Short Term Mismatch STM Short Term Mismatch Plus STMP Intensitas Pembiayaan Profit Sharing MMR

3. Likuiditas Liquidity

Penilaian likuiditas terhadap bank syariah merupakan penilaian terhadap kemampuan bank dalam memelihara dan memenuhi kebutuhan likuiditas yang memadai dan kecukupan manajemen risiko likuiditas. Suatu bank syariah dikatakan likuid apabila mempunyai alat pembayaran berupa aset lancar lebih besar bila dibandingkan dengan seluruh kewajibannya sehingga dapat memenuhi semua utang-utangnya, terutama pemenuhan dana amanah dari masyarakat berupa tabungan, giro, deposito pada saat ditarik oleh shohibul maal maupun dalam rangka memenuhi semua komitmen dengan mudhorib terhadap pembiayaan yang telah disepakati. Penilaian likuiditas terhadap bank syariah dilakukan menggunakan tiga komponen rasio sebagai berikut:

3.1 Short Term Mismatch STM

Rasio ini menghitung besarnya aset jangka pendek dibandingkan dengan kewajiban jangka pendek sehingga diketahui kemampuan bank syariah dalam memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendeknya. Rumus yang digunakan untuk menghitung Short Term Mismatch adalah: STM = X 100 Yang dimaksud dengan aktiva jangka pendek adalah aktiva likuid kurang dari 3 bulan selain kas, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWBI dan Surat Berharga Syariah Negara SBSN dalam laporan maturity profile yang terdapat dalam laporan berkala bank umum syariah. Kewajiban jangka pendek Universitas Sumatera Utara merupakan kewajiban likuid kurang dari 3 bulan yang terdapat dalam laporan maturity profile.

3.2 Short Term Mismatch Plus STMP

Rasio ini digunakan untuk menghitung kemampuan yang dimiliki bank syariah dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva jangka pendek berupa kas dan secondary reserve yang dimilikinya. Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya rasio ini adalah: STMP= X 100 Kas adalah uang tunai dan secondary reserve mencakup Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWBI ditambah dengan Surat Berharga Syariah Negara SBSN. Sedangkan aktiva jangka pendek dan kewajiban jangka pendek sebagaimana telah dijelaskan di atas.

3.3 Rasio Antar Bank Pasiva RABP

Rasio Antar Bank Pasiva RABP merupakan rasio pengamatan dalam perhitungan likuiditas bank syariah dan tidak ditetapkan kriteria penilaian. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketergantungan bank syariah pada dana antar bank. Nilai RABP didapatkan dengan membandingkan nilai antar bank pasiva dengan total kewajiban. Nilai antar bank pasiva merupakan semua kewajiban bank syariah kepada bank lain. sedangkan total kewajiban terdiri dari dana pihak ketiga, antar bank pasiva, pinjaman yang diterima, dan surat berharga yang diterbitkan. Universitas Sumatera Utara Masing-masing komponen penilaian kesehatan keuangan yang telah dijelaskan memiliki kriteria tersendiri. Adapun kriteria komponen penilaian kesehatan keuangan tersebut digambarkan pada Tabel 2.1 berikut ini. Tabel 2.1 Kriteria Komponen Penilaian Kesehatan Keuangan Kompoen Penilaian Peringkat 1 Peringkat 2 Peringkat 3 Peringkat 4 Pering kat 5 Kualitas Aset - KAP 99 96 KAP ≤ 99 93 KAP ≤ 96 90KAP≤ 93 ≤ 90 - NPF 2 2 NPF 5 5 NPR 8 8 NPF12 ≥ 12 Rentabilitas - NOM 3 2NOM3 1,5NOM2 1NOM1,5 1 - ROA 1,5 1,25ROA1,5 0,5ROA1,25 0ROA0,5 0 - REO ≤ 83 83REO≤85 85REO≤87 87REO≤89 89 - DP 12 9DP≤12 6DP≤9 3DP6 ≤3 - ROE - - - - - Likuiditas - STM 25 20STM25 15STM20 10STM15 10 - STMP 50 40STMP50 30STMP40 20STMP30 20 - RABP - - - - - Sumber: Lampiran SE-BI No.924DPbS 2007, Setiawan 2008

2.1.3 Penilaian Kesehatan Bank Syariah

Setelah kita menghitung rasio-rasio yang dibutuhkan dalam menilai kinerja keuangan bank syariah, maka hal selanjutnya yang dilakukan adalah menghitung nilai kumulatif dari pembobotan faktor keuangan tersebut. Pembobotan ini dilakukan berdasarkan ketetapan BI tahun 2007. Tabel 2.2 Bobot Penilaian Faktor Keuangan Keterangan Bobot Peringkat Faktor Permodalan 25 Peringkat Faktor Kualitas Aset 50 Peringkat Faktor Rentabilitas 10 Peringkat Faktor Likuiditas 10 Peringkat Faktor Sensitivitas atas Risiko Pasar 5 Sumber: Lampiran SE-BI No.924DPbS 2007, Setiawan 2008 Universitas Sumatera Utara Penelitian kali hanya menggunakan tiga peringkat faktor dalam menghitung kesehatan bank syariah yaitu faktor kualitas aset Asset Quality, Rentabilitas Earnings, dan Likuiditas Liquidity. Untuk itu diperlukan adanya pennyesuaian terhadap bobot penilaian yang menjadi standarisasi BI. Tiga peringkat faktor perhitungan kesehatan keuangan bank syariah tersebut terlihat pada Tabel 2.3 berikut ini. Tabel 2.3 Penyesuaian Bobot Penilaian Faktor Keuangan Keterangan Penyesuaian Bobot Akhir Peringkat Faktor Kualitas Aset 5070 70 Peringkat Faktor Rentabilitas 1070 15 Peringkat Faktor Likuiditas 1070 15 Total nilai bobot 7070 100 Sumber: Penyesuaian dengan mengacu SE-BI No.924DPbS, 2007 Setelah melakukan penyesuaian maka nilai bobot akhir tetap bernilai 100. Peringkat kualitas aset berubah dari 50 menjadi 70, untuk bobot rentabilitas berubah dari 10 menjadi 15, dan yang terakhir likuiditas juga berubah menjadi 15. Untuk penentuan angka kredit maka diberikan nilai masing-masing sebagai berikut: Peringkat 1 mendapatkan angka kredit 100, Peringkat 2 memiliki angka kredit 80, peringkat 3 mendapat angka kredit 60, dan begitu seterusnya untuk peringkat 4 dan 5 masing-masing mendapatkan angka kredit 40 dan 20. Tahapan terakhir dalam menentukan kesehatan suatu bank adalah mengklasifikasikan sebuah bank syariah kedalam predikat suatu bank berdasarkan sehat atau tidak sehatnya bank yang dapat dilihat melalui Tabel 2.4 berikut. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.4 Predikat Kesehatan Keuangan Bank Nilai Kredit Predikat 81 – 100 Sehat 66 81 Cukup Sehat 51 66 Kurang sehat 0 51 Tidak Sehat Sumber: Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Mengacu Ketentuan BI, Rivai dan Arifin 2010:849

2.1.4 Kinerja Sosial

Kinerja sosial adalah aktivitas-aktivitas perusahaan dalam melaksanakan suatu bentuk tanggung jawab sosial selain melakukan kegiatan operasional perusahaan Zubaidah, 2003. Bank syariah sebagai bagian perusahaan perbankan juga wajib melaksanakan kinerja sosial dalam bentuk tanggung jawab sosial kepada stakeholdernya. Tanggung jawab sosial adalah komitmen perusahaan untuk terus-menerus bertindak secara etik, beroperasi berdasarkan hukum dan bermanfaat dalam upaya meningkatkan ekonomi, bersamaan dengan meningkatkan kualitas hidup dari para pekerja dan keluarganya, juga peningkatan kualitas hidup masyarakat setempat dan masyarakat secara luas Wibisono dalam Siagian, 2010:64. Elkington dalam Siagian 2010:49 mengatakan bahwa jika para pelaku usaha ingin aktivitasnya berjalan dengan baik, maka para pelaku usaha tidak boleh berorientasi pada satu fokus berupa keuntungan, melainkan harus tiga fokus yang disebut dengan konsep “3P” yaitu Profit, People, dan Planet. Konsep 3P disebut juga dengan istilah Triple Bottom Line yang digambarkan dalam Gambar 2.4 berikut. Universitas Sumatera Utara People Planet Profit Sumber: Elkington dalam Siagian 2010 Gambar 2.4 Triple Bottom Line Gambar 2.4 menjelaskan bahwa suatu perusahaan tidak hanya dihadapkan pada unsur ekonomi yang diukur berdasarkan keadaan keuangan sebagai gambaran tingkat dan besarnya keuntungan perusahaan. Saat ini perusahaan dihadapkan pada tiga dasar tanggung jawab, yaitu selain mengejar keuntungan perusahaan Profit, harus juga memperhatikan aspek sosial kesejahteraan masyarakat sekitarnya People serta pelestarian lingkungan Planet. Secara ekonomi Islam, tanggung jawab sosial juga dapat dijelaskan seperti berikut ini. Chapra dalam bukunya Islam dan Tantangan Ekonomi 1999:8 mengatakan bahwa “Tujuan strategi sistem ekonomi Islam didasarkan pada konsep- konsepnya sendiri mengenai kesejahteraan manusia falah dan kehidupan yang baik hayat thayyibah yang memberikan nilai sangat penting bagi persaudaraan dan keadilan sosioekonomi dan menuntut suatu kepuasan yang seimbang baik kebutuhan materi maupun rohani dari seluruh umat manusia”. Universitas Sumatera Utara Tujuan dan strategi ekonomi yang dilaksanakan bank syariah sejalan dengan yang dikemukakan oleh Chapra di atas. Bahwa ekonomi Islam menginginkan adanya kesejahteraan, keadilan, dan keseimbangan kebutuhan dalam segala aktivitas termasuk aktivitas perbankan. Bank syariah dalam operasionalnya menjalankan setiap kegiatannya didasarkan pada prinsip syariah seperti yang dikemukakan dalam pasal 1 ayat 12 Undang-undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Prinsip syariah menekankan bahwa pelaku ekonomi untuk selalu menjunjung etika dan moral hukum dalam kegiatan ekonomi. Realisasi dari konsep syariah, pada dasarnya sistem ekonomibank syariah memiliki tiga ciri yang mendasar, yaitu prinsip keadilan, menghindarkan kegiatan yang dilarang, serta memperhatikan aspek kemanfaatan Zainuddin Ali, 2008:20. Selain sebagai badan usaha yang menjalankan bisnis, Rivai dan Arifin 2010:210 mengatakan bank syariah juga turut aktif dalam kegiatan sosial melalui berbagai kegiatan antara lain: a Mempunyai divisi yang menerima dan menyalurkan zakat, infak, dan sedekah. b Memberikan pinjaman kebajikan tanpa bunga qardhul hasan c Menyisihkan sebagian laba untuk kegiatan sosial,seperti memberikan beasiswa. Fungsi sosial bank syariah juga dapat dilihat melalui produk yang dikeluarkannya. Produk tersebut adalah Al-Qard, yaitu perjanjian pinjam meminjam uang atau barang dengan tujuan untuk membantu penerima pinjaman. Universitas Sumatera Utara Pada saat pengembalian pinjaman, si peminjam mengembalikan pinjaman dengan sama jumlah yang sama. Apabila tidak mampu membayar, si peminjam tidak boleh diberikan sanksi. Karena prinsip kerelaan hati inilah, maka bank syariah satu- satunya lembanga keuangan yang rela membantu masyarakat yang membutuhkan. Penelitian pada bank syariah banyak yang hanya terfokus pada penelitian terhadap kinerja bisnis dan keuangan. Padahal sistem yang dilakukan oleh bank syariah lebih unik karena adanya kinerja sosial yang dilakukannya demi terwujudnya tujuan sistem ekonomi Islam dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Karakter unik ini yang mendukung pakar perbankan syariah Internasional untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja sosial pada bank syariah. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Hameed,dkk 2004 yang menggunakan konsep muhasabah. Muhasabah merupakan representasi yang mendasar dari evaluasi kinerja, yang bisa diterapkan untuk individu atau perusahaan. Hal ini kemudian menjadi landasan filosofis penting mengapa perlu dilakukan evaluasi kinerja bagi bank syariah, termasuk kinerja sosialnya yang digunakan bank syariah sebagai kontrol pengukur yang dapat membantu kinerja bank syariah di masa yang akan datang. Samad dan Hasan 2000 melakukan penelitian terhadap rasio keuangan seperti profitability ratio, liquidity ratio, risk and solvency ratio juga menggunakan rasio-rasio perhitungan komitmen perbankan syariah terhadap pembangunan ekonomi dan masyarakat muslim commitment to domestic and Muslim community. Adapun rasio tambahan tersebut adalah: Universitas Sumatera Utara 1. Long Term Loan Ratio LTA 2. Government Bond Investment Ratio GBD 3. Mudarabah-Musharakah Ratio MML. Hameed, et al. 2004 dengan judul penelitian Alternative Disclosure dan Performance for Islamic Bank’s, merumuskan apa yang disebut “Islamicity Performance Index”. Dalam metode pengukuran kinerja bagi bank syariah tersebut rasio keuangan yang digunakan antara lain: 1. Profit Sharing Ratio Mudarabah+MusyarakahTotal Financing 2. Zakat Performance Ratio ZakatNet Asset 3. Equitable Distribution Ratio 4. Directors-Employees Welfare Ratio Average directors’remunerationAverage employees’ welfare 5. Islamic Investment vs Non-Islamic Investment Ratio 6. Islamic Income vs Non-Islamic Income Ratio. Penelitian yang dilakukan Hameed, et al. 2004 dilakukan pada bank kinerja Bank Islam Malaysia Berhad BIMB dan Bahrain Islamic Bank BIB. Islamicity Performance Index yang digunakan menghitung seberapa besar kinerja sosial yang dilakukan oleh kedua bank syariah tersebut. Dengan menggabungkan rasio-rasio yang digunakan oleh Samed dan Hasan 2000, Hameed, et al. 2004, rasio keuangan yang telah menjadi ketetapan Bank Indonesia, serta Setiawan 2008 maka penelitian kinerja sosial saat ini dilakukan melalui pendekatan Kontribusi Pembangunan Ekonomi KPE, Kontribusi Kepada Masyarakat KKM, Kontribusi Untuk Universitas Sumatera Utara Stakeholder KUS, dan Peningkatan Kapasitas SDI dan Riset PKSR. Adapun penjelasan dari penelitian kinerja sosial tersebut adalah sebagai berikut.

1. Kontribusi Pembangunan Ekonomi KPE

Kontribusi Pembangunan Ekonomi KPE bertujuan untuk menilai peran perbankan syariah dalam pembangunan ekonomi bagi umat dan masyarakat secara umum. Pembangunan adalah suatu proses yang kompleks: kondisi ekonomi, politik, religius, sosial dan kultural yan menguntungkan Manan, 1997:380. Evaluasi KPE dihitung dari aspek Intensitas Pembiayaan Profit Sharing MMR, Intensitas Fungsi Agency AR, Kontribusi Pembangunan Jangka Panjang KPJP, dan Pendalaman Fungsi Agency PFA.

1.1 Intensitas Pembiayaan Profit Sharing MMR

Rasio intensitas pembiayaan profit sharing atau mudharabah-musyarakah ratio MMR digunakan untuk mengukur besarnya fungsi intermediasi bank syariah melalui penyaluran dana dengan akad profit sharing. Hameed, dkk 2004 menyatakan bahwa sasaran utama dari bank syariah adalah profit sharing, sehingga bank syariah harus bisa melihat seberapa besar profit sharing yang ia dapatkan. Perhitungan rasio ini dapat dilakukan sebgai berikut: MMR = X 100 Samad Hasan 2000 semakin tinggi rasio pembiayaan ini menunjukkan komitmen kepada pembangunan komunitas yang lebih tinggi. Semakin besar hasil rasio MMR maka kontribusi bank syariah untuk pengembangan sektor usaha dan pembangunan ekonomi umat semakin besar. Universitas Sumatera Utara Kriteria penilaian peringkat untuk rasio MMR adalah: Peringkat 1 = MMR 50; Peringkat 2 = 40 MMR ≤ 50; Peringkat 3 = 30 MMR ≤ 40; Peringkat 4 = 20 MMR ≤ 30; dan Peringkat 5 = MMR ≤ 20.

1.2 Rasio Intensitas Fungsi Agency AR

Dokumen yang terkait

Analisis Kinerja Keuangan dan Kinerja Sosial Bank Syariah Devisa dan Bank Syariah Non Devisa di Indonesia

2 95 128

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

0 14 51

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2012-2014 (Studi Kasus Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah

0 3 20

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Analisis Tingkat Kesehatan Bank Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2012-2014.

0 2 16

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA BANK UMUM Analisis Tingkat Kesehatan Bank Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2012-2014.

0 2 17

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH DENGAN BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Dengan Bank Umum Konvensional Di Indonesia (Periode 2007-2013).

0 2 17

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH DENGAN BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Dengan Bank Umum Konvensional Di Indonesia Periode 2010-2012.

0 2 16

Analisis Kinerja Keuangan dan Kinerja Sosial Bank Syariah Devisa dan Bank Syariah Non Devisa di Indonesia

0 1 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Kesehatan Keuangan Dan Kinerja Sosial Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia

0 0 12

ANALISIS KESEHATAN KEUANGAN DAN KINERJA SOSIAL BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

0 0 13