Dari Grafik 1.3 terlihat bahwa peranan bank syariah beserta unit syariah dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan jumlah pembiayaan
ini sejalan juga dengan pertumbuhan bank syariah dan jumlah deposito yang dimiliki oleh bank syariah di Indonesia. Keberadaan bank syariah di Indonesia
yang mengalami kemajuan baik dalam segi kauntitatif maupun jumlah deposito yang dimilikinya menjadikan bank syariah sebagai perusahaan perbankan yang
cukup besar. Hal ini merujuk pada pertanyaan apakah keberadaan bank syariah yang cukup besar kuantitas dan depositonya sekarang ini disesuaikan juga dengan
perkembangan kegiatan sosial yang dilakukan oleh bank syariah terhadap stakeholder dan masyarakat sekitarnya.
Berdasarkan latar belakang, maka peneliti ingin mengukur tingkat kesehatan keuangan bank dan kinerja sosial kemasyarakatan yang dilaksanakan
oleh bank syariah di Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kesehatan Keuangan dan Kinerja Sosial Pada Bank Umum Syariah di Indonesia
”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut.
a.
Bagaimana kesehatan keuangan dari bank umum syariah di Indonesia?
b.
Bagaimana kinerja sosial dari bank umum syariah di Indonesia?
c.
Apakah terdapat hubungan antara kesehatan keuangan dengan kinerja sosial pada bank umum syariah di Indonesia?
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitan
Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Untuk mengetahui dan menganalisis kesehatan keuangan bank umum syariah
di Indonesia. b. Untuk mengetahui dan menganalisis kinerja sosial bank umum syariah di
Indonesia. c. Untuk mengetahui dan menganalisis hubungan antara kesehatan keuangan
dengan kinerja sosial bank umum syariah di Indonesia.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: a. Bagi Bank Syariah
Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan buat bank umum syariah dalam melakukan penilaian terhadap kesehatan keuangan bank umum syariah
tersebut dan dapat melihat ukuran kinerja sosial yang telah dilaksanakan bank umum syariah tersebut.
b. Bagi Investor Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan informasi tambahan bagi investor
sehingga para investor dapat melakukan penilaian terhadap bank umum syariah dan dapat melakukan investasi pada bank tersebut.
Universitas Sumatera Utara
c. Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta
cakrawala berpikir ilmiah di bidang keuangan khususnya teori penilaian kesehatan keuangan dan kinerja sosial bank umum syariah di Indonesia.
d. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi dan informasi yang nantinya
dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan penelitian pada bidang yang sama di masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Uraian Teoritis 2.1.1.
Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Bank berasal dari kata banque dalam bahasa Prancis, dan dari kata banco dari bahasa Italia, yang berarti petilemari atau bangku yang berfungsi sebagai
tempat penyimpanan benda-benda berharga, seperti peti emas, peti berlian, peti uang dan sebagainya. Al-
Qur’an juga menyiratkan istilah bank secara implisit sebagai sesuatu yang memiliki unsur-unsur seperti struktur, manajemen, fungsi,
hak dan kewajiban yang semuanya disebutkan dengan jelas dalam fungsi zakat, sadaqah, rampasan perang ghanimah, jual beli
ba’i, utang dagang dayn, harta maal, dan sebagainya yang dilaksanakan dalam kegiatan ekonomi dan
melibatkan fungsi dan peran pihak-pihak tertentu. Bank syariah merupakan inovasi dari perbankan internasional yang telah
menerapkan prinsip dan syariah Islam dalam aktivitas operasionalnya. Secara umum, bank syariah adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya
memberikan kredit dan jasa-jasa dan dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Sudarsono,
2004:27. Menurut Wikipedia Indonesia 2012 bank syariah adalah suatu sistem
perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam syariah. Kemudian ditambahkan lagi dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
2008 pasal 2 dan 3 yang menyatakan bahwa bank syariah juga harus melakukan
Universitas Sumatera Utara
kegiatan usahanya berasaskan prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian serta bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka
meningkatkan keadilan,
kebersamaan, dan
pemerataan kesejahteraan rakyat.
Pengertian bank Islam menurut Rivai dan Arifin 2010:183 adalah: “Bank Islam merupakan lembaga intermediasi dan penyedia jasa keuangan
yang bekerja berdasarkan etika dan sistem nilai Islam, khususnya yang bebas dari bunga riba, bebas dari kegiatan spekulatif yang nonproduktif
seperti perjudian maysir, bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan gharar, berprinsip keadilan dan hanya membiayai usaha
yang halal”.
Bank Islam atau bank syariah melakukan kegiatannya berdasarkan prinsip Islam, yaitu dengan adanya perjanjian akad antara pihak bank dan nasabah
berdasarkan hukum Islam. Bank syariah juga turut serta secara aktif untuk mencapai sasaran serta tujuam ekonomi Islam yang berorientasi pada
kesejahteraan sosial.
2. Sejarah Perkembangan Bank Syariah
Perbankan syariah awalnya tercatat di Malaysia dan Pakistan pertengahan tahun 1940 sebagai upaya pengelolaan dana jamaah haji secara non konvensional.
Kemudian pada tahun 1963 di Mesir didirikan Mit Ghamr Lokal Saving oleh Dr Ahmad el-Najar dimana bank syariah merupakan bank pedesaan yang beroperasi
nirbunga dan sudah menerapkan prinsip-prinsip syariah sehingga bertumbuh dengan cukup baik. Namun karena goncangan politik yang sangat dahsyat,
akhirnya bank ini pun berhenti beroperasi pada tahun 1967 dan diambil alih oleh
Universitas Sumatera Utara
National bank of Egypt dan Central Bank of Egypt yang beroperasi atas dasar bunga sebelum akhirnya beralih kembali ke sistem tanpa riba dengan berdirinya
Nasser Social Bank di Mesir pada tahun 1972 yang bersifat sosial. Pada Desember 1970, Mesir mengajukan proposal untuk mendirikan bank
syariah pada Sidang Menteri Luar Negeri negara-negara Organisasi Konfrensi Islam OKI sebagai langkah untuk mempermudah berkembangnya bank syariah
di negara-negara muslim. Selanjutnya proposal tersebut disetujui pada sidang Menteri Keuangan di Jeddah tahun 1974 dengan mendirikan Bank Pembangunan
Islam atau Islamic Development Bank IDB. Didirikannya IDB menjadi motovasi besar bagi negara-negara Muslim
untuk mendirikan lembaga keuangan syariah berupa bank Islam Islamic Commercial Bank dan lembaga investasi dalam bentuk International Holding
Company. Tidak hanya negara muslim saja negara-negara non muslim juga antusias mendirikan bank Islam seperti yang terjadi Inggris, Denmark, Bahamas,
Swiss, dan Luxemburg. Dengan pesatnya perkembangan bank syariah maka banyak bank konvensional yang menawarkan produk-produk bank syariah yang
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah tersebut. Bank syariah pertama yang didirikan di Indonesia adalah Bank Muamalat
Indonesia BMI yang mulai beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992 sebagai hasil kerja sama dan lokakarya perbankan MUI yang menginginkan untuk mendirikan
bank bebas bunga di Indonesia. Pendirian Bank Muamalat Indonesia diperkuat dengan kemunculan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,
Universitas Sumatera Utara
dimana bank sudah diperbolehkan untuk mendirikan bank syariah yang bebas bunga.
Selanjutnya diperbaharui lagi dengan kehadiran Undang-undang No.10 Tahun 1998 yang semakin mempercepat perkembangan bank syariah karena
diizinkanya bank beroperasi secara dual system yakni Bank Indonesia mengakui keberadaan bank syariah dan bank konvensional serta bank konvensional
diperkenankan untuk membuka kantor cabang syariah serta mengizinkan konversi bank konvensional menjadi bank syariah. Undang-undang ini juga menjadi
landasan hukum yang kuat serta dapat menjamin kepastian hukum bagi para pelaku ekonomi serta masyarakat luas untuk kelembagaan dan kegiatan usaha
bank syariah. Sehingga keberadaan bank syariah sampai saat ini berkembang sangat pesat dan sangat diminati masyarakat.
3. Fungsi dan Peranan Bank Syariah
Fungsi dan peran bank syariah yang tercantum dalam pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI Accounting and Auditing Organization
for Islamic Financial Institution dalam Sudarsono 2004:39 adalah sebagai berikut:
a. Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah. b. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun
dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.
Universitas Sumatera Utara
c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana
lazimnya. d. Pelaksana kegiatan sosial, bank syariah juga memiliki kewajiban untuk
mengeluarkan dan
mengelola menghimpun,
mengadministrasikan, mendistribusikan zakat serta dana-dana sosial lainnya.
Senada dengan Sudarsono, Rivai dan Arifin 2010:185 juga menjelaskan fungsi bank syariah dengan menggambarkan fungsi bank syariah sebagai berikut:
Sumber: Rivai 2010:185
Gambar 2.1 Fungsi Bank Syariah
TAMWIL MAAL
MANAJE R
INVESTOR JASA
PERBANKAN
SOSIAL
FUNGSI
P R
O D
U K
Penghimpunan dana
Prinsip Wadiah
-Giro -Tabungan
Prinsip Mudharabah
-Tabungan -Deposito
-Investasi -Obligasi
Prinsip Ijarah -Obligasi
Penyaluran dana Pola Bagi
Hasil -Mudharabah
-Musyarakah, dll
Pola Jual Beli -Murabahah
-Isthisna, dll Pola Sewa
-Ijarah -Ijarah wa
Iqtina
Jasa Keuangan Wakalah,
Kafalah, Hiwalah,
Ujr, Sharf, Qard, Rahn,
dll
Jasa Non Keuangan
Wadi’ah yad
Amanah Jasa Keagenan
Mudharabah Muqayyadah
Dana Kebajikan
Penghimpunan dan Penyaluran
ZIS Penyaluran
Qardhul Hasan
Universitas Sumatera Utara
4. Tujuan Bank Syariah
Menurut Sudarsono 2004:40 tujuan bank syariah adalah sebagai berikut: a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalat secara Islam,
khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari praktek-praktek riba atau usaha perdagangan lain yang mengandung unsur
tipuan gharar dan jenis-jenis usaha lain yang dilarang oleh Islam serta kegiatan yang menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi.
b. Untuk menciptakan keadilan di bidang ekonomi dengan cara meratakan pendapatan melalui kegiataan investasi, agar tidak terdapat kesenjangan yang
besar antara pihak surplus dan defisit. c. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan membuka peluang usaha
terutama untuk golongan masyarakat tidak mampu dan diarahkan kepada kegiatan produktif dan menciptakan kemandirian usaha.
d. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan di negara-negara berkembang dengan cara melakukan pembinaan pelaku ekonomi untuk mengembangan
kegiatan usaha yang ada. e. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter dengan cara menghindari
pemanasan ekonomi akibat adanya inflasi serta menghindari persaingan yang tidak sehat antar lembaga keuangan.
f. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank konvensional dari adanya bunga yang diharamkan.
Universitas Sumatera Utara
5. Produk Bank Syariah
Produk pembiayaan bank syariah yang difokuskan di sini adalah produk pembiayaan yang didasarkan atas prinsip bagi hasil yang terdiri dari al-
musyarakah dan al-mudharabah. a.
Al-Musyarakah Musyarakah berasal dari istilah sharikah atau syirkah yang berarti
kerjasama antara kedua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan
risiko yang ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Musyarakah terdiri dari musyarakah pemilikan dan musyarakah kontrak akad.
Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan atau wasiat atau kondisi lain yang berakibat pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih. Sedangkan
musyarakah kontrak akad terjadi karena adanya kesepakatan antara dua orang atau lebih memberikan modal dan berbagi keuntungan dan kerugian
secara bersama-sama. Yang termasuk dalam golongan musyarakah adalah bentuk usaha
yang melibatkan dua pihak atau lebih yang dikenal dengan nasabah dimana mereka secara bersama-sama memadukan sumberdaya baik berupa sumber
daya berwujud tangibel asset dan sumber daya tak berwujud intangible asset dalam proyek mereka kemudian mendapatkan hasil berupa
keuntungan maupun kerugian yang dibagi secara bersama dijelaskan dalam
Gambar 2.2 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Sudarsono 2003:69
Gambar 2.2 Skema
al-Musyarakah
b. Al-Mudharabah
Kata mudharabah berasal dari kata adhdharbu fil ardhi yang berarti berpergian untuk urusan dagang. Disebut juga dengan qiradh yang
berasal dari kata al-qardhu yang berati potongan, karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagaian
keuntungan. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana
pihak pertama shohibul maal menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan dari usaha dalam
mudharabah dibagi menurut kesepakatan dalam kontrak, dan apabila usaha mengalami rugi ditanggung pemilik modal selama kerugian bukan hasil dari
Nasabah Bank
Proyek Usaha
Bagi hasil Keuntungan Sesuai kontibusi modal
Keuntungan
Universitas Sumatera Utara
kelalaian pengelola. Apabila kerugian diakibatkan oleh kelalaian pengelola maka kerugian ditanggung sepenuhnya oleh pengelola. Kegiatan al-
mudharabah dapat dilihat melalui Gambar 2.3 berikut ini. Perjanjian Bagi Hasil
Sumber: Sudarsono 2003:71
Gambar 2.3 Skema
al-Mudharabah
2.1.2 Kesehatan Keuangan Bank Syariah
Kesehatan atau kondisi keuangan bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, manajemen bank, bank, pemerintah melalui Bank
Indonesia dan pengguna jasa bank tersebut Rivai dan Arifin, 2010:846. Tingkat kesehatan bank juga merupakan penilaian atas suatu kondisi laporan keuangan
bank pada periode dan saat tertentu sesuai dengan standar atau ketetapan BI yang berlaku. Analisis kinerja keuangan ini juga sebagai upaya untuk mengetahui
kondisi usaha saat ini dan sekaligus untuk memudahkan dalam menentukan kebijakan bisnisnya di masa yang akan datang Rivai dan Arifin, 2010:846.
Sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum berdasarkan prinsip syariah yang menjadi acuan bank syariah dewasa ini adalah Peraturan Bank Indonesia
Nasabah
Modal Pembagian
ProyekUsah Bank
Universitas Sumatera Utara
Nomor:9PBI2007. Peraturan itu merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari undang-undang sebelumnya yang sudah ada, yaitu tentang Perbankan yang
diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 diubah menjadi Undang- undang Nomor 10 Tahun 1998 serta tentang Bank Indonesia yang diatur dalam
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004.
Peraturan Bank Indonesia Nomor:9PBI2007 menetapkan faktor-faktor yang menjadi cakupan dalam penilaian tingkat kesehatan bank. Faktor-faktor
tersebut adalah Permodalan Capital, Kualitas Aset Assets Quality, Manajemen Management, Rentabilitas Earnings, Likuiditas Liquidity, dan Sensitivitas
Terhadap Risiko Pasar Sensitivity to Market Risk. Perkembangan produk dan jasa perbankan syariah yang semakin kompleks
dan beragam akan meningkatkan ekposur risiko yang akan dihadapi oleh bank sehingga harus diketahui terlebih dahulu kinerja dari bank tersebut. Perubahan
ekposur risiko bank dan penerapan manajemen risiko akan memengaruhi profil risiko bank yang selanjutnya berakibat pada kondisi bank secara keseluruhan
Rivai dan Arifin, 2010:846. Dengan diketahuinya kondisi suatu bank dapat digunakan oleh pihak terkait, baik pemilik, manajemen bank, bank, dan
pemerintah melalui Bank Indonesia serta pengguna jasa bank untuk mengevaluasi kerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan
yang berlaku dan manajemen risiko yang ditetapkan. Penjelasan Peraturan Bank Indonesia Nomor:9PBI2007 digunakan bagi
perbankan, hasil penilaian kondisi bank dapat digunakan sebagai salah satu sarana
Universitas Sumatera Utara
dalam menetapkan strategi usaha di masa yang akan datang, sedangkan bagi Bank Indonesia sebagai pengawas digunakan antara lain sebagai sarana penetapan dan
implementasi strategi pengawasan bank dan unit usaha syariah. Selain itu menurut Rivai dan Arifin 2010:167, Bank Indonesia telah melakukan langkah-langkah
kebijakan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif, kompetitif, efisien, dan hati-hati bagi industri perbankan syariah. Langkah kebijakan ini dilakukan untuk
mendukung sektor riil yang akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia khususnya. Usman 2008:129 menambahkan lagi bahwa ketentuan
mengenai tingkat kesehatan bank dimaksudkan sebagai: 1. Tolak ukur bagi manajemen bank untuk menilai apakah pengelolaan bank telah
dilakukan sejalan dengan asas-asas perbankan yang sehat dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
2. Tolak ukur untuk menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank, baik secara individual maupun perbankan secara keseluruhan.
Perkembangan metodologi penelitian juga dibutuhkan dalam menilai tingkat kesehatan bank syariah, sehingga diperlukan metodologi penelitian kondisi
bank yang bersifat dinamis sehingga sistem penilaian kesehatan bank syariah tetap disesuaikan dengan prinsip agar lebih mencerminkan kondisi bank yang
sesungguhnya saat ini dan di waktu yang akan datang. Pengaturan dan penyempurnaan penilaian tingkat kesehatan bank syariah dapat dilakukan melalui
pendekatan penilaian kuantitatif, penilaian kualitatif, serta penambahan faktor lainnya bila diperlukan.
Universitas Sumatera Utara
Peraturan Bank Indonesia Nomor:9PBI2007 menyatakan bahwa penilaian tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif atas berbagai
aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank umum syariah atau UUS melalui penilaian kuantitatif dan penilaian kualitatif. Penilaian
kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan, maupun proyeksi rasio-rasio keuangan bank dan UUS. Penilaian kuantitatif digunakan pada faktor-
faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, serta sensitivitas terhadap risiko pasar. Selanjutnya penilaian kualitatif adalah penilaian terhadap faktor-
faktor yang mendukung hasil penilaian kuantitatif, penerapan manajemen risiko, dan kepatuhan bank atau UUS. Komponen yang menjadi penilaiaan kualitatif
adalah faktor manajemen. Bank Indonesia sebagai penetap kebijakan menetapkan penilaian yang
digunakan dalam menilai faktor permodalan, antara lain:
a.
kecukupan, proyeksi trend ke depan permodalan dan kemampuan permodalan dalam mengcover risiko;
b.
kemampuan memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan, rencana permodalan untuk mendukung pertumbuhan usaha, akses
kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang saham. Untuk penilaian terhadap kualitas aset, Bank Indonesia melakukan
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
a.
kualitas aktiva produktif, perkembangan kualitas aktiva produktif bermasalah, konsentrasi eksposur risiko, dan eksposur risiko nasabah inti.
Universitas Sumatera Utara
b.
kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem kaji ulang review internal, sistem dokumentasi dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.
Selanjutnya untuk memberi penilaian terhadap rentabilitas diperlukan penilaian komponen sebagai berikut:
a.
kemampuan dalam menghasilkan laba, kemampuan laba mendukung ekspansi dan menutup risiko, serta tingkat efisiensi;
b.
diversifikasi pendapatan termasuk kemampuan bank untuk mendapatkan fee based income, dan diversifikasi penanaman dana, serta penerapan prinsip
akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya. Kemudian penilaian terhadap likuiditas dilaksanakan dengan memberi
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
a.
kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek, potensi maturity mismatch, dan konsentrasi sumber pendanaan;
b.
kecukupan kebijakan pengelolaan likuiditas, akses kepada sumber pendanaan, dan stabilitas pendanaan.
Dan yang terakhir dalam penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap sensitivitas terhadap risiko pasar dengan menilai komponen
sebagai berikut:
a.
kemampuan modal Bank atau UUS mengcover potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi adverse movement nilai tukar;
b.
kecukupan penerapan manajemen risiko pasar. Sedangkan untuk penelitian kualitatif digunakan fakor manajemen
sebagai penilai. Adapun komponen-komponen yang digunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
menilai dalam pemberian nilai terhadap faktor manajemen adalah sebagai berikut:
a.
kualitas manajemen umum, penerapan manajemen risiko terutama pemahaman manajemen atas risiko Bank atau UUS;
b.
kepatuhan Bank atau UUS terhadap ketentuan yang berlaku, komitmen kepada Bank Indonesia maupun pihak lain, dan kepatuhan terhadap prinsip syariah
termasuk edukasi pada masyarakat, pelaksanaan fungsi sosial. Peraturan Bank Indonesia Nomor:91PBI2007 tentang Sistem Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah menyatakan bahwa salah satu faktor yang membentuk tingkat kesehatan bank adalah faktor finansial.
Adapun yang tergolong dalam faktor finansial adalah faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, serta faktor sensitivitas terhadap risiko pasar. Adapun
faktor finansial yang dibahas dalam penelitian ini adalah faktor kualitas aset, rentabilitas, dan likuiditas.
Dalam memeringkatkan faktor finansial tersebut dilakukan dengan cara menilai peringkat komponen atau rasio keuangan pembentuk faktor
permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar dihitung secara kuantitatif. Kemudian peringkat faktor finansial tersebut
ditentukan melalui analisis dengan mempertimbangkan indikator pendukung dan atau pembanding yang relevan judgement atas peringkat rasio utama; dan
peringkat rasio penunjang. Sedangkan untuk manajemen dilakukan penilaian melalui analisis dengan mempertimbangkan indikator pendukung dan faktor
Universitas Sumatera Utara
judgment. Berikut ini dijelaskan faktor-faktor yang diteliti dan berpengaruh terhadap kesehatan keuangan bank syariah di Indonesia.
1. Kualitas Aset Asset Quality
Peraturan Bank Indonesia Nomor:1313PBI2011 tentang penilaian kualitas aktiva pada bank syariah menyatakan kualitas aset atau penilaian
kualitas aktiva adalah menilai jenis-jenis aset produktif maupun yang non produktif yang dimiliki oleh bank syariah dalam rangka pengelolaan risiko
terhadap potensi kerugian yang telah diperkirakan dan mungkin dialami oleh bank syariah. Penilaian terhadap kualitas aset ini dilakukan dengan
menggunakan dua rasio penting, yaitu penilaian terhadap kualitas aktiva produktif dan pembiayaan non performing.
1.1 Kualitas Aktiva Produktif KAP
Kualitas aktiva produktif merupakan rasio utama yang digunakan untuk menghitung kualitas aset. Adapun yang termasuk dalam aktiva
produktif pada bank syariah terdiri dari pembiayaan, surat berharga syariah, sertifikat bank indonesia syariah SBIS, penyertaan modal,
penyertaan modal sementara, penempatan modal pada bank lain, transaksi rekening dan administratif komitmen dan kontinjensi, dan bentuk
penyedia dana lainnya. Semakin tinggi rasio KAP dari sebuah bank syariah menunjukkan semakin baik aktiva produktif yang dimiliki bank syariah
tersebut. Cara menghitung kualitas aktiva produktif adalah sebagai berikut: KAP = 1-
X 100
Universitas Sumatera Utara
Aktiva produktif yang diklasifikasikan APYD adalah aktiva produktif, baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan
atau menimbulkan kerugian, yang besarnya ditetapkan sebagai berikut: 25 dari aktiva produktif yang digolongkan dalam perhatian khusus; 50 dari
aktiva yang digolongkan kurang lancar; 75 dari aktiva yang digolongkan diragukan; dan 100 dari aktiva produktif yang digolongkan macet.
1.2. Pembiayaan Non-Performing
Rasio penunjang yang digunakan untuk menilai kualitas aktiva pada bank syariah adalah pembiayaan non performing. Pembiayaan non performing
adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebahagian atau seluruh kewajibannya kepada bank syariah sesuai dengan
perjanjian yang berlaku. Semakin tinggi rasio NPF, menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk.
Untuk menghitung besarnya tingkat risiko pembiayaan non performing dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:
NPF = X 100
2. Rentabilitas Earnings
Rasio rentabilitas menggambarkan kemampuan bank dalam meningkatkan labanya melalui semua kemampuan dan sumber daya yang
ada sehingga diketahui tingkat efisiensi usaha dan tingkat profitabilitas yang telah dicapai oleh bank syariah tersebut. Penilaian kuantitatif faktor
Universitas Sumatera Utara
rentabilitas dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap lima komponen rasio berikut ini.
2.1 Net Operating Margin NOM
Rasio ini adalah rasio utama yang digunakan untuk menghitung rentabilitas. Rasio NOM menggambarkan pendapatan operasional bersih bank
syariah sehingga dapat membantu untuk mengetahui rata-rata aktiva produktif dalam menghasilkan laba. Rumus yang digunakan untuk menghitung Net
Operating Margin adalah:
–
X 100 Nilai NOM dihasilkan dari membagi laba operasional dengan aktiva
produktif. Laba operasional diperoleh dari pendapatan operasional setelah distribusi bagi hasil dikurangi biaya operasional. Biaya operasional sendiri
mencakup beban operasional termasuk kekurangan PPAP yang wajib dibentuk.
2.2 Return on Assets ROA