Rasio Kontribusi Untuk Kesejahteraan Pemegang Wadiah KPW Peningkatan Pendidikan dan Pelatihan Pegawai P4 Penelitan Terdahulu

syariah semakin baik. Kriteria penilaian peringkat untuk rasio KM adalah: Peringkat 1 = KM 15; Peringkat 2 = 12 KM 15; Peringkat 3 = 9 KM 12; Peringkat 4 = 6 KM 9; dan Peringkat 5 = KM 6.

3.3 Rasio Kontribusi Atas Kesejahteraan Investor KI

Yang dimaksud dengan investor adalah nasabah yang memiliki rekening tabungan serta rekening deposito mudharabah. Rasio ini menghitung seberapa besar keuntungan yang diperoleh oleh investor dilihat dari jumlah bagi hasil yang diterima. Perhitungan rasio Ki dapat dihitung dengan cara berikut ini. KI = X 100 Semakin tinggi rasio KI memperlihatkan kontribusi bank syariah atas peningkatan kesejahteraan Investor yang baik. Kriteria penilaian peringkat untuk rasio KI adalah: Peringkat 1 = KI 8; Peringkat 2 = 6 KI 8; Peringkat 3 = 4 KI 6; Peringkat 4 = 2 KI 4; dan Peringkat 5 = KI 2.

3.4 Rasio Kontribusi Untuk Kesejahteraan Pemegang Wadiah KPW

Wadiah adalah titipan dari satu pihak ke pihak lain yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penyimpan mengkehendaki untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang yang dijaga. Rasio KPW bermanfaat untuk mengetahui besarnya keuntungan bank syariah yang bisa dinikmati oleh pemilik rekening wadiah. Rasio KPW yang semakin meningkat mengindikasikan bahwa semakin meningkat juga keuntungan yang didapat oleh pemilik rekening wadiah. Universitas Sumatera Utara KPW = X 100 Kriteria penilaian peringkat untuk rasio KPW adalah: Peringkat 1 = KPW 1,5; Peringkat 2 = 1,2 KPW 1,5; Peringkat 3 = 0,9 KPW 1,2; Peringkat 4 = 0,6 KPW 0,9; dan Peringkat 5 = KPW 0,6.

3.5 Rasio Kontribusi Pajak Untuk Pemerintah KPP

Bank syariah juga wajib membayar pajak kepada pemerintah. Rasio KPP ini memperlihatkan besarnya pajak yang diterima oleh pemerintah dari bank syariah sebagai wajib pajak. Rasio Kontribusi Pajak Untuk Pemerintah dapat dihitung dengan cara berikut ini. KPP = X 100 Kriteria penilaian peringkat untuk rasio KPP adalah: Peringkat 1 = KPP 7; Peringkat 2 = 5 KPP 7; Peringkat 3 = 4 KPP 5; Peringkat 4 = 3 KPP 4; dan Peringkat 5 = KPP 3.

4. Peningkatan kapasitas SDI dan Riset PKSR

Evaluasi terhadap peningkatan kapasitas SDI dan riset digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi bank syariah dalam meningkatkan kualitas SDI dan riset pengembangan institusi yang digunakan untuk kemajuan bank syariah demi terciptanya kesejahteraan masyarakat. Adapun komponen yang dihitung dalam PKSR adalah aspek alokasi anggaran untuk Peningkatan Pendidikan dan Pelatihan Pegawai P4 dan Riset dan Pengembangan RD. Universitas Sumatera Utara

4.1 Peningkatan Pendidikan dan Pelatihan Pegawai P4

Peningkatan Pendidikan dan Pelatihan Pegawai P4 dinilai dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar peranan dari bank syariah dalam meningkatkan kualitas SDI yang dimilikinya. Peningkatan kualitas ini diharapkan dapat meningkatkan kemampulabaan yang dihasilkan oleh bank syariah. Perhitungan rasio P4 dapat dihitung dengan cara: P4 = X 100 Kriteria penilaian peringkat untuk rasio P4 adalah: Peringkat 1 = P4 15; Peringkat 2 = 12 P4 ≤ 15; Peringkat 3 = 9 P4 ≤ 12; Peringkat 4 = 6 P4 ≤ 9; dan Peringkat 5 = P4 ≤ 6.

4.2 Riset dan Pengembangan RD

Rasio riset dan pengembangan RD digunakan untuk mengukur seberapa besar kontribusi bank syariah dalam melakukan riset dan pengembangan terhadap institusi perbankan mereka. Perbankan dituntut untuk semakin aktif dalam melakukan inovasi produk-produk yang menjadi nilai unggul dibandingkan dengan produk institusi perbankan yang sejenis. Untuk menghitung rasio Riset dan Pengembangan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. RD = X 100 Kriteria penilaian peringkat untuk rasio RD adalah: Peringkat 1 = RD 3; Peringkat 2 = 2 RD ≤ 3; Peringkat 3 = 1 RD ≤ 2; Peringkat 4 = 0,5 R D ≤ 1; dan Peringkat 5 = RD ≤ 0,5. Universitas Sumatera Utara

2.1.5 Penilaian Kinerja Sosial Bank Syariah

Setelah dilakukan penilaian terhadap komponen penilaian kinerja sosial bank syariah, maka dibuat perhitungan berdasarkan pembobotan untuk masing-masing indikator. Di bawah ini terdapat pembobotan untuk masing- masing faktor penentu kinerja sosial bank syariah. Tabel 2.5 Bobot Penilaian Komponen Kinerja Sosial Keterangan Bobot Kontribusi Pembangunan Ekonomi KPE 25 Kontribusi Kepada Masyarakat KKM 25 Kontribusi Untuk Stakeholder KUS 25 Peningkatan Kapasitas SDI dan Riset PKSR 25 Sumber: Setiawan 2007 Kemudian diberikan penilaian terhadap komponen kinerja sosial yang telah dihitung di atas. Peringkat 1 mendapatkan angka kredit 100, Peringkat 2 memiliki angka kredit 80, peringkat 3 mendapat angka kredit 60, peringkat 4 mendapatkan angka kredit 40 dan yang terakhir peringkat 5 mendapat angka 20. Berikut ini disajikan peringkat kinerja sosial bank syariah yang disesuaikan dengan ketetapan BI 2007. Tabel 2.6 Predikat Kinerja Sosial Bank Syariah Nilai Kredit Predikat 81 – 100 Sangat Baik 66 81 Baik 51 66 Kurang Baik 0 51 Tidak Baik Sumber: Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Mengacu Ketentuan BI, Rivai dan Arifin 2010:849 Universitas Sumatera Utara

2.2 Penelitan Terdahulu

Penelitian terdahulu dilakukan oleh Samad dan Hassan pada tahun 2000 dengan judul “ The Performance of Malaysian Islamic Bank During 1984-1997: An Exploratory Study “. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja Bank Islam Malaysia Berhad BIMB dengan Bank Pertanian serta Bank Perwira Affin. Penelitian ini menggunakan rasio-rasio profitabilitas dan komitmen pembangunan ekonomi dalam perbandingannya. Rasio profitability yang digunakan antara lain: Return on Asset ROA, Return on Equity ROE dan Profit Expense Ratio PER. Rasio liquidity mencakup Cash Deposit Ratio CDR, Loan Deposit Ratio LDR, Current Ratio CR, dan Current Asset Ratio CAR. Berikutnya rasio risk and solvency mencakup Debt equity ratio DER, Debt to total asset ratio DTAR, Equity multiplier EM, dan Loan to deposit ratio LDR. Sedangkan rasio pembangunan ekonomi yang digunakan adalah digunakan Long term loan ratio LTA, Government Bond Investment ratio GBD, serta Mudarabah-Musharakah Ratio MML. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ROA dan ROE BIMB pada akhir periode lebih baik diuji dengan t-test. Tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan antara ROA dan ROE BIMB dan kelompok bank konvensional. Selain itu likuiditas BIMB lebih baik dibanding kelompok bank konvensional, dilihat dari DER, LDR dan CR. BIMB juga memiliki risiko lebih rendah dan solvensi yang lebih baik bila dilihat dari DER, DTAR, EM dan LDR dibanding kelompok bank konvensional. Universitas Sumatera Utara Namun, kontribusi BIMB terhadap pembangunan tidak lebih baik dibandingkan dengan kelompok bank konvensional, meski F-value tidak signifikan ditunjukkan oleh GBD, LTA dan MML. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Hameed, et al. Tahun 2004. Penelitian yang berjudul “Alternative Disclosure and Performance for Islamic Bank’s “. Penelitian ini melengkapi penelitian yang dilakukan oleh Samad dan Hassan 200. Pada penelitian ini, Hameed, et al. bertujuan untuk mengevaluasi kinerja Bank Islam Malaysia Berhad BIMB dan Bahrain Islamic Bank. Penelitian ini menggunakan Islamicity Performance Index, dengan menggunakan Profit sharing ratio Mudarabah+MusyarakahTotal financing, Zakat performance ratio ZakatNet Asset, Equitable distribution ratio, Directors-Employees welfare ratio, Islamic Investment vs Non-Islamic Investment ratio, dan Islamic Income vs Non-Islamic Income ratio. Rasio ini digunakan untuk menilai kinerja sosial dari kedua bank tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa BIMB memiliki peringkat kinerja sosial yang lebih baik dibanding dengan Bahrain Islamic Bank. Penelitian terakhir yang menjadi acuan peneliti saat ini adalah penelitian dari Setiawan 2008. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia BMI dan Bank Syahriah Mandiri BSM di Indonesia periode 2003-2007. Untuk kesehatan keuangan, Setiawan menggunakan 3 komponen yaitu kualitas aset, rentabilitas dan likuiditas. Sedangkan untuk kinerja sosial, ia menggunakan 5 komponen, yaitu: Kontribusi Pembangunan Ekonomi KPE, Kontribusi Kepada Masyarakat KKM, Kontribusi Untuk Universitas Sumatera Utara Stakeholder KUS, Peningkatan Kapasitas SDI dan Riset PKSR serta Distribusi Pembangunan Ekonomi DPE. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa periode 2003-2007, kesehatan finansial BMI lebih baik dari BSM. Namun, untuk kinerja sosial BSM masih lebih baik dibandingkan BMI.

2.3 Kerangka Konseptual

Dokumen yang terkait

Analisis Kinerja Keuangan dan Kinerja Sosial Bank Syariah Devisa dan Bank Syariah Non Devisa di Indonesia

2 95 128

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

0 14 51

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2012-2014 (Studi Kasus Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah

0 3 20

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Analisis Tingkat Kesehatan Bank Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2012-2014.

0 2 16

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA BANK UMUM Analisis Tingkat Kesehatan Bank Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2012-2014.

0 2 17

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH DENGAN BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Dengan Bank Umum Konvensional Di Indonesia (Periode 2007-2013).

0 2 17

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH DENGAN BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Dengan Bank Umum Konvensional Di Indonesia Periode 2010-2012.

0 2 16

Analisis Kinerja Keuangan dan Kinerja Sosial Bank Syariah Devisa dan Bank Syariah Non Devisa di Indonesia

0 1 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Kesehatan Keuangan Dan Kinerja Sosial Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia

0 0 12

ANALISIS KESEHATAN KEUANGAN DAN KINERJA SOSIAL BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

0 0 13