Ekspor Analisis PDRB dari Sisi Penggunaan

P ERKEMBANGAN P EREKONOMIAN D AERAH J AWA T ENGAH T RIWULAN I-2009 15 Perkembangan penjualan semen di Jawa Tengah mulai triwulan III-2008 mulai menunjukkan trend penurunan yang terus berlanjut hingga triwulan I-2009. Kondisi ini merupakan salah satu indikasi investasi berupa bangunan baru atau penambahan bangunan relatif berkurang atau melambat. Konsumsi semen untuk kegiatan pembangunan sarana dan prasarana fisik yang dilakukan oleh sektor swasta berkurang karena penundaan investasi seiring dengan krisis keuangan global. Kondisi ini ditambah pula dengan masih kecilnya belanja pemerintah untuk keperluan pembangunan sarana dan prasarana fisik karena masih berada pada awal tahun anggaran. Dari sisi pembiayaan, perlambatan investasi tercermin dari trend perlambatan penyaluran kredit investasi oleh bank umum di wilayah Jawa Tengah. Dari data Laporan Bank Umum di Jawa Tengah, terlihat pertumbuhan triwulanan penyaluran kredit investasi mengalami perlambatan yang cukup signifikan. Selain itu kredit non lancer atau Non Performing Loans NPLs jenis kredit investasi ini juga mengalami peningkatan rasio grafik 1.7. Tentunya kondisi ini merupakan peringatan awal yang harus diwaspadai oleh kita bersama. Kredit NPL Pertumb.QtQ Sumber : LBU Bank Indonesia

1.3. Ekspor

Perkembangan ekspor 2 pada PDRB Jawa Tengah triwulan I-2009 mengalami kontraksi sebesar -8,81 yoy, demikian pula impor mengalami kontraksi sebesar 2 Pengertian ekspor dan impor dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar propinsi Grafik 1.7. Perkembangan Kredit dan NPL Jenis Kredit Investasi Bank Umum di Wilayah Jawa Tengah P ERKEMBANGAN P EREKONOMIAN D AERAH J AWA T ENGAH T RIWULAN I-2009 16 -10,96 yoy. Dari konfigurasi data ekspor dalam PDRB, diperkirakan perdagangan luar negeri mempunyai proporsi sebesar 20-25 dari total angka ekspor PDRB, dan 75-80 merupakan perdagangan antar provinsi. Sementara itu dari data impor dalam perhitungan PDRB Jawa Tengah, diperkirakan 50-55 merupakan impor dari luar negeri, sementara sisanya 45- 50 merupakan impor antar propinsi. Dari konfigurasi tersebut di atas, terlihat bahwa ekspor antar propinsi mempunyai kontribusi yang lebih besar terhadap perkembangan angka ekspor dalam perhitungan PDRB Jawa Tengah dibandingkan ekspor luar negeri. Sementara dari sisi impor, kontribusi impor dari luar negeri maupun dari propinsi lain mempunyai kontribusi yang hampir sama terhadap pembentukan angka impor dalam PDRB Jawa Tengah. + + Sumber : DSM Bank Indonesia Sumber : DSM Bank Indonesia Tw I-2009 s.d. posisi Februari 2009 + , , Grafik 1.8. Perkembangan Ekspor Jawa Tengah Bulanan Grafik 1.9. Perkembangan Ekspor Jawa Tengah Triwulanan Grafik 1.11. Perkembangan Nilai dan Vol Ekspor Jawa Tengah Periode Jan- Nov 2007 dan Jan-Nov 2008 Grafik 1.10. Perkembangan Impor Jawa Tengah P ERKEMBANGAN P EREKONOMIAN D AERAH J AWA T ENGAH T RIWULAN I-2009 17 Pada triwulan I-2009, ekspor luar negeri diperkirakan menunjukkan trend perlambatan, baik dari sisi jumlah maupun dari sisi volume, sementara ekspor antar propinsi diperkirakan relatif tetap. Hasil liaison yang dilakukan oleh KBI Semarang menunjukkan bahwa sebagian besar contact liaison yang mempunyai pasar luar negeri menyatakan terjadinya penurunan permintaan. Hal ini terjadi terutama untuk industri TPT spinning dan industri meubel regular produk non high class segment. Penyebab penurunan permintaan LN adalah krisis ekonomi global yang menyebabkan daya beli masyarakatbuyer di LN menurun, serta perubahan selera pasar untuk jenis meubel terutama segmen menengah. Namun, untuk jenis meubel menengah ke atas diperkirakan kondisi permintaan masih relatif stabil. TABEL 1.2. PERKEMBANGAN REALISASI EKSPOR NON MIGAS MENURUT KELOMPOK HS 2 PROPINSI JAWA TENGAH USD RIBU No Komoditas Tw I-08 Tw II-08 Tw III-08 Tw IV-08 Tw I-09 1 Pakaian Jadi Bukan Rajutan 157,339 149,901 159,310 154,549 103,568 2 Perabot, Penerangan Rumah 209,793 206,635 147,313 141,033 72,370 3 Kayu, Barang dari Kayu 101,821 124,836 125,324 100,846 45,147 4 Serat Stafel Buatan 101,932 96,325 84,749 54,475 30,533 5 Barang-barang Rajutan 49,265 49,989 51,220 58,340 29,394 6 Filamen Buatan 35,007 38,064 41,211 37,381 19,619 7 Kapas 48,042 42,185 41,047 32,766 15,651 8 Ikan dan Udang 22,664 35,486 36,609 23,585 10,309 9 Plastik dan Barang dari Plastik 13,762 13,826 16,191 11,184 7,508 10 Bulu Unggas 11,948 12,254 12,750 10,641 6,642 11 Mesin Peralatan Listik 39,680 33,485 43,050 21,906 5,756 12 Berbagai Produk Kimia 7,759 10,406 13,801 10,309 5,484 13 Tembakau 6,476 7,875 9,762 5,689 5,468 14 Kopi, Teh, Rempah-rempah 5,582 8,175 11,806 11,340 5,240 15 Kain Perca 19,237 20,934 18,593 17,105 5,004 16 Lainnya 139,942 137,713 157,088 118,788 48,730 Total 970,248 988,088 969,822 809,935 416,424 Sumber : Kantor Bank Indonesia Semarang diolah dari PPDI DSM Bank Indonesia angka sementaras.d November 2008 Sementara itu berdasarkan data ekspor dan impor yang diolah dari Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter DSM Bank Indonesia, kinerja ekspor non migas Jawa Tengah pada triwulan I-2009 data sampai dengan posisi Februari 2009 tercatat sebesar USD 416,42 juta. Dibandingkan nilai ekspor pada periode yang sama tahun lalu Januari-Februari 2008, nilai ekspor Jawa Tengah mengalami kontraksi sebesar -34,67. Dari sisi volume juga terlihat adanya trend penurunan yang cukup signifikan, yaitu mengalami kontraksi sebesar -36,2 Januari-Februari 2009 dibandingkan Januari-Februari 2008. P ERKEMBANGAN P EREKONOMIAN D AERAH J AWA T ENGAH T RIWULAN I-2009 18 Beberapa produk ekspor mengalami kontraksi pertumbuhan negatif, diantaranya adalah beberapa produk tekstil dan produk furnitur dan produk kayu, yang merupakan komoditas ekspor utama dari wilayah Jawa Tengah. Sementara nilai impor Jawa Tengah periode Januari-Februari 2009 tercatat sebesar USD 304,29 juta, mengalami kontraksi sebesar 22,30 dibandingkan nilai impor pada periode Januari-Februari 2008. Penurunan impor disebabkan oleh depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya dollar Amerika Serikat serta adanya penurunan permintaan baik domestik maupun permintaan luar negeri. Berdasarkan klasifikasi Harmonized System HS, komoditi impor non migas terbesar di Jawa Tengah adalah mesin pesawat mekanik, kapas dan mesin peralatan listrik. Selengkapnya bisa dilihat pada tabel 1.3. TABEL 1.3. PERKEMBANGAN REALISASI IMPOR NON MIGAS MENURUT KELOMPOK HS 2 PROPINSI JAWA TENGAH USD RIBU No Komoditas Tw I-08 Tw II-08 Tw III-08 Tw IV-08 Tw I-09 1 Mesin-mesin Pesawat Mekanik 68,201 84,919 80,761 76,636 49,899 2 Kapas 133,207 116,316 111,315 126,040 38,265 3 Mesin Peralatan Listik 49,592 51,947 66,500 44,559 27,324 4 Kain Rajutan 18,367 26,450 19,273 24,695 19,140 5 Gula dan Kembang Gula 19,270 8,384 30,066 5,683 18,891 6 Gandum-ganduman 78,267 47,986 50,163 22,317 18,165 7 Plastik dan Barang dari Plastik 36,200 40,309 48,888 28,945 13,306 8 Biji-bijian berminyak 24,395 21,558 39,191 35,167 11,551 9 Serat Stafel Buatan 19,903 22,220 21,307 23,927 11,167 10 Susu, Mentega, Telur 21,077 28,062 14,633 8,207 8,208 11 Binatang Hidup 13,501 902 6,263 6,116 12 Bahan Kimia Organik 11,477 14,547 17,344 12,113 5,459 13 Kertas Karton 8,079 12,279 10,930 8,405 4,887 14 Benda-benda dari Besi dan Baja 7,445 6,518 11,690 11,033 4,729 15 Filamen Buatan 11,074 12,767 10,719 15,823 4,708 16 Lainnya 183,509 165,618 170,223 143,346 62,478 Total 703,562 660,781 709,268 586,895 304,291 Sumber : Kantor Bank Indonesia Semarang diolah dari PPDI DSM Bank Indonesia angka sementaras.d Februari 2009

2. Analisis PDRB Sisi Penawaran