27
sebaiknya dibeli dan dijual, tetapi apabila pasar modal efisien akan sangat sulit bagi pemodal untuk terus menerus bisa memperoleh tingkat
keuntungan diatas normal. Walaupun demikian, terlepas dari efisien tidaknya pasar modal, dan seberapa jauh para analis dan pemodal percaya
akan efisiensi tersebut, bagaimana melakukan penilaian saham untuk menaksir nilai intrinsik saham tersebut, perlu dipahami oleh para analis
sekuritas. Model penilaian merupakan suatu mekanisme untuk merubah
serangkaian variabel ekonomi atau variabel perusahaan yang diramalkan atau yang diamati menjadi perkiraan tentang harga saham. Dikutip oleh
Husnan 2001 : 290, terdapat dua model penilaian yang sering digunakan untuk analisis sekuritas, yaitu pendekatan present value model
kapitalisasi penghasilan dan model Price Earning Ratio atau PER metode kelipatan laba. Pendekatan present value mencoba menaksir
present value, dengan menggunakan tingkat bunga tertentu, manfaat yang diharapkan akan diterima oleh pemilik saham. Sedangkan pendekatan
Price Earning Ratio PER menaksir nilai saham dengan mengalikan laba per lembar saham.
6. Price Earning Ratio PER
Rasio yang sering digunakan dalam pendekatan analisis saham adalah Price Earning Ratio PER. Dalam pendekatan ini diharapkan dapat
menghasilkan perkiraan laba per saham pada masa yang akan datang,
28
sehingga dapat diketahui berapa lama investasi saham akan kembali Agustin, 2014 : 66.
Price Earning Ratio PER merupakan salah satu pendekatan yang sering digunakan oleh analis sekuritas untuk menilai suatu saham. Rasio
ini memberikan indikasi bagi manajemen tentang bagaimana pandangan investor terhadap resiko dan prospek perusahaan di masa depan. Bagi para
investor Price Earning Ratio PER dipandang sebagai ukuran kekuatan perusahaan untuk memperoleh laba di masa yang akan datang Rahma,
Djumahir, dan Djazuli, 2014 : 363. Price Earning Ratio PER yang tinggi menunjukkan perusahaan
mempunyai prospek yang tinggi untuk bertumbuh. Sebaliknya, perusahaan yang diharapkan mempunyai pertumbuhan yang rendah akan
mempunyai Price Earning Ratio PER yang rendah. Dari segi investor, Price Earning Ratio PER yang terlalu tinggi tidak menarik karena harga
saham kemungkinan akan sulit untuk naik lagi. Ini berarti kemungkinan memperoleh capital gain akan lebih kecil lagi Kodrat dan Indonanjaya,
2010 : 241. Dikutip oleh Wibowo 2013 : 2-3, PER juga merupakan angka
psikologis bagi value investor dimana PER yang kecil akan lebih menarik dibandingkan dengan PER tinggi. Jika Price Earning Ratio PER tinggi,
berarti harga saham itu terlalu mahal atau dengan harga tertentu hanya memperoleh laba yang kecil. Dengan demikian, calon pembeli saham akan
29
memperoleh keuntungan lebih besar jika pembeliannya pada saat Price Earning Ratio PER rendah karena saham cenderung akan mengalami
kenaikan harga, sementara jika Price Earning Ratio PER menunjukkan nilai yang tinggi maka hal ini menunjukkan saat yang tepat untuk menjual
saham. Dengan kata lain, pengetahuan tentang Price Earning Ratio PER bagi investor berguna untuk mengetahui kapan harus membeli dan
menjual sahamnya sehingga dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dari selisih harga capital gain.
Price Earning Ratio PER merupakan rasio yang menunjukkan seberapa banyak investor bersedia membayar per rupiah laba yang
dilaporkan Astuti, 2004 : 38. Price Earning Ratio PER adalah perbandingan antara market price per share harga pasar per lembar
saham dengan earning per share laba per lembar saham. Price Earning Ratio PER dapat dihitung dengan cara membagi harga pasar per saham
dengan pendapatan per saham. Artinya semakin tinggi nilai PER akan semakin baik karena dapat menunjukkan tingginya tingkat pendapatan
yang diharapkan oleh pemodal dan rendahnya tingkat risiko pada saham tersebut Moeljadi, 2006 : 54.
= ℎ
ℎ
30
7. Solvabilitas