Sosiologi dalam Kehidupan
17 4. Metode empiris adalah metode yang mendasarkan diri
kepada keadaan-keadaan yang dengan nyata diperoleh dari dalam masyarakat.
5. Metode rasionalistis adalah metode yang mengutamakan
penilaian dengan logika dan pikiran sehat untuk mencapai pengertian tentang kemasyarakatan.
G. Perspektif dalam Sosiologi
Dalam masyarakat tentunya sering ditemukan beberapa pandangan yang berbeda satu sama lain. Dalam melihat
kenyataan sosial atau biasa disebut dengan realitas sosial dalam masyarakat juga demikian. Penalaran atau penilaian atas
sebuah realitas umumnya dimulai dengan asumsi assumption, yaitu dugaan individu yang belum teruji kebenarannya. Dari
asumsi-asumsi tersebut berkembang menjadi perspektif, pandangan, atau paradigma. Berikut ini beberapa perspektif
dalam sosiologi.
1. Perspektif Evolusionis
Perspektif ini merupakan perspektif teoretis yang paling awal dalam sosiologi. Penganutnya adalah Auguste Comte dan
Herbert Spencer. Perspektif ini memberikan keterangan yang memuaskan tentang bagaimana masyarakat manusia tumbuh
dan berkembang.
Para sosiolog yang menggunakan perspektif ini mencari pola perubahan dan perkembangan yang muncul dalam masyarakat
yang berbeda untuk mengetahui apakah ada urutan perubahan yang berlaku umum. Dalam perspektif ini secara umum dapat
dikatakan bahwa perubahan manusia atau masyarakat itu selalu bergerak maju secara linear, namun ada beberapa hal yang
tidak ditinggalkan sama sekali dalam pola kehidupannya yang baru dan akan terus dibawa meskipun hanya kecil sampai pada
perubahan yang paling baru.
2. Perspektif Fungsionalis
Dalam perspektif ini, masyarakat dilihat sebagai suatu jaringan kelompok yang bekerja sama secara terorganisasi dan
teratur, serta memiliki seperangkat aturan dan nilai yang dianut sebagian besar anggota masyarakat tersebut. Jadi, masyarakat
dipandang sebagai suatu sistem yang stabil, selaras, dan seimbang. Dengan demikian menurut pandangan perspektif ini,
setiap kelompok atau lembaga melaksanakan tugas tertentu secara terus-menerus, karena hal itu fungsional. Sehingga, pola
perilaku timbul karena secara fungsional bermanfaat dan apabila kebutuhan itu berubah, pola itu akan hilang atau berubah.
Tahukah Kamu?
Apakah perspektif itu? Pers- pektif merupakan pendapat
salah satu orang tentang arti suatu peristiwa, baik untuk
keadaan sesaat, maupun untuk masa yang akan datang.
18
Sosiologi SMA dan MA Kelas X
Hal ini juga berarti bahwa perubahan sosial akan mengganggu keseimbangan masyarakat yang stabil tersebut. Namun tidak
lama kemudian akan tercipta kembali keseimbangan.
Perspektif ini lebih menekankan pada keteraturan dan stabilitas dalam masyarakat. Lembaga-lembaga sosial seperti
keluarga, pendidikan, dan agama dianalisis dalam bentuk bagaimana lembaga-lembaga itu membantu mencukupi
kebutuhan masyarakat. Ini berarti lembaga-lembaga itu dalam analisis ini dilihat seberapa jauh peranannya dalam memelihara
stabilitas masyarakat. Perspektif fungsionalis menekankan pada empat hal berikut ini.
a. Masyarakat tidak bisa hidup kecuali anggota-anggotanya mempunyai persamaan persepsi, sikap, dan nilai.
b. Setiap bagian mempunyai kontribusi pada keseluruhan. c. Masing-masing bagian terintegrasi satu sama lain dan saling
memberi dukungan. d. Masing-masing bagian memberi kekuatan, sehingga
keseluruhan masyarakat menjadi stabil. Beberapa sosiolog pendukung perspektif ini adalah Talcott
Parsons, Kingsley Davis, dan Robert K. Merton. Seorang antropolog yang juga sangat mendukung perspektif ini, bahkan
dapat dikatakan sebagai pelopornya adalah Bronislaw Malinowsky Polandia.
3. Perspektif Interaksionisme
Perspektif ini cenderung menolak anggapan bahwa fakta sosial adalah sesuatu yang determinan terhadap fakta sosial
yang lain. Bagi perspektif ini, orang sebagai makhluk hidup diyakini mempunyai perasaan dan pikiran. Dengan perasaan
dan pikiran orang mempunyai kemampuan untuk memberi makna terhadap situasi yang ditemui, dan mampu bertingkah
laku sesuai dengan interpretasinya sendiri. Sikap dan tindakan orang tidak dipaksa oleh struktur yang berada di luarnya yang
membingkainya serta tidak semata-mata ditentukan oleh masyarakat. Jadi, orang dianggap bukan hanya mempunyai
kemampuan mempelajari, memahami, dan melaksanakan nilai dan norma masyarakatnya, melainkan juga bisa
menemukan, menciptakan, serta membuat nilai dan norma sosial yang sebagian benar-benar baru. Karena itu orang dapat
membuat, menafsirkan, merencanakan, dan mengontrol lingkungannya.
Gambar 1.8 Keluarga sebagai lembaga
yang berfungsi untuk me- menuhi kebutuhan kasih
sayang.
Sumber: Nova, 26 Februari 2006