Peta rantai nilai Analisis Dampak Keberadaan STA Soropadan Pada Pelaku Usaha Implementasi STA dan SRG Peran perbankan di pasar lelang menghadapi tantangan dan peluang.

P ERKEMBANGAN P EREKONOMIAN D AERAH J AWA T ENGAH T RIWULAN I-2009 79 d. STA Soropadan memiliki karakter yang berbeda dengan STA lainnya, misalnya STA Cigombong, Jawa Barat. STA Cigombong fokus pada pengemasan sayuran daun, buah dan umbi dan beroperasi setiap hari untuk memasok supermarkethypermarket Carrefour, Giant, sementara STA Soropadan dimanfaatkan untuk ajang promosi, agrowisata dan pasar lelang.

2. Peta rantai nilai

Sebagai sampel diambil tiga komoditas untuk melihat rantai nilainya yaitu beras, kopra, dan cabai yang mewakili masing-masing kelompok komoditi padi-padian, perkebunan dan holtikultura. Hasil pemetaan rantai nilai tiga komoditi yang diperdagangkan di STA Soropadan menguatkan alasan pembenaran terhadap tujuan pendirian STA Soropadan yaitu distribusi nilai tambah antar operator rantai di hulu dan di hilir masih sangat timpang. Petani hanya mampu menciptakan nilai tambah sekitar 3 sedang pedagang besar pemain pasar lelang menikmati nilai tambah lebih dari 15 kali lipat.

3. Analisis Dampak Keberadaan STA Soropadan Pada Pelaku Usaha

Petani berada jauh di mata rantai nilai sehingga tidak mengetahui peran STA Soropadan. Pada umumnya, dampak yang pasti dirasakan oleh pedagang adalah bertambahnya jaringan dan informasi bisnis yang dibangun melalui forum business gathering. Dari struktur pendapatan, petani menempati posisi yang paling ‘dirugikan’, namun paling sentral dalam menentukan jenis, kualitas dan volume produksi.

4. Implementasi STA dan SRG

Sistem Resi Gudang belum diimplementasikan dalam optimalisasi pelaksanaan pasar lelang forward di STA Soropadan.

5. Peran perbankan di pasar lelang menghadapi tantangan dan peluang.

a. Tantangan utama adalah persoalan risiko ingkar janji gagal kirim atau gagal bayar yang masih tinggi yaitu sekitar 20. Risiko ini mencerminkan kemungkinan risiko kredit macet bila bank menyalurkan kredit. b. Masih adanya yang melakukan short selling atau melakukan transaksi jual atas barang yang belum dimiliki menjadi sumber risiko gagal bayar. Rekomendasi 1. Produce what you market, not market what you produce Philip Kotler Perspektif pengelolaan STA Soropadan sebaiknya diubah menjadi Produce what you market, not market what you produce. 2. Mempertinggi frekuensi transaksi P ERKEMBANGAN P EREKONOMIAN D AERAH J AWA T ENGAH T RIWULAN I-2009 80 Karena selama ini transaksi di STA Soropadan hanya dilakukan rata-rata 2 bulan sekali, maka dapat menimbulkan image ketidakpastian pasar, sehingga kurang menarik minat pelaku. Jika kendalanya terletak pada dampak terhadap biaya yang harus dibebankan dari APBN APBD, maka solusi swastanisasi STA sebagai pasar lelang diharapkan dapat menjadi jalan keluar. 3. Dukungan infrastruktur Database yang memadai sebagai salah satu syarat infrastruktur yang diperlukan dalam penyelenggaraan pasar lelang yang optimal, sehingga harga yang terbentuk dalam pasar lelang dapat lebih akurat mencerminkan harga pasar di luar pasar lelang, dan pelaku yang didatangkan dengan fasilitasi akomodasi dari Pemda dapat diprioritaskan pada pelaku yang bertransaksi pada komoditas yang sedang masa panen, karena dengan ketersediaan stok pada masa panen akan mengurangi risiko gagal serah. 4. Optimalisasi Sistem Resi Gudang pada transaksi lelang Permasalahan wanprestasi di pasar lelang Soropadan selama ini salah satunya dilatarbelakangi oleh ketiadaan kuantitas suplai komoditas oleh penjual. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, idealnya komoditas yang ditransaksikan di pasar lelang berupa resi gudang karena resi gudang diterbitkan dengan underlying asset yang dijamin keberadaannya dan sudah teruji mutunya oleh Lembaga Penilai Kesesuaian terakreditasi. Namun karena mayoritas komoditas yang dijaminkan dalam resi gudang baru terbatas gabah, untuk sementara penggunaan resi gudang tersebut belum berjalan secara optimal. Hingga variasi komoditas yang dijaminkan melalui resi gudang tersebut meningkat, pengelola STA dapat senantiasa mensosialisasikan Sistem Resi Gudang kepada para pelaku. 5. Dalam rangka exit strategy yaitu berakhirnya pengelola manajemen pasar lelang dari pemerintah ke swasta, maka studi kelayakan bisnis cetak biru atau road mappathway sudah saatnya dipersiapkan. Beberapa dimensi isu-isu strategis yang perlu mendapat perhatian atau kajian mendalam adalah: Peran pemerintah tetap diperlukan dalam aspek pengawasan dan pembinaan, seperti pola pengelolaan Bursa Berjangka Jakarta dan Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian partnership pemerintah dan swasta dapat terwujud. Pencipta pasar yaitu pedagang broker, trader sekaligus berperan sebagai pemilik dan anggota pasar lelang. Kajian lebih lanjut mengenai berbagai varian “model” pasar lelang perlu dilakukan. STA Soropadan perlu mengupayakan redistribusi nilai tambah kearah hulu. P ERKEMBANGAN P EREKONOMIAN D AERAH J AWA T ENGAH T RIWULAN I-2009 81 Selain syarat-syarat yang harus dipenuhi, terdapat juga syarat-syarat yang mencukupi agar suatu pasar komoditas bisa menjadi pasar komoditas yang ideal, yaitu: - Dukungan pemerintah pusat dan daerah dalam bentuk kebijakan, regulasi, dan stimulus baik finansial maupun non finansial. - Ketersediaan sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi serta kelengkapan utilitas yang diperlukan. - Orientasi kepada konsumen dan orientasi komersial melalui peningkatan jaminan jumlah mutu dan ketepatan waktu produksi baik oleh petani kecil dan perusahaan agribisnis. - Dukungan asosiasi pelaku bisnis asosiasi petani, KADIN, dll. serta penelitian dan pengembangan institusi pertanian oleh perguruan tinggi dan lembaga penelitian lainnya. - Potensi perdagangan regional serta nasional dan internasional. P ERKEMBANGAN P EREKONOMIAN D AERAH J AWA T ENGAH T RIWULAN I-2009 82 BOKS Program Pengembangan Desa Padurenan menjadi Klaster Bordir Konveksi Terpadu dengan Wisata Religi di Kudus

A. Latar Belakang

Pada tahun 2008 dengan terpilihnya Bp.Bibit Waluyo sebagai Gubernur Provinsi Jawa Tengah telah dicetuskan suatu gerakan ”Bali Desa Mbangun Desa” yang diprogramkan selama masa jabatannya 2008-2013. Gerakan ini bertujuan mengarahkan kembali orientasi pembangunan ke perdesaan yang bersifat menyeluruh, terkait dengan pengembangan sumberdaya manusia, alam, lingkungan, sosial, budaya, politik dan kewilayahan. Pembangunan perdesaan menjadi isu strategis dan penting, mengingat di Jawa Tengah terdapat 7.807 desa yang dihuni oleh sekitar 60 dari jumlah penduduk Jawa Tengah yang mencapai 32,3 juta jiwa pria 49,62 dan perempuan 50,38. Dengan membangun perdesaan diharapkan ekonomi masyarakat desa semakin meningkat dan pada akhirnya tingkat kesejahteraan rakyat Jawa Tengah semakin membaik. Selanjutnya untuk mengimplementasikan gerakan tersebut diharapkan segenap potensi masyarakat Jawa Tengah yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, teknologi dan informasi hendaknya dapat ditularkan kepada masyarakat pedesaan. Demikian pula bagi mereka yang memiliki kekayaan atau modal yang besar dapat memberikan bantuan modal usaha atau bertindak sebagai bapak angkat guna melindungi, memasarkan, dan mengembangkan usaha produktif yang dilakukan masyarakat pedesaan. Adapun gerakan Bali Desa Mbangun Desa didasarkan atas suatu Visi yaitu “Terwujudnya Masyarakat Jawa Tengah Yang Semakin Sejahtera”, dengan menetapkan 6 butir Misi yang akan dijalankan, meliputi : 1 Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan profesional serta sikap responsif aparatur, 2 Pembangunan ekonomi kerakyatan berbasis pertanian, UMKM dan industri padat karya, 3 Memantapkan kondisi sosial budaya yang berbasiskan kearifan lokal, 4 Pengembangan sumberdaya manusia berbasis kompetensi secara berkelanjutan, 5 Peningkatan perwujudan pembangunan fisik dan infrastruktur, 6Mewujudkan kondisi aman dan rasa aman dalam kehidupan masyarakat.