Sifat-Sifat Perilaku Menyimpang Perilaku Menyimpang

142 Sosiologi SMA dan MA Kelas X Ada dua bentuk penyimpangan dalam gaya hidup yang lain dari biasanya, yaitu sikap organisasi dan sikap eksentrik. 1 Sikap arogansi adalah kesombongan terhadap sesuatu yang dimilikinya seperti kekayaan, kekuasaan, dan kepandaian. Atau bisa saja sikap itu dilakukan untuk menutupi kekurangannya. 2 Sikap eksentrik adalah perbuatan yang menyimpang dari biasanya, sehingga dianggap aneh. Misalnya anak laki- laki memakai anting-anting, berambut panjang.

7. Teori-Teori Perilaku Menyimpang

Dalam sosiologi dikenal berbagai teori yang membahas perilaku menyimpang, yaitu Teori Pergaulan Berbeda, Teori Fungsi, dan Teori Tipologi Adaptasi.

a. Teori Pergaulan Berbeda Differential Association

Teori ini dikemukakan oleh Edwin H. Sutherland. Menurut teori ini, penyimpangan bersumber dari pergaulan dengan sekelompok orang yang telah menyimpang. Penyimpangan diperoleh melalui proses alih budaya cultural transmission. Melalui proses ini seseorang mempelajari suatu sub- kebudayaan menyimpang deviant subculture. Contohnya perilaku siswa yang suka bolos sekolah. Perilaku tersebut dipelajarinya dengan melakukan pergaulan dengan orang-orang yang sering bolos sekolah. Melalui pergaulan itu ia mencoba untuk melakukan penyimpangan tersebut, sehingga menjadi pelaku perilaku menyimpang.

b. Teori Labelling

Teori ini dikemukakan oleh Edwin M. Lemert. Menurut teori ini, seseorang menjadi penyimpang karena proses labelling yang diberikan masyarakat kepadanya. Maksudnya adalah pemberian julukan atau cap yang biasanya negatif kepada seseorang yang telah melakukan penyimpangan primer primary deviation misalnya pencuri, penipu, pemerkosa, pemabuk, dan sebagainya. Sebagai tanggapan terhadap cap itu, si pelaku penyimpangan kemudian meng- identifikasikan dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangannya sehingga terjadi dengan penyim- pangan sekunder secondary deviation. Alasannya adalah sudah terlanjur basah atau kepalang tanggung.

c. Teori Fungsi Teori ini dikemukakan oleh Emile Durkheim. Menurut teori

ini, keseragaman dalam kesadaran moral semua anggota masyarakat tidak dimungkinkan karena setiap individu berbeda satu sama lain. Perbedaan-perbedaan itu antara lain dipengaruhi oleh faktor lingkungan, fisik, dan keturunan. Oleh karena itu dalam suatu masyarakat orang yang berwatak jahat akan selalu ada, dan kejahatanpun juga akan selalu ada. Durkheim bahkan berpandangan bahwa Gambar 6.5 Laki-laki pemakai anting- anting digolongkan dalam penyimpangan gaya hidup yang eksentrik. Sumber: CnS, November 2004 Perilaku Menyimpang dan Sikap Antisosial 143 kejahatan perlu bagi masyarakat, karena dengan adanya kejahatan, maka moralitas dan hukum dapat berkembang secara normal.

d. Teori Konflik Teori ini dikembangkan oleh penganut Teori Konflik Karl

Marx. Para penganut teori ini berpandangan bahwa kejahatan terkait erat dengan perkembangan kapitalisme. Sehingga perilaku menyimpang diciptakan oleh kelompok- kelompok berkuasa dalam masyarakat untuk melindungi kepentingan mereka sendiri. Pandangan ini juga mengatakan bahwa hukum merupakan cerminan kepentingan kelas yang berkuasa dan sistem peradilan pidana mencerminkan nilai dan kepentingan mereka.

e. Teori Tipologi Adaptasi Dengan menggunakan teori ini, Robert K. Merton mencoba

menjelaskan penyimpangan melalui struktur sosial. Menurut teori ini, struktur sosial bukan hanya menghasilkan perilaku yang konformis saja, tetapi juga menghasilkan perilaku menyimpang. Dalam struktur sosial dijumpai tujuan atau kepentingan, di mana tujuan tersebut adalah hal- hal yang pantas dan baik. Selain itu, diatur juga cara untuk meraih tujuan tersebut. Apabila tidak ada kaitan antara tujuan cita-cita yang ditetapkan dengan cara untuk mencapainya, maka akan terjadi penyimpangan. Dalam hal ini Merton mengemukakan tipologi cara-cara adaptasi terhadap situasi, yaitu konformitas, inovasi, ritualisme, pengasingan diri, dan pemberontakan keempat yang terakhir merupakan perilaku menyimpang. Perhatikan tabel di bawah ini. TIPOLOGI CARA-CARA ADAPTASI MERTON Tanda ‘+’ berarti ada penyelarasan, di mana warga masyarakat menerima nilai-nilai sosiobudaya atau norma-norma yang ada, sedangkan tanda ‘-’ berarti menolaknya. Adapaun tanda ‘+-’ menunjuk pada pola-pola perilaku yang menolak serta menghendaki nilai-nilai dan norma-norma yang baru. Keterangan: 1. Konformitas conformity, merupakan cara adaptasi dimana pelaku mengikuti tujuan dan cara yang No Cara Adaptasi Tujuan Budaya Cara yang Terlem- Nilai bagakan Norma 1. Konformitas + + 2. Inovasi + – 3. Ritualisme – + 4. Pengasingan diri – – 5. Pemberontakan +– +–