p T ri li u n Giro Tabungan Deposito 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 I II III IV I II III IV I 2007 2008 2009 R p T ri li u n Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing Sumber : LBU, Bank Indonesia Sumber : LBU, Bank Indonesia Grafik 3.3. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Grafik 3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Menurut Kelompok Bank P ERKEMBANGAN P EREKONOMIAN D AERAH J AWA T ENGAH T RIWULAN I-2009 63 - 1 2 3 4 5 6 7 8 9 I II III IV I II III IV I 2007 2008 2009 Giro Tabungan Deposito 1 bulan 20 40 60 80 100 I II III IV I II III IV I 2007 2008 2009 Pemda Perush. Swasta Perorangan Lainnya Sumber : LBU, Bank Indonesia Sumber : LBU, Bank Indonesia

3.1.2 Penyaluran Kredit Kredit yang disalurkan bank umum di Jawa Tengah tumbuh cukup

baik. Secara tahunan pertumbuhan kredit pada triwulan I-2009 mencapai 25,01, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2008 sebesar 20,43. Pertumbuhan kredit pada triwulan I-2009 merata di semua jenis penggunaan kredit. Kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi masing-masing tumbuh sebesar 27,73, 21,22, dan 21,62 Grafik 3.7. Namun, secara triwulanan, kredit pada triwulan I-2009 tumbuh sebesar 0,26, di bawah pertumbuhan kredit pada triwulan sebelumnya sebesar 3,16. Pelambatan pertumbuhan kredit tersebut tidak terlepas dari dampak krisis keuangan global, terutama mulai dirasakan kalangan dunia usaha sejak triwulan IV-2008. Di samping itu, suku bunga kredit yang masih relatif tinggi dan kondisi perekonomian yang masih belum pulih sepenuhnya, menjadikan sebagian pelaku usaha wait and see. Kondisi ini sejalan dengan hasil survei SCO yang menyatakan bahwa realisasi kredit triwulan I-2009 di bawah target yang ditetapkan karena turunnya permintaan kredit terkait dengan meningkatnya tingkat suku bunga kredit dan iklim ekonomi yang belum membaik akibat krisis keuangan global. Hasil survei SCO juga mengindikasikan bahwa naiknya suku bunga pada tiga bulan terakhir, yang disertai dengan kondisi perekonomian yang belum pulih akibat krisis keuangan global, memaksa sebagian perbankan mengetatkan kebijakan persetujuan penyaluran kredit untuk meminimalkan potensi terjadinya NPLs. Grafik 3.5. Perkembangan Suku Bunga Simpanan