Metode Pengumpulan Data Metode Analisis

P ERKEMBANGAN P EREKONOMIAN D AERAH J AWA T ENGAH T RIWULAN I-2009 31 ataukah desain jalan yang tidak memperhatikan drainase mengingat Indonesia merupakan daerah tropis yang memiliki tingkat kelembaban tanah tinggi.

2. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan lata belakang masalah di atas, maka penelitian ini memiliku tujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui dampak ekonomi dalam skala makro dan mikro, baik bagi pemerintah, operator angkutan barang, dan masyarakat luas, yang mungkin timbul apabila kebijakan 0 kelebihan muatan dilaksanakan mulai tanggal 1 Januari 2009; 2. Menghasilkan alternatif solusi yang dapat memberikan manfaat bagi pemerintah, operator angkutan barang, dan masyarakat luas. Namun demikian, mengingat kompleksitas persoalan di sektor transportasi maka persoalan penerapan kebijakan di sektor transportasi ini tidak menutup pula untuk ditinjau dari berbagai sudut tinjauan. Oleh karena itu, meskipun penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak ekonomi, tetapi analisisnya tidak bisa dipisahkan dari aspek hukum, teknis maupun kelembagaan. 3. METODE PENELITIAN

3.1. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan secara langsung melalui wawancara dengan responden terpilih dan data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait. − Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara secara langsung kepada responden terpilih. Responden terpilih dalam hal ini meliputi; pelaku usaha transportasi sopir dan pengusaha, jembatan timbang, Dishubkominfo dan masyarakat umum YLKI, LSM dan lainnya. Lokasi wawancara meliputi 5 KabupatenKota, yaitu Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kabupaten Demak, Kabupaten Kendal dan Kabupaten Batang dengan jumlah sampel yang telah ditetapkan sebelumnya quoted sampling. Sedangkan informasi dari pihak lain diperoleh dengan melakukan focus group discussion FGD − Untuk menunjang data primer, data sekunder juga dikumpulkan dari instansi-instansi terkait, antra lain Dishubkominfo, Dinas Bina Marga, Dinas PSDA, Disperindag, dan Biro Perekonomian Provinsi Jawa Tengah.

3.2 Metode Analisis

Hasil yang diperoleh dari wawancara kepada responden selanjutnya dilakukan Analisis Deskriptif dan Cluster Analysis. Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran penyesuaian dan perubahan perilaku yang menonjolbermakna dari setiap kelompok pelaku ekonomi seandainya kebijakan 0 kelebihan muatan diterapkan. P ERKEMBANGAN P EREKONOMIAN D AERAH J AWA T ENGAH T RIWULAN I-2009 32 Cluster Analysis adalah salah satu teknik multivariate yang tujuan utamanya adalah untuk mengelompokkan objek berdasarkan karakteristik yang dimiliki. Dalam cluster analysis, data dikelompokkan dengan cara menempatkan observasi-observasi yang mirip ke dalam satu kelompok. Kemiripan similarity ini diukur dengan dasar “jarak” objek distance. Ini berbeda dengan Principal Componen Anaysis yang mengukur kemiripan dengan dasar korelasi antar variabel. Selanjutnya dilakukan analisis dampak, yaitu dengan cara mengkombinaskan hasil dari analisis deskriptif dan cluster analysis dengan informasi lain yang diperoleh, baik melalui wawancara maupun data sekunder dari instansi maupun ahli, untuk mengidentifikasi dampak terhadap variabel ekonomi. 4. TEMUAN HASIL PENELITIAN Berdasarkan survey di lapangan dan kajian yang dilakukan, terdapat beberapa temuan penting yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu antara lain: 1. Sebagian besar responden 76 persen berkerja pada perusahaan baik sebagai karyawan tetap maupun lainnya, seperti mitra dsb, sedangkan sisanya bekerja secara mandiri 24 persen. Kebanyakan dari kelompok mandiri ini adalah sopir truk kecil dengan JBI Jumlah Berat yang Diizinkan rata-rata 7.500 kg. 2. Sopir yang bekerja pada perusahaan tunduk pada kebijakan perusahaan sehingga tidak akan melakukan penyesuaian secara independen ketika kebijakan ini dijalankan. Sementara itu, sopir yang bekerja mandiri akan melakukan penyesuaian antara lain dengan merubah frekuensi perjalanan. 3. Kecenderungan yang akan dilakukan pengusaha adalah menaikkan tarif, atau dengan tarif nominal yang sama tapi tarif riil naik dengan harga sama mengangkut jumlah barang yang lebih sedikit. Artinya, ada kenaikan beban ongkos transportasi per satuan barang dibandingkan sebelumnya. Beban ini akan digeser oleh pengusaha ke konsumen dengan menaikkan harga barang. Dengan kata lain konsumen yang akan menanggung beban naiknya biaya. 4. Pengusaha kecil atau sopir mandiri cenderung tidak memiliki kekuatan untuk menggeser kenaikan beban ongkos kepada konsumen. Pada akhirnya, sopir mandiri ini yang akan menanggung dampak dari kebijakan ini. Meskipun jumlah sopir mandiri lebih sedikit dibandingkan sopir yang bekerja pada perusahaan, namun fakta bahwa mereka akan menanggung beban akibat kebijakan nol persen kelebihan muatan harus menjadi perhatian pemerintah. 5. Berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan ini, sebagian besar sopir dan pengusaha mengetahui rencana pelaksanaan kebijakan ini. Pada dasarnya sebagian besar sopir dan pengusaha menilai bahwa kebijakan ini baik untuk meningkatkan kelancaran berlalu lintas. Lebih dari itu, kebijakan ini dinilai akan mempermudah sopir untuk melakukan pekerjaannya dan memperlama umur kendaraan mobil lebih awet. P ERKEMBANGAN P EREKONOMIAN D AERAH J AWA T ENGAH T RIWULAN I-2009 33 6. Berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan nol persen kelebihan muatan, temuan focused group discussion dengan pengusaha dan sopir menunjukkan mereka cenderung pesimistik dengan efektivitas pelaksanaan kebijakan ini. 7. Pesimisme ini antara lain karena selama ini peraturan pemerintah tidak dijalankan dengan tegas. Hal ini bisa dilihat dari hasil survei dimana 43,69 persen responden menilai bahwa pembayaran retribusi di jembatan timbang bisa dinegosiasikan. Di samping itu 51,65 persen responden menilai bahwa mereka masih harus membayar pungutan lain di luar jembatan timbang untuk kelebihan muatan yang dibawa.

5. KESIMPULAN