kemampuan manajemen bank dalam hal mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan dan atau menekan biaya.
2.3 Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional REO
REO adalah rasio penunjang kedua dalam menentukan besarnya rentabilitas. Rasio ini merupakan perbandingan antara biaya operasional dengan
pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam menunjang kegiatan operasional. Semakin kecil rasio biaya operasional
BO akan lebih baik, karena biaya yang dikeluarkan akan lebih kecil dibandingkan dengan pendapatan yang diterima PO.
Rumus yang digunakan dalam menghitung REO adalah: REO =
X 100
2.4 Diversifikasi Pendapatan DP
Diversifikasi pendapatan adalah rasio penunjang terakhir yang digunakan untuk menilai rentabilitas bank syariah. Rasio diversifikasi pendapatan bertujuan
untuk mengukur kemampuan bank syariah dalam menghasilkan pendapatan dari jasa berbasis fee. Rasio DP ini dihitung dengan membagi pendapatan berbasis fee
dengan pendapatan dari penyaluran dana. Pendapatan berbasis fee merupakan pendapatan yang diperoleh bank dari jasa-jasa perbankan yang diberikan oleh
bank syariah. Pendapatan dari penyaluran dana adalah pendapatan yang berasal dari penyaluran dana setelah dikurangi bagi hasil untuk investor dana
investasi. Semakin tinggi pendapatan berbasis fee dapat mengindikasikan semakin berkurang ketergantungan bank terhadap pendapatan dari penyaluran
dana.
Universitas Sumatera Utara
DP = X 100
2.5 Return on Equity ROE
Rasio ini merupakan rasio pengamatan. Return on Equity ROE adalah perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri equity.
Rasio ini juga merupakan indikator yang sangat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengkur kemampuan bank dalam memperoleh
laba bersih yang terkait dengan pembayaran deviden. ROE =
X 100 Kenaikan rasio ini menunjukkan kenaikan laba bersih dari laba yang
keseluruhan dan dikaitkan dengan kemungkinan pembayaran deviden. Semakin besar ROE maka kemampuan modal disetor bank dalam menghasilkan laba
pemegang saham akan semakin besar. Dalam menghitung rentabilitas bagi bank syariah menurut BI 2007,
ROE merupakan rasio pengamatan observed. Karena rasio pengamatan kriteria penilaian peringkat untuk rasio ini tidak ada. Maka dengan
demikian tidak perlu dibuat pemeringkatan, dan komponen ini nantinya tidak dimasukkan dalam penilaian akumulatif kesehatan finansial bank syariah yang
dihitung.
Universitas Sumatera Utara
3. Likuiditas Liquidity
Penilaian likuiditas terhadap bank syariah merupakan penilaian terhadap kemampuan bank dalam memelihara dan memenuhi kebutuhan
likuiditas yang memadai dan kecukupan manajemen risiko likuiditas. Suatu bank syariah dikatakan likuid apabila mempunyai alat pembayaran berupa
aset lancar lebih besar bila dibandingkan dengan seluruh kewajibannya sehingga dapat memenuhi semua utang-utangnya, terutama pemenuhan
dana amanah dari masyarakat berupa tabungan, giro, deposito pada saat ditarik oleh shohibul maal maupun dalam rangka memenuhi semua
komitmen dengan mudhorib terhadap pembiayaan yang telah disepakati. Penilaian likuiditas terhadap bank syariah dilakukan menggunakan
tiga komponen rasio sebagai berikut:
3.1 Short Term Mismatch STM
Rasio ini menghitung besarnya aset jangka pendek dibandingkan dengan kewajiban jangka pendek sehingga diketahui kemampuan bank
syariah dalam memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendeknya. Rumus yang digunakan untuk menghitung Short Term Mismatch adalah:
STM = X 100
Yang dimaksud dengan aktiva jangka pendek adalah aktiva likuid kurang dari 3 bulan selain kas, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWBI dan Surat
Berharga Syariah Negara SBSN dalam laporan maturity profile yang terdapat dalam laporan berkala bank umum syariah. Kewajiban jangka pendek
Universitas Sumatera Utara
merupakan kewajiban likuid kurang dari 3 bulan yang terdapat dalam laporan maturity profile.
3.2 Short Term Mismatch Plus STMP