Likuiditas HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Grafik 4.1 Rasio Return On Equity Pada BSMI, BMI, dan BSM Tahun 2008-2010 Sumber: Laporan Keuangan BSMI, BMI, dan BSM Tahun 2008-2010 Data Diolah Dari Grafik 4.1 terlihat bahwa rasio ROE tertinggi pada BSMI terjadi pada tahun 2009 dengan rasio 39,97 dan terendah pada tahun 2008 dengan selisih 28,21. Untuk BMI, rasio ROE tertinggi terjadi pada tahun 2008 dengan rasio 33,14 dan terendah terjadi pada tahun 2009 dengan selisih 25,11. Selanjutnya BSM memiliki rasio tertinggi sebesar 63,58 tahun 2010 yang sebelumnya pada tahun 2009 berada pada titik terendah dengan rasio 44,20. Karena rasio ROE merupakan rasio pengamatan observed, maka rasio ini tidak diklasifikasikan sesuai dengan kriteria pemeringkatan yang diatur oleh BI tahun 2007.

1.3 Likuiditas

Penilaian likuiditas terhadap PT Bank Mega Syariah Tbk BSMI, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk BMI serta PT Bank Mandiri Syariah Tbk BSM digunakan untuk menilai kemampuan ketiga bank syariah tersebut dalam memenuhi kebutuhan likuiditasnya termasuk manejemen risiko likuiditasnya. Penilaian terhadap likuiditas dilakukan terhadap tiga rasio berikut ini. 11.06 39.97 26.81 33.14 8.03 17.78 46.21 44.20 63.58 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 2008 2009 2010 Tahun BSMI BMI BSM Universitas Sumatera Utara

1. Short Term Mismatch STM

Penilaian rasio short time mismatch STM digunakan untuk menghitung kebutuhan likuiditas pada PT Bank Mega Syariah Tbk BSMI, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk BMI serta PT Bank Mandiri Syariah Tbk BSM. Rasio STM dihitung dengan membandingkan aktiva jangka pendek yang berasal dari aktiva likuid kurang dari tiga bulan selain kas, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWBI dan Surat Berharga Syariah Begara SBSN dengan kewajiban jangka pendek yang likuid dan kurang dari tiga bulan. Tabel 4.8 berisi data aktiva jangka pendek dan kewajiban jangka pendek BSMI, BMI, dan BSM tahun 2008- 2010. Tabel 4.8 Aktiva Jangka Pendek dan Kewajiban Jangka Pendek Pada BSMI, BMI, dan BSM Tahun 2008-2010 dalam Jutaan Rupiah BANK SYARIAH 2008 2009 2010 Rata-Rata BSMI Aktiva Jangka Pendek 171.910 353.540 239.633 210.200,67 Kewajiban Jangka Pendek 865.496 1.112.478 1.397.796 1.125.256,67 Rasio 19,86 31,78 17,14 22,93 Peringkat 3 1 3 2 BMI Aktiva Jangka Pendek 798.014 1.129.450 1.129.450 1.018.971,33 Kewajiban Jangka Pendek 2.401.594 3.057.561 3.666.588 3.041.914,33 Rasio 33,23 36,94 30,8 33,66 Peringkat 1 1 1 1 BSM Aktiva Jangka Pendek 906.590 1.320.463 2.505.854 1.577.635,67 Kewajiban Jangka Pendek 2.899.268 3.949.088 5.954.957 4.267.771 Rasio 31,27 33,44 42,08 35,6 Peringkat 1 1 1 1 Sumber: Laporan Keuangan BSMI, BMI, dan BSM Tahun 2008-2010 Data Diolah Rasio STM pada BSMI tertinggi ada pada tahun 2009 dengan nilai 31,78 dan pada tahun 2010 menurun 14,64 menjadi 17,14 yang menjadikannya sebagai rasio terendah sepanjang tiga tahun. Untuk BMI, rasio tertinggi terjadi pada tahun 2009 dengan nilai 36,94 dan menurun 6,14 pada tahun 2010 dan menjadikannya sebagai rasio terendah. Selanjutnya, tahun 2008 Universitas Sumatera Utara merupakan rasio terendah bagi BSM dan mengalami kenaikan sepanjang tahun hingga pada 2010 menduduki tingkat tertinggi dengan nilai 42,08 naik 10,81 dari nilai tahun 2008. BI 2007 telah menetapkan kriteria penilaian peringkat dalam rasio STM sebagai berikut: Peringkat 1 = STM 25; Peringkat 2 = 20 STM ≤ 25; Peringkat 3 =15 STM ≤ 20; Peringkat 4 = 10 STM ≤ 15; dan Peringkat 5 = STM ≤ 10. Berdasarkan kriteria tersebut, nilai rata-rata rasio Short Term Mismatc STM untuk BSMI bernilai 22,93 ada diperingkat II, STM BMI bernilai 33,66 ada diperingkat 1 dan STM BSM bernilai 35,6 dan berada diperingkat 1. Hal ini menunjukkan bahwa BSM lebih mampu memenuhi kebutuhan likuiditasnya 1,94 lebih besar dibanding BMI dan 12,67 lebih besar dibandingkan dengan BSMI.

2. Short Term Mismatch Plus STMP

PT Bank Mega Syariah Tbk BSMI, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk BMI serta PT Bank Mandiri Syariah Tbk BSM menggunakan rasio Short Term Mismatch Plus STMP untuk menghitung kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan jangka pendek dengan menggunakan aktiva jangka pendek berupa kas dan secondary reserve. Cara menghitung rasio STMP adalah dengan membandingkan aktiva jangka pendek, kas, secondary reserve berupa Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWBI dan Surat Berharga Syariah Begara SBSN dengan kewajiban jangka pendek yang likuid dan kurang dari tiga bulan. Tabel 4.9 berisi data yang diperlukan menghitung rasio STMP. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.9 Aktiva Jangka Pendek, Kas, Secondary Reserve dan Kewajiban Jangka Pendek Dana Pada BSMI, BMI, dan BSM Tahun 2008-2010 dalam Jutaan Rupiah BANK SYARIAH 2008 2009 2010 Rata-Rata BSMI Aktiva Jangka Pendek 171.910 353.540 239.633 210.200,67 Kas 46.399 111.551 135.190 97.713,33 Secondary Reserve 681.180 745.112 1.006.180 810.824 Kwjbn Jgka Pendek 865.496 1.112.478 1.397.796 1.125.256,67 Rasio 103,93 108,78 98,80 103,84 Peringkat 1 1 1 1 BMI Aktiva Jangka Pendek 798.014 1.129.450 1.129.450 1.018.971,33 Kas 227.098 264.703 339.310 277.037 Secondary Reserve 29.850 154.046 552.020 245.305,33 Kwjbn Jgka Pendek 2.401.594 3.057.561 3.666.588 3.041.914,33 Rasio 43,93 50,64 55,11 49,89 Peringkat 2 1 1 2 BSM Aktiva Jangka Pendek 906.590 1.320.463 2.505.854 1.577.635,67 Kas 315.747 446.935 692.115 484.932,33 Secondary Reserve 1.243.593 2.074.978 2.141.483 1.820.018 Kwjbn Jgka Pendek 2.899.268 3.949.088 5.954.957 4.267.771 Rasio 85,05 97,3 89,66 90,67 Peringkat 1 1 1 1 Sumber: Laporan Keuangan BSMI, BMI, dan BSM Tahun 2008-2010 Data Diolah Untuk periode 2008-2010, rasio STMP pada BSMI tertinggi terjadi pada tahun 2009 dengan nilai 108,78 dan terendah pada tahun 2010 dengan selisih 9,98. Nilai rasio STMP untuk BMI tertinggi adalah 55,11 pada tahun 2010 dan terendahnya ada diposisi 43,93 atau selisih 11,18 dari tahun 2010. Selanjutnya, nilai rasio 97,3 adalah rasio STMP tertinggi untuk BSM yang terjadi pada tahun 2009 setelah sebelumnya tahun 2008 berada diposisi terendah dengan nilai 85,05 atau selisih 2,25 dengan rasio tertinggi. Nilai rata-rata rasio STMP untuk BSMI adalah 103,84 berada diperingkat 1. Diperingkat yang sama ada juga rasio STMP BSM dengan nilai 90,67. Dan diperingkat 2 ada BMI dengan nilai rata-rata rasio STMP adalah 49,89. Hal ini menunjukkan bahwa STMP likuiditas BSMI lebih baik karena Universitas Sumatera Utara BSMI memiliki jumlah kas dan secondary reserve yang lebih besar dibanding dibandingkan dengan BSM dan BMI meskipun pada saat rasio STM posisi BSMI ada diurutan terakhir. Penilaian peringkat rasio STMP disesuaikan dengan kriteria penilaian peringkat untuk rasio STMP menurut standar BI 2007 adalah sebagai b erikut: Peringkat 1 = STMP ≥ 50; Peringkat 2 = 40 ≤ STMP 50; Peringkat 3 = 30 ≤ STMP 40; Peringkat 4 = 20 ≤ STMP 30; dan Peringkat 5 = STMP 20.

3. Rasio Antar Bank Pasiva RABP

Rasio Antar Bank Pasiva ABP digunakan oleh PT Bank Mega Syariah Tbk BSMI, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk BMI serta PT Bank Mandiri Syariah Tbk BSM untuk mengukur tingkat ketergantungan ketiga bank tersebut pada dana antar bank. Rasio ini merupakan rasio pengamatan observed yang tidak memerlukan peringkat. Cara menghitung rasio ini adalah membandingkan nilai antar bank pasiva yang merupakan kewajiban bank BSMI, BMI, dan BMI kepada bank lain dengan totak kewajiban baik yang berasal dari dana pihak ketiga DPK, antar bank pasiva, pinjaman, dan surat berharga yang diterbitkan. Tabel 4.10 Rasio Antar Bank Pasiva Pada BSMI, BMI, dan BSM Tahun 2008-2009 BANK SYARIAH 2008 2009 2010 Rata- Rata BSMI 2,82 0,09 0,15 1,02 BMI 6,23 6,92 0,81 4,65 BSM 1,76 1,55 1,45 1,59 Sumber: Laporan Keuangan BSMI, BMI, dan BSM Tahun 2008-2010 Data Diolah Nilai rata-rata rasio RABP BMI adalah 4,65 dan merupakan nilai tertinggi diantara BSMI dan BSM. Selisihnya 3,06 dengan BSM dan 3,63 Universitas Sumatera Utara dengan BSMI. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan BMI terhadapa dana antar bank lebih tinggi dibandingkan dengan BSM dan BSMI. Grafik 4.2 Rasio Antar Bank Pasiva Pada BSMI, BMI dan BSM Tahun 2008-2010 Sumber: Laporan Keuangan BSMI, BMI, dan BSM Tahun 2008-2010 Data Diolah Rasio RABP tertinggi pada BSMI terjadi pada tahun 2008 dengan rasio RAPB 2,82 dan terendah pada tahun 2009 dengan rasio 0,09. Untuk BMI, rasio RABP tertinggi terjadi pada tahun 2009 senilai 6,92 dan pada tahun 2010 turun sebesar 6,11 menjadi 0,81. Rasio RABP BSM tertinggi pada tahun 2008 dengan nilai 1,76 dan terendah tahun 2009 dengan nilai 1,55. 4.2.2 Penilaian Kesehatan Keuangan PT Bank Mega Syariah Tbk BSMI, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk BMI serta PT Bank Mandiri Syariah Tbk BSM Sesuai dengan penyesuaian pembobotan faktor keuangan yang telah dikemukakan sebelumnya maka penilaian Kesehatan PT Bank Mega Syariah Tbk BSMI, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk BMI serta PT Bank Mandiri Syariah Tbk BSM dilakukan dengan menetapkan nilai pembobotan peringkat kualitas aset menjadi 75; rentabilitas 15 dan likuiditas 15. Selanjutnya dilakukan penentuan angka kredit setiap komponen penilaian yang ditetapkan sebagai berikut: Peringkat 1 mendapatkan angka kredit 100, Peringkat 2 memiliki 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 2008 2009 2010 Presen tase Tahun BSMI BMI BSM Universitas Sumatera Utara angka kredit 80, peringkat 3 mendapat angka kredit 60, peringkat 4 dan 5 masing-masing mendapatkan angka kredit 40 dan 20. Sebelum diklasifikasikan ke dalam predikat kesehatan keuangan berikut ini: Sehat memiliki nilai bobot 81 sd 100, Cukup Sehat memiliki nilai bobot 66 sd 81, Kurang Sehat memiliki nilai bobot 51 sd 66 dan Tidak Sehat memiliki nilai bobot 0 sd 51, maka kita harus mendapatkan nilai terbobot yang berasal dari perkalian angka kredit dengan bobotnya. 2.1 Rekapitulasi Tingkat Kesehatan Keuangan PT Bank Mega Syariah Tbk BSMI, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk BMI serta PT Bank Mandiri Syariah Tbk BSM Tahun 2008-2010 Indonesia sebagai salah satu negara yang perekonomianya terbuka tidak terlepas dari dampak dinamika pasar keuangan global, termasuk terhadap krisis ekonomi global yang dirasakan sejak semester kedua tahun 2008. Industri perbankan syariah juga merasakan dampak krisis global tersebut. Hanya saja belum terlalu mengganggu kinerja bank syariah secara kompleks. Hal ini dikarenakan eksposure pembiayaan perbankan syariah masih lebih diarahkan kepada perekonomian domestik sehingga belum memiliki integrasi yang tinggi dengan sistem perekonomian global. Selanjutnya perbankan syariah belum memiliki tingkat sofistikasi yang tinggi. Hal ini digambarkan dengan tingkat kesehatan PT Bank Mega Syariah Tbk BSMI, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk BMI serta PT Bank Mandiri Syariah Tbk BSM pada tahun 2008 tidak menunjukkan keadaan yang tidak baik. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.11 Tingkat Kesehatan Keuangan PT Bank Mega Syariah Tbk BSMI Tahun 2008-2010 Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Mega Syariah Tbk Tahun 2008-2010 Pada tahun 2008, kesehatan keuangan PT Bank Mega Syariah Tbk atau disebut BSMI mendapat predikat sehat 87,75. Hal ini dikarenakan pengelolaan kualitas aset dan pembiayaan non performing BSMI amat baik dan mendapat angka 63. Namun pada periode selanjutnya BSMI tidak mampu mempertahankan aspek kualitas asetnya sehingga tingkat kesehatan pada BSMI mengalami penurunan satu level ke predikat cukup sehat pada tahun 2009 dan 2010 dengan nilai 77,5 dan 67,5. Nilai kesehatan tertinggi pada PT Bank Muamalat Indonesia BMI juga terjadi pada tahun 2008 dengan posisi rentabilitas yang lebih baik dan berpredikat cukup sehat 66,75 dibandingkan dengan dua tahun berikutnya. Pada tahun 2009 dan 2010 berpredikat kurang sehat 63,75 dan 65,25. Perbedaan peringkat ini disebabkan karena kurangnya kemampuan manajerial dalam mengelola faktor Komponen Penilaian Peringkat Angka Kredit Bobo t Nilai Bobot 08 09 10 08 09 10 08 09 10

1. Kualitas Aset

a. Kualitas Aktiva Produktif KAP 2 3 4 80 60 40 35 28 21 14 b. Pembiayaan Non Performing NPF 1 2 2 100 80 80 35 35 28 28 Nilai Terbobot Kualitas Aset 70 63 49 42

2. Rentabilitas

a. Net Operating Margin NOM 1 2 1 100 80 100 3,75 3,75 3 3,75 b. Return On Assets ROA 3 1 1 60 100 100 3,75 2,25 3,75 3,75 c. Rasio efisiensi operasional REO 1 1 1 100 100 100 3.75 3,75 3,75 3,75 d. Diversifikasi Pendapatan DP 2 2 2 80 80 80 3,75 3 3 3 Nilai Terbobot Rentabilitas 15 12,75 13,5 13,5

3. Likuiditas

a. Short Term Mismatch STM 3 1 3 60 100 60 7,5 4,5 7,5 4,5 b. Short Term Mismatch Plus STMP 1 1 1 100 100 100 7,5 7,5 7,5 7,5 Nilai Terbobot Likuiditas 15 12 15 12 Nilai Kesehatan Keuangan 87,75 77,5 67,5 Universitas Sumatera Utara rentabilitas meskipun faktor likuiditasnya berhasil dikuasai dengan amat baik. Hal ini dapat terlihat dalam Tabel 4.12 Tabel 4.12 Tingkat Kesehatan Keuangan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk BMI Tahun 2008-2010 Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk Tahun 2008-2010 Dari Tabel 4.12 terlihat bahwa meskipun BMI memiliki nilai kualitas aset yang sama tahun 2008-2009, tetapi predikat kesehatan keuangannya berubah. Hal inin disebabkan faktor rentabilitas dan likuiditasnya yang berbeda. Tingkat rentabilitas tahun 2008 paling rendah diantara tahun-tahun yang lain sehingga pada tahun 2008 bernilai rendah yaitu 63,75. PT Bank Mandiri Syariah Tbk atau BSM menunjukkan konsistensinya dengan melalukan perbaikan mutu manajerialnya dalam hal kinerja keuangan yang mengalami peningkatan setiap tahun, serta mampu mempertahankan nilai rentabilitas dan likuiditasnya diposisi yang sangat baik. Hal ini terlihat dari nilai rentabilitas dan likuiditas yang sama diposisi 15 selama tiga tahun berturut-turut. BSM juga berhasil meningkatkan kualitas aset yang dimilikinya setiap tahun dari Komponen Penilaian Peringkat Angka Kredit Bobot Nilai Bobot 08 09 10 08 09 10 08 09 10

1. Kualitas Aset

a.Kualitas Aktiva Produktif KAP 4 4 4 40 40 40 35 14 14 14 b.Pembiayaan Non Performing NPF 2 2 2 80 80 80 35 28 28 28 Nilai Terbobot Kualitas Aset 70 42 42 42

2. Rentabilitas

a. Net Operating Margin NOM 2 5 4 80 20 40 3,75 3 0,75 1,5 b. Return On Assets ROA 1 4 3 100 40 60 3,75 3,75 1,5 2,25 c. Rasio efisiensi operasional REO 1 1 1 100 100 100 3.75 3,75 3,75 3,75 d. Diversifikasi Pendapatan DP 5 5 5 20 20 20 3,75 0,75 0,75 0,75 Nilai Terbobot Rentabilitas 15 11,25 6,75 8,25

3. Likuiditas

a.Short Term Mismatch STM 1 1 1 100 100 100 7,5 7,5 7,5 7,5 b.Short Term Mismatch Plus STMP 2 1 1 80 100 100 7,5 6 7,5 7,5 Nilai Terbobot Likuiditas 15 13,5 15 15 Nilai Kesehatan Keuangan 66,75 63,75 65,25 Universitas Sumatera Utara tahun 2008 bernilai 39 meningkat di 2010 menjadi 49. Predikat BSM dari tahun 2008-2010 adalah cukup sehat dengan nilai 69, 72, dan 79. Tingkat kesehatan pada BSM dapat dilihat pada Tabel 4.13 berikut. Tabel 4.13 Tingkat Kesehatan Keuangan PT Bank Syariah Mandiri Tbk BSM Tahun 2008-2010 Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Syariah Mandiri Tbk Tahun 2008-2010 Tingkat kesehatan keuangan pada PT Bank Mega Syariah Indonesia Tbk BSMI, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk BMI, dan PT Bank Mandiri Syariah BSM pada tahun 2008-2010 berbeda. Untuk membandingkan tingkat kesehatan pada ketiga bank syariah tersebut dapat dilihat pada Grafik 4.3 berikut. Komponen Penilaian Peringkat Angka Kredit Bobot Nilai Bobot 08 09 10 08 09 10 08 09 10

1. Kualitas Aset

a. Kualitas Aktiva Produktif KAP 4 4 3 40 40 60 35 14 14 21 b. Pembiayaan Non Performing NPF 1 2 2 100 80 80 35 35 28 28 Nilai Terbobot Kualitas Aset 70 39 42 49

2. Rentabilitas

a. Net Operating Margin NOM 1 1 1 100 100 100 3,75 3,75 3,75 3,75 b. Return On Assets ROA 1 1 1 100 100 100 3,75 3,75 3,75 3,75 c. Rasio efisiensi operasional REO 1 1 1 100 100 100 3.75 3,75 3,75 3,75 d. Diversifikasi Pendapatan DP 1 1 1 100 100 100 3,75 3,75 3,75 3,75 Nilai Terbobot Rentabilitas 15 15 15 15

3. Likuiditas

a. Short Term Mismatch STM 1 1 1 100 100 100 7,5 7,5 7,5 7,5 b. Short Term Mismatch Plus STMP 1 1 1 100 100 100 7,5 7,5 7,5 7,5 Nilai Terbobot Likuiditas 15 15 15 15 Nilai Kesehatan Keuangan 69 72 79 Universitas Sumatera Utara Grafik 4.3 Tingkat Kesehatan PT Bank Mega Syariah Tbk BSMI, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk BMI, dan PT Bank Mandiri Syariah Tbk BSM Tahun 2008-2010 Sumber: Laporan Keuangan BSMI, BMI, dan BSM Tahun 2008-2010 Data Diolah Grafik 4.3 menunjukkan bahwa tingkat kesehatan tertinggi tahun 2008 diraih oleh BSMI dengan nilai 87,75 sehat dan sekaligus tingkat tertinggi untuk semua bank syariah yang diteliti pada periode 2008-2010. Untuk tahun 2009 juga masih diraih oleh BSMI dengan nilai 77,5. Di dalam tahun ini juga merupakan tahun dengan tingkat kesehatan terburuk untuk BMI dibandingkan dengan bank syariah lainnya dengan nilai 63,75. BSM menunjukkan eksistensinya pada tahun 2010 dengan meraih tingkat kesehatan keuangan tertinggi diantara BSMI dan BMI.

2.2 Rekapitulasi Tingkat Kesehatan Keuangan Kumulatif PT Bank

Dokumen yang terkait

Analisis Kinerja Keuangan dan Kinerja Sosial Bank Syariah Devisa dan Bank Syariah Non Devisa di Indonesia

2 95 128

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

0 14 51

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2012-2014 (Studi Kasus Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah

0 3 20

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Analisis Tingkat Kesehatan Bank Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2012-2014.

0 2 16

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA BANK UMUM Analisis Tingkat Kesehatan Bank Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2012-2014.

0 2 17

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH DENGAN BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Dengan Bank Umum Konvensional Di Indonesia (Periode 2007-2013).

0 2 17

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH DENGAN BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Dengan Bank Umum Konvensional Di Indonesia Periode 2010-2012.

0 2 16

Analisis Kinerja Keuangan dan Kinerja Sosial Bank Syariah Devisa dan Bank Syariah Non Devisa di Indonesia

0 1 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Kesehatan Keuangan Dan Kinerja Sosial Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia

0 0 12

ANALISIS KESEHATAN KEUANGAN DAN KINERJA SOSIAL BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

0 0 13