merupakan kewajiban likuid kurang dari 3 bulan yang terdapat dalam laporan maturity profile.
3.2 Short Term Mismatch Plus STMP
Rasio ini digunakan untuk menghitung kemampuan yang dimiliki bank syariah dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva
jangka pendek berupa kas dan secondary reserve yang dimilikinya. Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya rasio ini adalah:
STMP= X 100
Kas adalah uang tunai dan secondary reserve mencakup Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWBI ditambah dengan Surat Berharga Syariah
Negara SBSN. Sedangkan aktiva jangka pendek dan kewajiban jangka pendek sebagaimana telah dijelaskan di atas.
3.3 Rasio Antar Bank Pasiva RABP
Rasio Antar Bank Pasiva RABP merupakan rasio pengamatan dalam perhitungan likuiditas bank syariah dan tidak ditetapkan kriteria penilaian.
Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketergantungan bank syariah pada dana antar bank. Nilai RABP didapatkan dengan membandingkan nilai
antar bank pasiva dengan total kewajiban. Nilai antar bank pasiva merupakan semua kewajiban bank syariah kepada bank lain. sedangkan total kewajiban terdiri
dari dana pihak ketiga, antar bank pasiva, pinjaman yang diterima, dan surat berharga yang diterbitkan.
Universitas Sumatera Utara
Masing-masing komponen penilaian kesehatan keuangan yang telah dijelaskan memiliki kriteria tersendiri. Adapun kriteria komponen penilaian
kesehatan keuangan tersebut digambarkan pada Tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1 Kriteria Komponen Penilaian Kesehatan Keuangan
Kompoen Penilaian
Peringkat 1
Peringkat 2 Peringkat 3
Peringkat 4 Pering
kat 5
Kualitas Aset
- KAP
99 96 KAP ≤ 99 93 KAP ≤ 96 90KAP≤ 93 ≤ 90
- NPF
2 2 NPF 5
5 NPR 8 8 NPF12
≥ 12
Rentabilitas
- NOM
3 2NOM3
1,5NOM2 1NOM1,5 1 -
ROA 1,5
1,25ROA1,5 0,5ROA1,25
0ROA0,5 0 -
REO ≤ 83 83REO≤85
85REO≤87 87REO≤89 89 -
DP 12
9DP≤12 6DP≤9
3DP6 ≤3
- ROE -
- -
- -
Likuiditas
- STM
25 20STM25
15STM20 10STM15 10 -
STMP 50
40STMP50 30STMP40 20STMP30 20 -
RABP -
- -
- -
Sumber: Lampiran SE-BI No.924DPbS 2007, Setiawan 2008
2.1.3 Penilaian Kesehatan Bank Syariah
Setelah kita menghitung rasio-rasio yang dibutuhkan dalam menilai kinerja keuangan bank syariah, maka hal selanjutnya yang dilakukan adalah
menghitung nilai kumulatif dari pembobotan faktor keuangan tersebut. Pembobotan ini dilakukan berdasarkan ketetapan BI tahun 2007.
Tabel 2.2 Bobot Penilaian Faktor Keuangan
Keterangan Bobot
Peringkat Faktor Permodalan 25
Peringkat Faktor Kualitas Aset 50
Peringkat Faktor Rentabilitas 10
Peringkat Faktor Likuiditas 10
Peringkat Faktor Sensitivitas atas Risiko Pasar 5
Sumber: Lampiran SE-BI No.924DPbS 2007, Setiawan 2008
Universitas Sumatera Utara
Penelitian kali hanya menggunakan tiga peringkat faktor dalam menghitung kesehatan bank syariah yaitu faktor kualitas aset Asset Quality, Rentabilitas
Earnings, dan Likuiditas Liquidity. Untuk itu diperlukan adanya pennyesuaian terhadap bobot penilaian yang menjadi standarisasi BI. Tiga
peringkat faktor perhitungan kesehatan keuangan bank syariah tersebut terlihat pada Tabel 2.3 berikut ini.
Tabel 2.3 Penyesuaian Bobot Penilaian Faktor Keuangan
Keterangan Penyesuaian
Bobot Akhir
Peringkat Faktor Kualitas Aset 5070
70 Peringkat Faktor Rentabilitas
1070 15
Peringkat Faktor Likuiditas 1070
15
Total nilai bobot 7070
100
Sumber: Penyesuaian dengan mengacu SE-BI No.924DPbS, 2007
Setelah melakukan penyesuaian maka nilai bobot akhir tetap bernilai 100. Peringkat kualitas aset berubah dari 50 menjadi 70, untuk bobot
rentabilitas berubah dari 10 menjadi 15, dan yang terakhir likuiditas juga berubah menjadi 15. Untuk penentuan angka kredit maka diberikan nilai
masing-masing sebagai berikut: Peringkat 1 mendapatkan angka kredit 100, Peringkat 2 memiliki angka kredit 80, peringkat 3 mendapat angka kredit 60,
dan begitu seterusnya untuk peringkat 4 dan 5 masing-masing mendapatkan angka kredit 40 dan 20.
Tahapan terakhir dalam menentukan kesehatan suatu bank adalah mengklasifikasikan sebuah bank syariah kedalam predikat suatu bank
berdasarkan sehat atau tidak sehatnya bank yang dapat dilihat melalui Tabel 2.4 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.4 Predikat Kesehatan Keuangan Bank
Nilai Kredit Predikat
81 – 100
Sehat 66 81
Cukup Sehat 51 66
Kurang sehat 0 51
Tidak Sehat
Sumber: Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Mengacu Ketentuan BI, Rivai dan Arifin 2010:849
2.1.4 Kinerja Sosial
Kinerja sosial adalah aktivitas-aktivitas perusahaan dalam melaksanakan suatu bentuk tanggung jawab sosial selain melakukan kegiatan operasional
perusahaan Zubaidah, 2003. Bank syariah sebagai bagian perusahaan perbankan juga wajib melaksanakan kinerja sosial dalam bentuk tanggung jawab sosial
kepada stakeholdernya. Tanggung jawab sosial adalah komitmen perusahaan untuk terus-menerus bertindak secara etik, beroperasi berdasarkan hukum dan
bermanfaat dalam
upaya meningkatkan
ekonomi, bersamaan
dengan meningkatkan kualitas hidup dari para pekerja dan keluarganya, juga peningkatan
kualitas hidup masyarakat setempat dan masyarakat secara luas Wibisono dalam Siagian, 2010:64.
Elkington dalam Siagian 2010:49 mengatakan bahwa jika para pelaku usaha ingin aktivitasnya berjalan dengan baik, maka para pelaku usaha tidak boleh
berorientasi pada satu fokus berupa keuntungan, melainkan harus tiga fokus yang disebut dengan konsep “3P” yaitu Profit, People, dan Planet. Konsep 3P disebut
juga dengan istilah Triple Bottom Line yang digambarkan dalam Gambar 2.4 berikut.
Universitas Sumatera Utara
People
Planet Profit
Sumber: Elkington dalam Siagian 2010
Gambar 2.4 Triple Bottom Line
Gambar 2.4 menjelaskan bahwa suatu perusahaan tidak hanya dihadapkan pada unsur ekonomi yang diukur berdasarkan keadaan keuangan sebagai
gambaran tingkat dan besarnya keuntungan perusahaan. Saat ini perusahaan dihadapkan pada tiga dasar tanggung jawab, yaitu selain mengejar keuntungan
perusahaan Profit, harus juga memperhatikan aspek sosial kesejahteraan masyarakat sekitarnya People serta pelestarian lingkungan Planet.
Secara ekonomi Islam, tanggung jawab sosial juga dapat dijelaskan seperti berikut ini. Chapra dalam bukunya Islam dan Tantangan Ekonomi
1999:8 mengatakan bahwa “Tujuan strategi sistem ekonomi Islam didasarkan pada konsep-
konsepnya sendiri mengenai kesejahteraan manusia falah dan kehidupan yang baik hayat thayyibah yang memberikan nilai
sangat penting bagi persaudaraan dan keadilan sosioekonomi dan menuntut suatu kepuasan yang seimbang baik kebutuhan materi
maupun rohani dari seluruh umat manusia”.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan dan strategi ekonomi yang dilaksanakan bank syariah sejalan dengan yang dikemukakan oleh Chapra di atas. Bahwa ekonomi Islam
menginginkan adanya
kesejahteraan, keadilan,
dan keseimbangan
kebutuhan dalam segala aktivitas termasuk aktivitas perbankan. Bank syariah dalam operasionalnya menjalankan setiap kegiatannya
didasarkan pada prinsip syariah seperti yang dikemukakan dalam pasal 1 ayat 12 Undang-undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Prinsip syariah menekankan bahwa pelaku ekonomi untuk selalu menjunjung etika dan moral hukum dalam kegiatan ekonomi. Realisasi dari
konsep syariah, pada dasarnya sistem ekonomibank syariah memiliki tiga ciri yang mendasar, yaitu prinsip keadilan, menghindarkan kegiatan yang
dilarang, serta memperhatikan aspek kemanfaatan Zainuddin Ali, 2008:20. Selain sebagai badan usaha yang menjalankan bisnis, Rivai dan
Arifin 2010:210 mengatakan bank syariah juga turut aktif dalam kegiatan sosial melalui berbagai kegiatan antara lain:
a Mempunyai divisi yang menerima dan menyalurkan zakat, infak, dan sedekah.
b Memberikan pinjaman kebajikan tanpa bunga qardhul hasan c Menyisihkan sebagian laba untuk kegiatan sosial,seperti memberikan
beasiswa. Fungsi sosial bank syariah juga dapat dilihat melalui produk yang
dikeluarkannya. Produk tersebut adalah Al-Qard, yaitu perjanjian pinjam meminjam uang atau barang dengan tujuan untuk membantu penerima pinjaman.
Universitas Sumatera Utara
Pada saat pengembalian pinjaman, si peminjam mengembalikan pinjaman dengan sama jumlah yang sama. Apabila tidak mampu membayar, si peminjam tidak boleh
diberikan sanksi. Karena prinsip kerelaan hati inilah, maka bank syariah satu- satunya lembanga keuangan yang rela membantu masyarakat yang membutuhkan.
Penelitian pada bank syariah banyak yang hanya terfokus pada penelitian terhadap kinerja bisnis dan keuangan. Padahal sistem yang dilakukan oleh bank
syariah lebih unik karena adanya kinerja sosial yang dilakukannya demi terwujudnya tujuan sistem ekonomi Islam dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. Karakter unik ini yang mendukung pakar perbankan syariah Internasional untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja sosial pada bank
syariah. Hal ini senada
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hameed,dkk 2004 yang menggunakan konsep muhasabah. Muhasabah merupakan representasi
yang mendasar dari evaluasi kinerja, yang bisa diterapkan untuk individu atau perusahaan. Hal ini kemudian menjadi landasan filosofis penting mengapa perlu
dilakukan evaluasi kinerja bagi bank syariah, termasuk kinerja sosialnya yang digunakan bank syariah sebagai kontrol pengukur yang dapat membantu kinerja
bank syariah di masa yang akan datang. Samad dan Hasan 2000 melakukan penelitian terhadap rasio keuangan
seperti profitability ratio, liquidity ratio, risk and solvency ratio juga menggunakan rasio-rasio perhitungan komitmen perbankan syariah terhadap
pembangunan ekonomi dan masyarakat muslim commitment to domestic and Muslim community. Adapun rasio tambahan tersebut adalah:
Universitas Sumatera Utara
1.
Long Term Loan Ratio LTA
2.
Government Bond Investment Ratio GBD
3.
Mudarabah-Musharakah Ratio MML. Hameed, et al. 2004 dengan judul penelitian Alternative Disclosure
dan Performance for Islamic Bank’s, merumuskan apa yang disebut
“Islamicity Performance Index”. Dalam metode pengukuran kinerja bagi bank syariah tersebut rasio keuangan yang digunakan antara lain:
1.
Profit Sharing Ratio Mudarabah+MusyarakahTotal Financing
2.
Zakat Performance Ratio ZakatNet Asset
3.
Equitable Distribution Ratio
4.
Directors-Employees Welfare Ratio Average directors’remunerationAverage
employees’ welfare
5.
Islamic Investment vs Non-Islamic Investment Ratio
6.
Islamic Income vs Non-Islamic Income Ratio. Penelitian yang dilakukan Hameed, et al. 2004 dilakukan pada bank kinerja
Bank Islam Malaysia Berhad BIMB dan Bahrain Islamic Bank BIB. Islamicity Performance Index yang digunakan menghitung seberapa besar
kinerja sosial yang dilakukan oleh kedua bank syariah tersebut. Dengan menggabungkan rasio-rasio yang digunakan oleh Samed dan
Hasan 2000, Hameed, et al. 2004, rasio keuangan yang telah menjadi ketetapan Bank Indonesia, serta Setiawan 2008 maka penelitian kinerja
sosial saat ini dilakukan melalui pendekatan Kontribusi Pembangunan Ekonomi KPE, Kontribusi Kepada Masyarakat KKM, Kontribusi Untuk
Universitas Sumatera Utara
Stakeholder KUS, dan Peningkatan Kapasitas SDI dan Riset PKSR. Adapun penjelasan dari penelitian kinerja sosial tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kontribusi Pembangunan Ekonomi KPE
Kontribusi Pembangunan Ekonomi KPE bertujuan untuk menilai peran perbankan syariah dalam pembangunan ekonomi bagi umat dan
masyarakat secara umum. Pembangunan adalah suatu proses yang kompleks: kondisi ekonomi, politik, religius, sosial dan kultural yan
menguntungkan Manan, 1997:380. Evaluasi KPE dihitung dari aspek Intensitas Pembiayaan Profit Sharing MMR, Intensitas Fungsi Agency AR,
Kontribusi Pembangunan Jangka Panjang KPJP, dan Pendalaman Fungsi Agency PFA.
1.1 Intensitas Pembiayaan Profit Sharing MMR
Rasio intensitas pembiayaan
profit sharing atau mudharabah-musyarakah ratio MMR digunakan untuk mengukur besarnya fungsi intermediasi bank
syariah melalui penyaluran dana dengan akad profit sharing. Hameed, dkk 2004 menyatakan bahwa sasaran utama dari bank syariah adalah profit
sharing, sehingga bank syariah harus bisa melihat seberapa besar profit sharing yang ia dapatkan. Perhitungan rasio ini dapat dilakukan sebgai berikut:
MMR = X 100
Samad Hasan 2000 semakin tinggi rasio pembiayaan ini menunjukkan komitmen kepada pembangunan komunitas yang lebih tinggi.
Semakin besar hasil rasio MMR maka kontribusi bank syariah untuk pengembangan sektor usaha dan pembangunan ekonomi umat semakin besar.
Universitas Sumatera Utara
Kriteria penilaian peringkat untuk rasio MMR adalah: Peringkat 1 = MMR 50; Peringkat 2 = 40 MMR ≤ 50; Peringkat 3 = 30 MMR ≤ 40;
Peringkat 4 = 20 MMR ≤ 30; dan Peringkat 5 = MMR ≤ 20.
1.2 Rasio Intensitas Fungsi Agency AR
Perhitungan rasio intensitas fungsi agency AR pada bank syariah digunakan untuk mengukur besarnya fungsi agency bank syariah dalam
menghimpun dana investasi masyarakat. Dana investasi masyarakat ini berupa dana pihak ketiga DPK profit sharing yang dikumpulkan dari tabungan dan
deposito mudharabah dengan menggunakan metode bagi hasil profit sharing. Untuk menghasilkan nilai dari rasio AR ini, DPK profit sharing dibagi dengan
DPK total. AR
= X 100
Semakin besar AR menunjukkan bahwasanya peran bank syariah untuk mendorong masyarakat berinvestasi cukup baik, demikian juga
sebaliknya jika nilai AR semakin kecil maka peranan bank syariah untuk mendorong masyarakat berinvestasi rendah. Kriteria penilaian peringkat untuk
rasio AR yang digunakan adalah: Peringkat 1 = AR 90; Peringkat 2 = 80 AR ≤ 90; Peringkat 3 = 70 AR ≤ 80; Peringkat 4 = 60 AR ≤ 70;
dan Peringkat 5 = AR ≤ 60.
1.3 Kontribusi Pembangunan Jangka Panjang KPJP