1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitan
Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Untuk mengetahui dan menganalisis kesehatan keuangan bank umum syariah
di Indonesia. b. Untuk mengetahui dan menganalisis kinerja sosial bank umum syariah di
Indonesia. c. Untuk mengetahui dan menganalisis hubungan antara kesehatan keuangan
dengan kinerja sosial bank umum syariah di Indonesia.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: a. Bagi Bank Syariah
Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan buat bank umum syariah dalam melakukan penilaian terhadap kesehatan keuangan bank umum syariah
tersebut dan dapat melihat ukuran kinerja sosial yang telah dilaksanakan bank umum syariah tersebut.
b. Bagi Investor Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan informasi tambahan bagi investor
sehingga para investor dapat melakukan penilaian terhadap bank umum syariah dan dapat melakukan investasi pada bank tersebut.
Universitas Sumatera Utara
c. Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta
cakrawala berpikir ilmiah di bidang keuangan khususnya teori penilaian kesehatan keuangan dan kinerja sosial bank umum syariah di Indonesia.
d. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi dan informasi yang nantinya
dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan penelitian pada bidang yang sama di masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Uraian Teoritis 2.1.1.
Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Bank berasal dari kata banque dalam bahasa Prancis, dan dari kata banco dari bahasa Italia, yang berarti petilemari atau bangku yang berfungsi sebagai
tempat penyimpanan benda-benda berharga, seperti peti emas, peti berlian, peti uang dan sebagainya. Al-
Qur’an juga menyiratkan istilah bank secara implisit sebagai sesuatu yang memiliki unsur-unsur seperti struktur, manajemen, fungsi,
hak dan kewajiban yang semuanya disebutkan dengan jelas dalam fungsi zakat, sadaqah, rampasan perang ghanimah, jual beli
ba’i, utang dagang dayn, harta maal, dan sebagainya yang dilaksanakan dalam kegiatan ekonomi dan
melibatkan fungsi dan peran pihak-pihak tertentu. Bank syariah merupakan inovasi dari perbankan internasional yang telah
menerapkan prinsip dan syariah Islam dalam aktivitas operasionalnya. Secara umum, bank syariah adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya
memberikan kredit dan jasa-jasa dan dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Sudarsono,
2004:27. Menurut Wikipedia Indonesia 2012 bank syariah adalah suatu sistem
perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam syariah. Kemudian ditambahkan lagi dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
2008 pasal 2 dan 3 yang menyatakan bahwa bank syariah juga harus melakukan
Universitas Sumatera Utara
kegiatan usahanya berasaskan prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian serta bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka
meningkatkan keadilan,
kebersamaan, dan
pemerataan kesejahteraan rakyat.
Pengertian bank Islam menurut Rivai dan Arifin 2010:183 adalah: “Bank Islam merupakan lembaga intermediasi dan penyedia jasa keuangan
yang bekerja berdasarkan etika dan sistem nilai Islam, khususnya yang bebas dari bunga riba, bebas dari kegiatan spekulatif yang nonproduktif
seperti perjudian maysir, bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan gharar, berprinsip keadilan dan hanya membiayai usaha
yang halal”.
Bank Islam atau bank syariah melakukan kegiatannya berdasarkan prinsip Islam, yaitu dengan adanya perjanjian akad antara pihak bank dan nasabah
berdasarkan hukum Islam. Bank syariah juga turut serta secara aktif untuk mencapai sasaran serta tujuam ekonomi Islam yang berorientasi pada
kesejahteraan sosial.
2. Sejarah Perkembangan Bank Syariah
Perbankan syariah awalnya tercatat di Malaysia dan Pakistan pertengahan tahun 1940 sebagai upaya pengelolaan dana jamaah haji secara non konvensional.
Kemudian pada tahun 1963 di Mesir didirikan Mit Ghamr Lokal Saving oleh Dr Ahmad el-Najar dimana bank syariah merupakan bank pedesaan yang beroperasi
nirbunga dan sudah menerapkan prinsip-prinsip syariah sehingga bertumbuh dengan cukup baik. Namun karena goncangan politik yang sangat dahsyat,
akhirnya bank ini pun berhenti beroperasi pada tahun 1967 dan diambil alih oleh
Universitas Sumatera Utara
National bank of Egypt dan Central Bank of Egypt yang beroperasi atas dasar bunga sebelum akhirnya beralih kembali ke sistem tanpa riba dengan berdirinya
Nasser Social Bank di Mesir pada tahun 1972 yang bersifat sosial. Pada Desember 1970, Mesir mengajukan proposal untuk mendirikan bank
syariah pada Sidang Menteri Luar Negeri negara-negara Organisasi Konfrensi Islam OKI sebagai langkah untuk mempermudah berkembangnya bank syariah
di negara-negara muslim. Selanjutnya proposal tersebut disetujui pada sidang Menteri Keuangan di Jeddah tahun 1974 dengan mendirikan Bank Pembangunan
Islam atau Islamic Development Bank IDB. Didirikannya IDB menjadi motovasi besar bagi negara-negara Muslim
untuk mendirikan lembaga keuangan syariah berupa bank Islam Islamic Commercial Bank dan lembaga investasi dalam bentuk International Holding
Company. Tidak hanya negara muslim saja negara-negara non muslim juga antusias mendirikan bank Islam seperti yang terjadi Inggris, Denmark, Bahamas,
Swiss, dan Luxemburg. Dengan pesatnya perkembangan bank syariah maka banyak bank konvensional yang menawarkan produk-produk bank syariah yang
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah tersebut. Bank syariah pertama yang didirikan di Indonesia adalah Bank Muamalat
Indonesia BMI yang mulai beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992 sebagai hasil kerja sama dan lokakarya perbankan MUI yang menginginkan untuk mendirikan
bank bebas bunga di Indonesia. Pendirian Bank Muamalat Indonesia diperkuat dengan kemunculan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,
Universitas Sumatera Utara
dimana bank sudah diperbolehkan untuk mendirikan bank syariah yang bebas bunga.
Selanjutnya diperbaharui lagi dengan kehadiran Undang-undang No.10 Tahun 1998 yang semakin mempercepat perkembangan bank syariah karena
diizinkanya bank beroperasi secara dual system yakni Bank Indonesia mengakui keberadaan bank syariah dan bank konvensional serta bank konvensional
diperkenankan untuk membuka kantor cabang syariah serta mengizinkan konversi bank konvensional menjadi bank syariah. Undang-undang ini juga menjadi
landasan hukum yang kuat serta dapat menjamin kepastian hukum bagi para pelaku ekonomi serta masyarakat luas untuk kelembagaan dan kegiatan usaha
bank syariah. Sehingga keberadaan bank syariah sampai saat ini berkembang sangat pesat dan sangat diminati masyarakat.
3. Fungsi dan Peranan Bank Syariah
Fungsi dan peran bank syariah yang tercantum dalam pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI Accounting and Auditing Organization
for Islamic Financial Institution dalam Sudarsono 2004:39 adalah sebagai berikut:
a. Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah. b. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun
dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.
Universitas Sumatera Utara
c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana
lazimnya. d. Pelaksana kegiatan sosial, bank syariah juga memiliki kewajiban untuk
mengeluarkan dan
mengelola menghimpun,
mengadministrasikan, mendistribusikan zakat serta dana-dana sosial lainnya.
Senada dengan Sudarsono, Rivai dan Arifin 2010:185 juga menjelaskan fungsi bank syariah dengan menggambarkan fungsi bank syariah sebagai berikut:
Sumber: Rivai 2010:185
Gambar 2.1 Fungsi Bank Syariah
TAMWIL MAAL
MANAJE R
INVESTOR JASA
PERBANKAN
SOSIAL
FUNGSI
P R
O D
U K
Penghimpunan dana
Prinsip Wadiah
-Giro -Tabungan
Prinsip Mudharabah
-Tabungan -Deposito
-Investasi -Obligasi
Prinsip Ijarah -Obligasi
Penyaluran dana Pola Bagi
Hasil -Mudharabah
-Musyarakah, dll
Pola Jual Beli -Murabahah
-Isthisna, dll Pola Sewa
-Ijarah -Ijarah wa
Iqtina
Jasa Keuangan Wakalah,
Kafalah, Hiwalah,
Ujr, Sharf, Qard, Rahn,
dll
Jasa Non Keuangan
Wadi’ah yad
Amanah Jasa Keagenan
Mudharabah Muqayyadah
Dana Kebajikan
Penghimpunan dan Penyaluran
ZIS Penyaluran
Qardhul Hasan
Universitas Sumatera Utara
4. Tujuan Bank Syariah
Menurut Sudarsono 2004:40 tujuan bank syariah adalah sebagai berikut: a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalat secara Islam,
khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari praktek-praktek riba atau usaha perdagangan lain yang mengandung unsur
tipuan gharar dan jenis-jenis usaha lain yang dilarang oleh Islam serta kegiatan yang menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi.
b. Untuk menciptakan keadilan di bidang ekonomi dengan cara meratakan pendapatan melalui kegiataan investasi, agar tidak terdapat kesenjangan yang
besar antara pihak surplus dan defisit. c. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan membuka peluang usaha
terutama untuk golongan masyarakat tidak mampu dan diarahkan kepada kegiatan produktif dan menciptakan kemandirian usaha.
d. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan di negara-negara berkembang dengan cara melakukan pembinaan pelaku ekonomi untuk mengembangan
kegiatan usaha yang ada. e. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter dengan cara menghindari
pemanasan ekonomi akibat adanya inflasi serta menghindari persaingan yang tidak sehat antar lembaga keuangan.
f. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank konvensional dari adanya bunga yang diharamkan.
Universitas Sumatera Utara
5. Produk Bank Syariah
Produk pembiayaan bank syariah yang difokuskan di sini adalah produk pembiayaan yang didasarkan atas prinsip bagi hasil yang terdiri dari al-
musyarakah dan al-mudharabah. a.
Al-Musyarakah Musyarakah berasal dari istilah sharikah atau syirkah yang berarti
kerjasama antara kedua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan
risiko yang ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Musyarakah terdiri dari musyarakah pemilikan dan musyarakah kontrak akad.
Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan atau wasiat atau kondisi lain yang berakibat pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih. Sedangkan
musyarakah kontrak akad terjadi karena adanya kesepakatan antara dua orang atau lebih memberikan modal dan berbagi keuntungan dan kerugian
secara bersama-sama. Yang termasuk dalam golongan musyarakah adalah bentuk usaha
yang melibatkan dua pihak atau lebih yang dikenal dengan nasabah dimana mereka secara bersama-sama memadukan sumberdaya baik berupa sumber
daya berwujud tangibel asset dan sumber daya tak berwujud intangible asset dalam proyek mereka kemudian mendapatkan hasil berupa
keuntungan maupun kerugian yang dibagi secara bersama dijelaskan dalam
Gambar 2.2 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Sudarsono 2003:69
Gambar 2.2 Skema
al-Musyarakah
b. Al-Mudharabah