enggan memakai buku perpustakaan menjadi rajin dan sangat berminat untuk menggunakan buku perpustakaan.
Tujuan perawatan bahan pustaka dengan demikian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Menyelamatkan nilai informasi yang terdapat pada bahan pustaka
2. Menyelamatkan fisik dokumen
3. Mengatasi kendala kekurangan ruang
4. Memperindah bentuk fisik buku
5. Memperepat perolehan informasi
Dokumen yang tersimpan dalam CD compact Disc sangat mudah untuk diakses, baik dari jarak dekat maupun jarak jauh. Sehingga pemakaian dokumen
atau bahan pustaka menjadi lebih optimal. Dengan pelestarian yang baik diharapkan bahan pustaka dapat berumur lebih panjang, sehingga perpustakaan
tidak perlu membeli bahan yang sama, yang dapat membebani pemesanan, pengolahan kembali, penempelan kartu, dan penyampulan yang dimana
kesemuanya itu memerlukan uang, dengan bahan pustaka yang lestari dan terawat, pustakawan dapat memperoleh kebanggaan dan peningkatan kinerja.
Bukan berarti karena tidak harus membeli bahan pustaka secara terus menerus, informasi yang terdapat didalamnya menjadi informasi yang tidak
berguna, melainkan dengan melakukan perawatan bahan pustaka berarti telah menyelamatkan nilai informasi yang terkandung didalam bahan pustaka tersebut.
Lingkungan yang sehat, ruang kerja yang baik, rapi dan menarik juga membuat kehidupan pustakawan menjadi lebih berarti dan sangat menyenangkan.
Dari tujuan di atas dapat dilihat bahwa tujuan perawatan bahan pustaka adalah untuk merawat dan melindungi bahan pustaka menjadi awet dan terawatt
serta dapat digunakan lebih lama. Dengan demikian pengguna perpustakaan dianjurkan agar dapat menjaga bahan pustaka.
2.7. Bahan Pustaka Monograf
Bahan pustaka monograf adalah bahan pustakakarya tercetak yang berbentuk buku. Monograf merupakan suatu kesatuan yang paling utuh dan paling
utama terdapat dalam koleksi perpustakaan. Berdasarkan standart UNESCO tebal
Universitas Sumatera Utara
bukubahan pustaka monograftercetak paling sedikit 49 halaman tidak termaksud sampul, diantaranya buku fiksi, buku teks dan buku rujukan.
Bahan Pustaka Tercetak Monograf. Bukumonograf adalah terbitan yang mempunyai satu kesatuan yang utuh,
dapat terdiri dari satu jilid atau lebih. Contoh: buku, laporan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi.
Bahan Bukan Buku 1. Terbitan berseri adalah terbitan yang diterbitkan terus-menerus dalam
jangka waktu terbit tertentu, dapat berupa harian, mingguan, bulanan, dsb 2. Peta
3. Gambar 4.
Brosur, pamflet, dan booklet 5. Makalah, merupakan karya yang mempunyai nilai sementara, tidak diolah
sebagaimana bahan pustaka lainnya 6. DVD.
2.8 Sistem Perawatan
Bahan Pustaka Monograf
Perawatan bahan pustaka menjadi salah satu tujuan penyelenggaraan perpustakaan, karena salah satu tugas pokok perpustakaan adalah mengumpulkan
dokumen tertulis dari masa lalu hingga sekarang, serta penyimpanan untuk keperluan pemakai kini dan masa yang akan datang. Sangat sukar untuk
memperkirakan kebutuhan pemakai pada masa yang akan datang, sehingga akan sukar pula menyusun kebijakan yang diperlukan untuk melestarikan bahan–bahan
pustaka tersebut. Memang setiap perpustakaan dengan sifat kekhususannya masing-masing akan berbeda tanggapan dan kebutuhannya, namun bagi
perpustakaan perawatan merupakan salah satu tugas utama untuk melestarikan informasi yang terdapat didalamnya.
Di Indonesia usaha perawatan bahan pustaka terkadang masih kurang mendapat perhatian, seharusnya usaha ini dilaksanakan lebih cermat mengingat
iklim tropis yang tidak menguntungkan pada kelestarian koleksi bahan monograf dan betapa pentingnya bahan pustaka sebagai sumber informasi. Lembaga
Universitas Sumatera Utara
kearsipan dan museum dengan segala upaya dan keterbatasannya, telah memulai melaksanakan hal ini.
Secara garis besar perawatan bahan pustaka monograf adalah meliputi: 1.
Faktor – faktor penyebab kerusakan bahan pustaka Monograf 2.
Kegiatan perawatan bahan pustaka monograf 3.
Perbaikan 4.
Peproduksi bahan pustaka.
2.8.1 Faktor – Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka Monograf
Perawatan bahan pustaka bukanlah hal yang mudah dan bukan hal yang baru bagi pustakawan, namun tugas bagian perawatan adalah tugas yang sulit.
Terutama di negara tropis seperti. Musuh bahan pustaka antara lain manusia, tikus, serangga, mikroorganisme, serat berbagai bencana alam lainnya.
Bahan pustaka yang terbuat dari kertas merupakan bahan yang mudah terbakar, mudah sobek, mudah terkena noda, hancur terkena air dan sebagainya.
Cepat atau lambatnya proses kerusakan kertas tergantung pada mutu kertas dan iklim daerah, serta perawatannya. Sebagai pustakawan yang profesional
hendaknya kita juga bisa memperbaiki bahan pustaka yang mengalami kerusakan baik kerusakan besar maupun kerusakan yang kecil. Ini sangat penting sekali bagi
kelancaran dan keberhasilan dalam mengupayakan pelestarian informasi yang terdapat didalam bahan pustaka tersebut dan keberhasilan dalam memberikan
layanan perpustakaan. Pustakawan juga diharapkan mampu mengerjakan restorasi bahan pustaka
terutama dalam hal menghilangkan noda pada bahan pustaka, penggantian halaman buku yang sobek karena serangga, memperbaiki bagian buku yang basah
atau terkena jamur dan menggantikan sampul buku yang sudah rusak fatal. Demikian halnya faktor penyebab kerusakan bahan pustaka dapat
disebabkan oleh berbagai hal dan penyebab, kerusakan bahan pustaka juga dapat ditangani oleh pustakawan yang memiliki ahli atau kemampuan dalam bidang
Universitas Sumatera Utara
perawatan koleksi. Akan diuraikan secara garis besar faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka.
Menurut Martoatmodjo 1993 : 36-47 kerusakan bahan pustaka itu secara garis besar dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
2.8.1.1 Kerusakan Oleh Faktor Fisika
Pada dasarnya setiap bahan pustaka terdiri atas zat organik yang suatu saat pasti akan hancur. Namun dengan demikian perlu dihindari dari faktor-faktor yang
akan cepat merusak bahan pustaka, karena secara umum kertas terbuat dari serat tumbuhan atau sintesis yang dipakai untuk menulis, melukis serta menyebarkan
berbagai informasi dan pengetahuaan. Berdasarkan asal serat yang digunakan, kertas dapat diklasifikasikan seperti:
a. Kayu – kayuan mengandung 40-60 selulosa
b. Bambu mengandung 60 selulosa
c. Kertas bekas
d. Kapas mengandug 98 serat selulosa.
e. Sisa hasil pertanian seperti jerami, ampas tahu, merang yang
mengandung 40-60selulosa. Bahan baku kertas terus menjadi pusat perhatian para ahli, sehingga di
adakan penelitian dan penggolongan untuk bahan–bahan yang dapat menghasilkan kertas yang bagus dan tidak bagus. Karena kebanyakan koleksi
bahan pustaka terbuat dari kertas sebagai media penyimpanan informasi, kertas terbuat dari serat selulosa yang berasal dari tumbuhan tersebut diatas, komposisi
dasar dari selulosa ini sebenarnya sangat sederhana, yaitu C
6
H
10
O
5
n. Pada rumus molekul tersebut, n merupakan jumlah polimer dari selulosa yang dapat
mencapai 1.000 pada serat kayu dan 1.500 pada serat kapas. Dari hal tersebut di atas tampak dengan jelas bahwa bahan kertas yang
terbuat dari sisa hasil pertanian, kapas, kayu dan bambu akan cepat mengalami kerusakan yang disebabkan oleh faktor fisika, adapun kerusakan yang disebabkan
oleh faktor fisika adalah:
1. Cahaya
Cahaya adalah suatu bentuk energi elektro magnetik yang berasal dari radiasi cahaya matahari dan lampu listrik. Sinar-sinar yang terdapat dalam
Universitas Sumatera Utara
cahaya dapat dibagi kedalam tiga kelompok menurut panjang gelombangnya yaitu:
Sinar ultra violet dengan panjang gelombang antara 300-400 milimikron 1.
Sinar inframerah dengan panjang gelombang 17 lebih besar dari 760 milimikron
2. dan sinar dalam cahaya dengan panjang gelombang antara 400-760
milikron. Lebih kecil panjang gelombang suatu sinar, lebih tinggi sinergi yang
dihasilkannya. Sinar yang panjang gelombangnya kecil seperti sinar violet dan sinar inilah yang merusak kertas.
Bahan yang terbuat dari selulosa seperti kertas dan tekstil dapat rusak oleh pengaruh cahaya ini. Kerusakan yang terjadi berupa perubahan warna dari
cemerlang menjadi pudar dan menurunnya kekuatan serat. Kerusakan ini disebabkan karena reaksi dari energi cahaya, adanya bahan additive dan residu
dari bahan pemutih pada saat pembuatan kertas, serta adanya uap air dan oksigen disekitar kertas. Proses kerusakan oleh cahaya ini dapat dibagi menjadi dua bagian
yaitu: a.
Proses fotolisis: yaitu efek yang disebabkan karena besarnya energi yang dipancarkan oleh sinar ultra violet, sehingga dapat memutuskan rantai
ikatan kimia polomer selulosa. b.
Proses foto sentisasi: efek ini disebabkan karena proses oktidasi dari bahan bahan additive dan partikel logam yang ada dalam kertas oleh pengaruh
cahaya normal. Proses ini dipercepat oleh adanya uap air dan 18 oksigen yang terdapat dalam udara, sehingga menimbulkan perubahan warna
menjadi kuning dan kecoklatan dan struktur kertas menjadi lemah. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah:
Ada dua macam cara yang digunakan untuk menerangi perpustakaan, yaitu cahaya matahari dan cahaya lampu listrik. Dalam cahaya terdapat bermacam
macam sinar, akan tetapi yang merusak bahan pustakakertas adalah sinar ultra violet.
Cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan, baik langsung atau pantulan harus dihalangi oleh gorden atau disaring dengan filter untuk
Universitas Sumatera Utara
mengurangi radiasi ultra violet. Buku-buku tidak boleh diletakkan terlalu dekat dengan jendela.
Untuk mencegah kerusakan karena cahaya lampu listrik adalah dengan memperkecil intensitas cahaya, memperpendek waktu pencahayaan dan
menghilangkan radiasi ultra violet dari lampu tersebut dengan memasang filter pada lampu TL.
2. Suhu Temperatur dan Kelembapan Udara
Sebenarnya kekuatan kertas tidak berkurang oleh perubahan suhu yang tidak begitu ekstrim seperti yang terjadi di Indonesia, asalkan kandungan air
dalam kertas itu rendah. Suhu udara di Indonesia berkisar antara 20-30 derajat celcius, perbedan suhu udara antara siang dan malam hari tidak terlalu besar.
Masalahnya timbul karena Indonesia merupakan negara tropis, yang kelembapan udaranya relative tinggi pada musim panas hujan.
Jika udara lembap, maka kandungan air dalam kertas akan bertambah karena kertas bersifat higroskopis. Perubahan suhu saat kertas mengandug banyak
air inilah yang menyebabkan struktur kertas menjadi lemah. Apabila terjadi perubahan suhu, apalagi fluktuasinya cukup tinggi, akan menyebabkan perubahan
volume dan terjadi ketegangan. Jika kejadian ini berlangsung berulang kali, menyebabkan struktur kertas menjadi lemah karena putusnya rantai ikatan kimia
pada polomer selulosa. Hubungan antara suhu dan kelambapan udara ini sangat serat sekali.
Sebab bila suhu udara berubah maka kelambapan udara pun turut berubah. Jika suhu udara naik, kelembapan udara akan turun, dan air yang ada di dalam
kertas dilepas. Sehingga kertas menjadi kering dan volumenya menyusut, pada saat inilah terjadi keterangan karena molekul–molekul selulosa saling tarik
menarik pada proses penyusutan ini. Sebaliknya jika suhu udara menurun, maka kelembapan udara akan naik.
Pada saat inilah kertas menyerap uap air yang ada dalam udara, menyebabkan kandungan air dalam kertas bertambah, akibatnya volume kertas memuai dan serat
kertas menjadi kendor. Efek lain dari pengaruh lembab adalah kertas menjadi busuk, berbau apek
dan memberi peluang pada jamur untuk tumbuh dan berkembang dalam berbagai
Universitas Sumatera Utara
tingkat kelembaban udara diatas 70. Pada musim hujan biasanya kelembapan udara lebih tinggi jika dibandingkan dengan musim panas, terutama dalam
ruangan yang ventilasinya kurang baik. Yang dibarengi dengan suhu udara yang tinggi menyebabkan asam yang
ada pada kertas terhidrolisa, sehingga dapat memutus rantai ikatan kimia pada polimer selulosa. Partikel besi yang ada pada kertas dapat bereaksi dengan asam
atau teroksidasi menimbulkan warna coklat pada kertas. Untuk museum, perpustakaan dan arsip, kelembapan udara yang baik
adalah antara 45-60, sedangkan suhu udara antara 20-24 derajat selcius.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah: Temperature dan kelembaban udara yang ideal bagi bahan pustaka adalah
20 -24
C dan 45-60 RH. Satu-satunya cara untuk mendapatkan kondisi seperti ini adalah memasang AC 24 jam sehari selama 7 hari dalam seminggu.
Masalahnya timbul karena tidak semua perpustakaan mampu memasang AC karena biaya operasionalny besar.
Jika AC dipasang hanya setengah hari saja, maka kelembaban akan berubah-rubah, kondisi seperti ini akan mempercepat kerusakan kertas. Jika dalam
suatu perpustakaan sudah terlanjur memasang AC dan dioperasikan hanya setengah hari saja karena pertimbangan biaya, maka sebaiknya AC diatur untuk
mendapatkan temperature 26 -28
C. Hal ini untuk mencegah terjadi fluktuasi temperature yang tinggi pada
siang hari dan malam hari, dan temperature tersebut cukup sejuk bagi manusia dan aman bagi bahan pustaka. Namun demikian jika terjadi temperature dan
kelembaban udara yang tinggi maka untuk mencegah kerusakan bahan pustaka harus dibuat ventilasi yang sempurna. Jika terjadi kelembapan udara yang tinggi,
dapat diturunkan dengan dehumidifier atau silica gel. Dehumidifier digunakan untuk menurunkan kelembaban udara dalam ruangan yang tertutup, sedangkan gel
digunakan untuk menurunkan kelembapan udara dalam lemari. Alat yang dipakai untuk mengukur temperature dan kelembaban udara adalah thermohygrometer,
thermohygrograph dan psychrometer.
3. Debu
Universitas Sumatera Utara
Debu dapat
dengan mudah
masuk ke dalam ruangan perpustakaan melalui jendela, pintu dan pentilasi udara atau lubang-lubang udara yang terdapat
pada perpustakaan tersebut, apabila debu melekat pada kertas maka akan terjadi reaksi kimia yang meninggikan tingkat keasaman pada kertas dan hal ini dapat
menyebabkan kertas mudah lapuk dan rapuh. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah:
Usahakan ruangan perpustakaan selalu dibersihkan setiap hari, dengan demikian bahan pustakakertas terlindungi dari debu, dan diruangan harus
dipasang alat pembersih abu dengan demikian udara-udara yang dapat menimbulkan debu dapat dibersihkan.
2.8.1.2 Kerusakan Oleh Faktor Biotis
Bahan pustaka terdiri atas selulosa, perekat dan protein yang merupakan sumber makanan bagi mahluk hidup seperti jamur, serangga, binatang pengerat.
Walau serangga termasud jenis hewan, namun disini agak dibedakan. Pengertian insekta juga bukan seperti yang di defenisikan dalam biologi. Namun lebih
diartikan sebagai binatang kecil yang umumnya dapat merusak bahan pustaka dan arsip .
Sedangkan yang dimaksud dengan hewan adalah binatang perusak selain sarangga, seperti tikus, kucing, kelelawar, burung dan sebagainya. Lebih dari 70
jenis insekta dikenal sebagai musuh bahan pustaka dan arsip. Diantaranya yang sangat terkenal adalah lipas, kutu buku, dan rayap. Lipas terutama akan memakan
lem dalam buku dan meninggalkan kotoran. Demikian pula dengan kutu buku, selain itu juga membuat lubang pada kertas. Kita sudah begitu mengenal
kerusakan yang disebabkan oleh rayap. Hewan selain insekta merusak buku dan arsip terutama karena kotoran
yang ditinggalkan. Tikus selain meninggalkan kotoran tetapi mengerat bahan tersebut, dibandingkan hewan lain, berbagai jenis jamur dan mikroorganisme lain
tumbuh subur dalam kondisi gelap dan kelembaban udara yang tinggi. Karena memiliki butir hijau daun, jamur dan mikroorganisme lain mengambil karbohidrat
untuk pertumbuhan dari zat organik lain pada kertas. a.
Binatang Pengerat
Universitas Sumatera Utara
Tikus merupakan binatang perusak bahan pustaka yang agak sukar untuk diberantas jenis-jenis tikus dapat digolongkan sebagai berikut: tikus hitam, tikus
coklat, tikus putih, tikus rumah, tikus kelabu. Kertas dan buku yang menjadi sasaran untuk dijadikan sarang, air kencing tikus rumah dapat membahayakan
kesehatan manusia. Dan air kencing tikus dapat membahayakan kesehatan dan mengundang penyakit leptospiral, sejenis penyakit kuning. isolasi listrik yang
terdapat didalam ruangan juga menjadi sasaran tikus dan hal ini dapat menyebabkan kebakaran. Tikus parit membuat sarangnya dibawah foundasi
bangunan. Untuk mengatasi serangan tikus itu perlu diadakan pencegahan, tindakan pencegahan untuk melindungi serangan tikus adalah tempat
penyimpanan harus bersih dan kering. Lubang-lubang yang memungkinkan tikus masuk harus ditutup rapat. Jika
gedung sudah diserang tikus, pembasmian tikus dapat diakukan dengan bahan kimiawi atau racun. Dewasa ini berbagai jenis bahan kimiawi pembasmi tikus
banyak diproduksi orang. b.
Serangga Insek Serangga sangat berbahaya bagi buku dan merupakan ancaman yang
paling potensial, terutama dinegara-negara yang beriklim tropis seperti Indonesia, insek seperti solverfish, kecoa, rayap, kutu buku dan bubuk buku
cacing buku merupakan serangga pemusnah buku yang sudah umum dikenal orang.
Kerusakan yang paling terbesar terjadi ketika serangga hidup pada fase larva. Lingkungan yang lembab, sirkulasi udara kurang, ini merupakan tempat
yang paling ideal bagi serangga, dan biasanya kondisi yang hangat dengan temperatur antara 30
- 35 dan kelembaban diatas 70 RH, serangga jamur
akan meninggalkan noda permanen pada kertas tersebut. 1.
Rayap Sebutan lain untuk rayap adalah semut putih, walaupun sebetulnya rayap
itu bukan semut dan warnanya pun tidak putih. makanan utama rayap adalah kayu, kertas, foto, gambar, rumput dan lain-lain. Rayap mampu memusnahkan
setumpuk bahan pustaka dalam waktu singkat. Rayap sangat terorganisir dengan yang rapuh, selain itu rayap juga bersifat kanibalistik suka makan kawan-
Universitas Sumatera Utara
kawannya yang mati. Berdasarkan tempat tinggalnya rayap dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu: rayap bambu dan rayap kayu.
Rayap dikatakan perusak bahan pustaka yang paling berbahaya karena dapat menghabiskan buku dalam waktu yang singkat. Binatang ini hidup didaerah
tropis dan subtropik seperti indonesia, malaysia dan india. Binatang ini berbadan lunak dan berwarna putih pucat karena bentuknya seperti semut, maka dari itu
binatang ini disebut sebagai semut putih. 2.
Kecoa Kecoa adalah jenis serangga bersayap dan mempunyai tanduk yang
panjang jenisnya bermacam-macam. Jenis-jenis kecoa yang dikenal adalah sebagai berikut:
a Kecoa timur blatta orientalis
b Kecoa amerika periplaneta amerikana
c Kecoa jerman blatta jermania
d Kecoa Australia periplaneta astralia
Kecoa merupakan salah satu penyebab penyakit pers, lepra, kolera, tifus, dan lumpuh anak-anak. Kotoran kecoa yang berupa cairan dapat merusak
keutuhan bahan pustaka. Kecoa senang bermusim ditempat tempat yang gelap, disudut-sudut ruangan, dan lain-lain. Makanan kegemarannya adalah sisa-sisa
makanan, makanan yang busuk, serangga-serangga yang sudah mati, kanji, perekat sampul buku serta kain pada punggung buku. Binatang ini ada dimana-
mana berwarna coklat kehitaman dan berberbau. Mereka mencari makan pada malam hari dan memakan bahan-bahan yang
ada pada buku, terutama sampul dan perekat. kotorannya dapat meninggalkan noda yang sukar dihilangkan.
3. Ikan Perak Silver Fish
Ikan perak mempunyai banyak nama antara lain: silver month, sugar fish slicker dan sugar louse. Serangga ini berbadan ramping, tidak bersayap, berwarna
abu-abu. Serangga ini lebih aktif dimalam hari telurnya diletakkan ditempat- tempat yang gelap.
Setelah dua minggu apabila kondisi lingkungan mendukung maka telur akan menetas. Binatang ini berbentuk kerucut, hidup pada malam hari dan larinya
sangat cepat, species yang umum terdapat di museum, diperpustakaan dan arsip
Universitas Sumatera Utara
adalah lapisma saccaharna L dan thermobia aegyptiaca L. Terdapat dimana-mana terutama dalam gedung, pada sudut sudut yang gelap dan lembab. Insek ini
merusak buku karena memakan permukaan kertas dan perekat sehingga merusak jilid dan sampul buku.
4. Kutu Buku book lice
Bentuk jenis serangga ini sangat kecil sehingga sering disebut kutu buku, binatang ini berwarna abu-abu atau putih, badannya lunak dan kepalanya realatif
besar dan giginya sangat kuat, binatang ini jarang terdapat pada buku yang sering digunakan dan baru akan kelihatan kalau populasinya sudah banyak, mereka
memakan permukaan kertas dan perekat, species yang paling umum adalah lipocellis divinations. Jenis serangga ini memang sangat rakus terhadap kertas,
permukaan kertas selalu dikikisnya sehingga huruf-hurufnya hilang, disamping itu, kutu buku menghancurkan selulosa. Perusak kertas dilakukan oleh larvanya,
jenis serangga ini sangat sukar untuk diberantas. Jenis-jenis kutu buku yang dikenal adalah:
a Lipocelisdivinatorium
b Trogiumpulsatorum
c pesocceptropusmacrops
d pesyllopsocus
e dorypetrix
f lachessilla
g lepinotus
h Ectopsocus
i Archipsocus.
5. Bubuk buku cacing buku, cacing worm
Binatang ini sangat merusak buku karena memakan hampir semua material yang ada pada buku, cacing ini bertelur pada buku. Mereka bertelur pada
permukaan kertas atau disela-sela kertas dekat pada buku dan menghasilkan larva yang sangat berbahaya pada buku. Kerusakan yang ditimbulkan oleh larva adalah
buku menjadi berlubang-lubang karena larva memakan kertas pada waktu mereka mencari jalan keluar sehingga jalan yang dibuatnya menyerupai terowongan.
c. Jamur
Universitas Sumatera Utara
Jamur fungi merupakan mikroorganisme yang tidak berkrorofil. Untuk memperoleh makanan harus mengambil dari sumber kehidupan lain parasit
ataupun dari benda mati saprofit. Jamur berkembang biak dengan spora, dapat menyebar diudara dan apabila menemukan lingkungan yang cocok maka spora
tersebut akan berkembang biak, kertas merupakan tempat yang ideal bagi perkembangan spora, terutama lingkungan yang mempunyai kelembaban tinggi.
Jamur yang dapat merusak bahan pustaka ini bukanlah jenis jamur yang biasa dibuat soup dan bisa kita makan, tetapi jenis jamur yang lazim bisa kita lihat
pada pakaian, kertas, atau benda-benda yang lain. Jamur jenis ini akan membiak dengan luluasa jika benda tersebut terkena kotoran, debu, serta tingkat
kelembaban tinggi yaitu 80 ke atas, dengan temperature diatas 21 C.
Jamur tersebut memproduksi beberapa macam bahan organik seperti asam iksalat, asam forminat, dan asam sirat yang menyebabkan kertas menjadi asam,
lembut dan rapuh. jamur ini juga merusak perekat-perekat yang ada pada kertas sehinga mengurangi daya rekatnya dan merusak tintanya dan menyebabkan
tulisannya tidak bisa dibaca lagi. Jamur yang menempel pada bahan pustaka bisa membuat bahan pustaka lengket satu sama lain, sehingga kertas sobek jika dibuka,
kita bisa lihat misalnya: mula mula kertas berwarna putih, kemudian berubah menjadi biru, dan akhirnya warna biru itu menjadi hitam. Pada tingkat demikian,
kertas sukar diperbaiki, jamur sukar dihilangkan. Jamur mempunyai akar dporangiophores yang mengeluarkan enzim
yang dapat larut dalam substansi seperti tepung dan selulosa, Jika punggung buku kena air atau lembab, tumbuh jamur dengan warna putih jamur ini bisa
dibersihkan dengan alkohol, dan tidak akan tumbuh lagi.
2.8.1.3 Kerusakan Oleh Faktor Manusia
Manusia dapat bertindak sebagai penyayang buku tetapi bisa juga menjadi perusak buku yang hebat. Berdasarkan kenyataan yang ada kerusakan buku terjadi
Karena ulah manusia misalnya pembaca buku diperpustakaan sengaja merobek bagian bagian tertentu dari sebuah buku, misalnya diambil gambarnya, tabelnya
dan tabel-tabel statistiknya. Kadang-kadang pengguna perpustakaan sengaja atau tidak sengaja membuat lipatan sebagai tanda batas baca, melipat untuk batas foto
Universitas Sumatera Utara
copyan, mencoret-coret dengan menggunakan tinta permanen yang dapat merusak tulisan pada buku tersebut. Sebagai akibatnya perekat yang mengelem punggung
buku untuk memper kokoh penjidan terlepas sehingga lembaran-lembaran buku akan terpisah dari jilidannya, kecerobohan lain, misalnya sehabis makan tidak
membersihkan tangan dahulu langsung memegang buku dan menyebabkan buku menjadi kotor, apabila buku dipegang dengan tangan kotor atau berminyak buku
akan bernoda. Kotoran yang melekat pada tangan akan berpindah pada buku, penempatan buku yang terlalu padat dirak akan menyebabkan punggung dan
sampulnya menjadi rusak. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan oleh pustakawan.
Kerusakan justru sering disebabkan oleh pustakawan sendiri yang sehari- hari bergelimang dengan buku. Petugas perpustakaan yang tidak memiliki rasa
sayang terhadap buku, tidak pernah belajar bagaimana melestarikan dan merawat buku bisa membuat kesalahan yang sangat fatal. Seperti contoh di atas kita harus
tahu bagaimana menempatkan buku di rak. Mengambil buku dari rak atau menempatkan buku kembali ke dalam rak, rak hendaknya jangan di isi terlalu
penuh cukup hanya 80 saja. Kemudian pada rak pengangkut, buku juga tidak boleh ditimpa terlalu banyak.
2.8.1.4 Kerusakan Oleh Faktor Bencana Alam
Bencana alam seperti banjir dan kebakaran seperti kebakaran dan banjir, dapat mengakibatkan kerusakan yang sangat fatal terhadap bahan pustaka dalam
jumlah yang sangat besar dan dalam waktu yang relatif singkat. Oleh Karena pustakawan diharapkan mampu menekan sekecil mungkin akibat dari bencana
alam tersebut. Untuk menanggulangi bahaya api maka faktor yang perlu diperhatikan
adalah antara lain adalah: 1.
Alat-alat dalam gedung digunakan yang tahan api 2.
Perlu dipersiapkan alat pemadam kebakaran 3.
Dilarang merokok didalam ruangan perpustakan 4.
Pemakaian listrik harus hati hati.
Universitas Sumatera Utara
Bahaya banjir merupakan musibah yang sering melanda beberapa tempat di Indonesia. Bahan pustaka yang rusak oleh air harus diperbaiki dengan cara di
keringkan dan dianginkan. Dan kebakaran jangan sampai terjadi, meletakan buku dengan posisi yang kurang baik atau mengambil buku dengan cara yang salah
dapat menimbulkan kerusakan seperti buku sobek dan terlipat-lipat, sedangkan kesalahan dalam pelaksanaan konservasi dan restorasi dapat menyebabkan
perubahan warna, kertas menjadi rapuh dan timbul noda. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan konservasi dan restorasi harus di dahului dengan penelitian
eksperiment untuk meyakinkan bahwa cara–cara yang akan kita tempuh dapat di pertanggung jawabkan tidak akan merusak kertas.
2.8.2 Kegiatan Perawatan Bahan Pustaka Monograf
Sebagai pustakawan kita harus dapat memperbaiki dokumen yang rusak, baik itu kerusakan kecil maupun kerusakan yang berat. Perpustakaan sebaiknya
memiliki ruangan khusus untuk melakukan pekerjaan ini. Menambal buku berlubang karena larva kutu buku atau sebab lainnya,
menyambung kertas yang robek, atau menambal halaman buku yang koyak adalah pekerjaan yang mesti dapat dikerjakan.
Mengganti sampul buku yang rusak total, menjilid kembali, atau mengencangkan penjilidan yang kendur adalah pekerjaan yang harus dikuasai
oleh restaurator. Berbagai macam kerusakan yang lain yang mungkin terjadi, tidak boleh ditolak oleh bagian pelestarian ini. Bahan-bahan yang diperlukan,
serta cara mengerjakan perbaikan ini akan dijelaskan.
DAFTAR PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PERAWATAN KOLEKSI :
Penggaris baja yang panjang
Cutter
Persegi panjang
Pemotong karton
Pencil
Penghapus plastik putih
Universitas Sumatera Utara
Pad pembersih dokumen
Timbangan
Sikat halus debu
Penyedot debu
Penyimpanan Map
Tissue pembersih Lensa
PVA bahan perekat
Pasta selulosa metil
Penjepit datar
Penjepit catatan
Box ringan
Pengering tinta
Polyetar film
Pembersih debu
Minyak kayu putih
Air
Cotton wall
Kaca pembesar
Botol penyemprot
Gunting
2.8.2.1 Pencegah Kerusakan
1. Pencegahan kerusakan bahan pustaka terutama bertujuan agar ;
a. Koleksi dalam keadaan baik dan dapat terhindar dari penyakit
maupun kerusakan lainnya b.
Kelestarian fisik bahan pustaka terjaga c.
Kelestarian informasi yang terkandung dalam bahan pustaka tersebut dapat terjaga
d. Koleksi yang terkena penyakit, misalnya terkena jamur dapat
diobati, yang terkena kerusakan kecil dapat diperbaiki e.
Kerusakan yang lebih hebat dapat dihindarkan. Koleksi yang dimakan oleh serangga atau dirusak binatang mengerat dapat
diselamatkan.
f. Pustakawan atau pegawai yang bekerja di perpustakaan sadar
bahwa bahan pustaka bersifat rawan kerusakan g.
Para pemakai terdidik untuk berhati-hati dalam menggunakan buku, serta ikut menjaga keselamatannya
h. Semua pihak baik petugas perpustakaan maupun pemakai
perpustakaan selalu menjaga kebersihan lingkungan
2. pencegahan kerusakan bahan pustaka yang dilakukan sejak dini merupakan tindakan yang lebih baik dan lebih tepat dari pada
Universitas Sumatera Utara
melakukan perbaikan bahan pustaka yang telah parah keadaannya. Pencegahan itu dapat dilakukan dengan cara-cara berikut :
a. Mencegah kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh manusia
b. Kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh tikus
c. Kerusakan yang disebabkan oleh serangga
d. Mencegah kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh jamur
e. Kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh banjir
f. Kerusakan yang disebabkan oleh kebakaran
g. Kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh debu
h. Mencegah kerusakan sampul buku
i. Mencegah kerusakan pada punggung buku
j. Mencegah kerusakan pada engsel buku
k. Mencegah kerusakan pada jilidan
l. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena lembaran yang terlepas
m. mencegah kerusakan bahan pustaka karena penyobekan halaman
atau pengambilan gambar.
2.8.2.2. Memutihkan Kertas
Noda yang terdapat pada kertas selain terkesan kotor, juga menimbulkan karat dan karat dapat menyebabkan jamur tumbuh dan berkembang
biak. Pembersihan dilakukan untuk meghilangkan noda yang terjadi dan sedapat mungkin mengembangkan pada kondisi semula. Pembersihan yang akan
dilakukan bergantung pada jenis kotoran dan keadaan bahannya. Kertas yang terkena debu atau lumpur akan berwarna kecoklatan. Ini dapat diputihkan dengan
menggunakan berbagai zat kimia, karena memutihkan juga dikatakan sebagai menghilangkan noda, seperti :
1. Chloromine T
Chloromine T 2,5 dilarutkan ke dalam air, kertas yang akan diputihkan diletakkan di atas kertas penyerap, kemudian diolesi dengan larutan di atas. Cara
ini dapat diulang sampai noda atau warna putih yang dikehendaki tercapai. Keuntungan penggunaan zat ini adalah tidak meninggalkan residu yang berbahaya
pada kertas.
2. Gas Chlorodioksida
Penggunaan gas untuk memutihkan bahan cetakan cukup baik. Seperti pada Chloromine T, gas ini dilarutkan di dalam air dengan cara mengalirkannya.
Kertas yang akan diputihkan dicelupkan ke dalam larutan selama 5 menit kemudian diangkat. Agar kertas tidak robek, dapat dibantu penyangga kaca.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian dimasukkan ke air bersih untuk membilas larutan gas Chlorodioksida yang masih menempel di kertas. Tes dahulu apakah tintanya luntur atau tidak.
Kalau kertasnya luntur, hanya pada titik noda saja yang diputihkan dengan kuas.
3. Natrium Chlorida
Cara membuatnya ialah dengan mengambil 20 gram NaCl dan dimasukkan ke dalam 3 liter air pada suatu bejana. Kemudian tambahkan 75 ml formaldehida
40. Rendam kertas yang akan diputihkan sampai noda hilang atau tingkat keputihan yang dikehendaki tercapai. Dengan bantuan kaca, ambil lembaran
kertas tadi dan bilas dalam air bersih, agar residu zat pemutihnya hilang.
4. Potasium Permanganate
Bahan yang dipergunakan adalah KMnO4 0,5-5 dilarutkan ke dalam air. Lembaran yang akan diputihkan direndam di dalamnya selama 5 menit. Kemudian
dimasukkan pada bak kedua yang telah diisi air dengan larutan natrium tiosulfat 5 untuk menghilangkan warna coklat larutan KMnO4. Selanjutnya kertas
dimasukkan ke dalam air bersih untuk menghilangkan residunya.
5. Natrium Hipochlorite
Bahan ini bereaksi sangat lambat, karena itu baik untuk kertas. Tetapi kita harus selalu memperhatikan pH yaitu 11. Untuk mendapatkan pH yang
dikehendaki perlu dipakai larutan penyangga. Tanpa larutan penyangga, pH akan menurun kadarnya naik. Pakailah larutan penyangga sehingga pH tidak turun
melampaui angka 7.
6. Hidrogen Peroksida
Bahan ini bereaksi cepat, biasanya disimpan dalam konsentrasi 30 di dalam botol atau dalam kaleng tertutup. Bahan ini tidak tahan terhadap sinar
matahari, kadarnya akan turun jika terkena sinar matahari, karena itu harus disimpan di tempat yang gelap. Sebaiknya kertas yang akan diputihkan sudah
diturunkan kadar keasamannya. Hidrogen peroksida 30 dibuat H2O2 5-10 dengan ditambah amoniak sampai pH-nya antara 9,5-10,5. Masukkan kertas yang
akan diputihkan ke dalam larutan tersebut sampai tingkat keputihan yang dikehendaki tercapai. Setelah cukup, angkat kertas tersebut dan bersihkan dengan
air bersih dengan merendamnya selama 30 menit.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian dianginkan sampai kering, Pemutihan kertas ini lebih bersifat sekedar menghilangkan noda pada kertas daripada memutihkan lembaran buku
yang sudah ditulisi, baik tulisan cetak, maupun tulisan tangan. Tetapi kalau memang dianggap sangat perlu, dapat juga seluruh halaman dari suatu buku
diputihkan.
2.8.3 Perbaikan Restorasi
Perbaikan untuk koleksi yang bernilai tinggi umumnya hanya dikerjakan oleh petugas yang ahli. Kerusakan yang kecil dapat diperbaiki dengan
menggunakan cara yang aman dan benar, tidak semua bahan pustaka yang rusak diperbaiki dengan tingkat perhatian yang sama, faktor ekonomi jiga berbicara
dalam hal ini. Karena bahan pustaka baik berupa buku, naskah maupun dokumen
mempunyai warisan seni, pendidikan, sejarah dan kebudayaan, selain itu bahan pustaka merupakan sumber informasi bagi kebutuhan riset, sekolah dan lain lain.
Perbaikan buku menurut Carolyn Marrow
Perawatan buku yang aktif dan terorganisasi dengan baik merupakan aktivasi perawatan penting dalam perpustakaan karena ada penurunan tajam pada kualitas
pembuatan buku khususnya kualitas kertas dan penjidan. Peralatan yang digunakan untuk perbaikan adalah:
A. Peralatan sederhana dan tidak terlalu mahal:
1. Tempat penyimpanan map
2. Pemotong kertas atau karton
3. Gunting
4. Sikat
B. peralatan yang mahal dan memakan tempat:
standing-pres atau board shears.
2.8.3.1. Menambal Kertas
Menambal adalah menutup bagian bahan pustaka yang berlubang dengan kertas jepang, kertas ”hand made”, bubur kertas plup atau kertas tissue
berperekat. Bahan perekat yang digunakan adalah campuran perekat kanji dengan CMC atau MC atau bisa juga dibantu dengan menggunakan alat ”tacking iron”.
a. Menambal dengan menggunakan kertas
Universitas Sumatera Utara
b. Menambal dengan menggunakan bubur kertas
c. Menambal dengan menggunkan mesin leaf caster
d. Menambal dengan menggunakan tissue berperekat.
2.8.3.2 . Menyambung
Menyambung dilakukan untuk merekatkan bagian yang sobek patah, atau lemah karena lipatan biasanya diperkuat dengan potongan kertas dari jenis
tertentu, agar bagian yang sobek tidak terlalu lebar. Menyambung juga dapat digunakan dengan mengunakan kertas jepang,
kertas “hand made”, bubur kertas dengan perekat kanji dan CMC. Proses menyambung dilakukan dengan hampir sama dengan proses menambal.
a. Menyambung dengan menggunakan potongan kertas
1. Siapkan kertas yang akan dipakai untuk memperkuat sambungan
2. Letakkan penggaris logam di atas kertas penyambung searah serat
kertas 3.
Tarik garis sepanjang tepi penggaris dengan menggunakan treckpen yang telah dicelupkan dengan air
4. Kertas dilipat menggunakan tulang pelipat
5. Kertas ditarik dengan hati-hati menurut garis yang basah
6. Rapatkan kertas dengan hati hati, oleskan kertas penyambung
kemudian letakkan diatas bagian yang sobek dan tekan dengan hati hati
7. Usahakan untuk meletaskkan kertas diantara dua lembar kertas diatas
kertas penyerap dan letakkan dibawah pemberat. Seteah kering potong bagian yang berlebih.
b. Menyambung dengan menggunakan kertas tissue
1. Siapkan kertas dan kertas tissue yang akan digunakan untuk
menyambung 2.
Letakkan penggaris logam, tarik garis penggaris sepanjang tepi penggaris dengan menggunakan treckpen yang telah dicelupkan
dengan air 3.
Kertas dilipat kertas menggunakan tulang pelipat 4.
Kertas ditarik dengan hati-hati menurut garis yang basah
Universitas Sumatera Utara
5. Rapatkan kertas dengan hati-hati, oleskan kertas penyambung
kemudian letakkan diatas bagian yang sobek dan tekan dengan hati-hati
6. Letakkan bagian yang disambung dengan diantara dua lembar
kertas penyerap dan diatasnya diberi pemberat 7.
Setelah kering potong bagian kertas yang berlebih.
2.8.3.3 Enkapsulasi
Enkapsulasi adalah salah satu cara melindungi kertas dari salah kerusakan yang bersifat fisik, misalnya: rapuh karena umur, pengaruh asam, keren dimakan
serangga, kesalahan penyimpanan dan sebagainya. Pada umumnya kertas yang akan di enkapsulasi adalah berupa kertas lembaran seperti naskah kuno, peta,
poster, dan sebagainya yang umumnya adalah rapuh dan harus dilindungi. Pada enkapsulasi setiap lembar kertas diapit dengan cara menempatkannya
diantara dua lembar plastik yang transparan, jadi tulisannya tetap dapat dibaca dari luar, pinggiran plastik tersebut, ditempeli lem atau double slided tipe tadi,
sehingga bahan pustaka tersebut tidak terlepas. Enkapsulasi mirip dengan menempatkan bahan pustaka pada amplop yang terbut dari plastik. Tetapi dalam
enkapsulasi tidak ada udara didalamnya seperti pada amplop.
2.8.3.4. Laminasi
Laminasi artinya melapisi bahan pustaka dengan kertas khusus, agar bahan pustaka menjadi lebih awet. Proses keasamaan yang terjadi pada kertas atau bahan
pustaka dapat dihentikan oleh pelapis bahan pustaka yang terdiri dari film oplas, kertas cromton atau kertas pelapis lainnya. Pelapis bahan pustaka ini menahan
polusi atau debu yang menempel dibahas pustaka sehingga tidak beroksidasi dengan pollutant.
Proses laminasi biasanya digunakan untuk kertas yang sudah tidak dapat diperbaiki dengan cara lain misalnya seperti menambal, menjilid, menyambung
dan sebagainya. Biasanya kertas atau bahan pustaka yang dilaminasi adalah yang sudah tua dan berwarna kuning kecoklatan.
Universitas Sumatera Utara
Setelah kita tetapkan bahwa sebuah bahan pustaka perlu kita awetkan karena memiliki nilai sejarah atau nilai budaya yang sangat penting, disamping itu
sistem perawatan bahan pustaka laminasi ini dapat dikatakan sebagai kegiatan arsip dokumen, maka bahan pustaka tersebut kita laminasi.
Dokumen yang telah dihilangkan atau dikurangi tingkat keasamannya diatas kita awetkan dengan cara laminasi. Ada dua cara laminasi yaitu dengan cara mesin dan
cara manual. 1.
Laminasi mesin Laminasi dengan cara mesin juga dibagi menjadi dua yaitu:
a. Laminasi mesin dengan cara dingin
Laminasi mesin dengan cara dingin adalah melapisi kedua sisi kertas dengan bahan yang disebut: film oplas, film ini di impor dari jerman film oplas ini
mengandung lem, dapat membukanya kembali dengan cara membasahinya dengan air.
Dua buah rol film oplas kita pasang pada sebuah mesin penggerak, diatas dan dibawah bahan pustaka. Petugas laminasi memasukkan kertas yang akan
dilaminasi diantara kedua film oplas tersebut seperti kalau kita memasukkan kertas yang akan dikirim melalui faximile, atau mesin pembuat transparansi film
untuk OHP. Dua rol film oplas itu bertemu dengan permukan kertas yang akan dilaminasi. Seolah kedua film tersebut menelan bahan pustaka penting tadi dan
memuntahkannya dibagian belakang mesin yang bergantung dengan antara satu bahan pustaka dengan yang lainnya. Kemudian dipotong satu persatu dan dijilid
atau disusun menurut nomor berurutan sesuai dengan urutan aslinya. Teknik memasukkan bahan pustaka diantara dua film oplas harus diperhatikan agar tidak
terjadi adanya gelembung udara antara bahan pustaka dan pelapis. Mengingat harganya yang mahal, harus dipertimbangkan dengan benar
apakah bahan pustaka layak untuk dilaminasi kalau tidak memiliki sendiri alat laminasi itu, perpustakaan dapat melakukan kerja sama. Atau diserahkan pada
perusahaan komersial, diIndonesia yang memiliki peralatan ini adalah arsip nasional republik indonesia.
b. Laminasi mesin dengan cara panas
Laminasi dengan cara panas menggunakan kertas kromton untuk melapisi kedua sisi bahan pustaka. Kertas dipanaskan antara 70 sampai dengan 90 derajat
Universitas Sumatera Utara
celcius, agar kertas cromtom tersebut dapat menempel pada bahan pustaka. Cara kerjanya juga seperti pada cara dingin, hanya kalau pelapisannya mau dilepaskan
dari bahan pustaka, kita bisa mengggunakan aceton, dan bahan pustaka aslinya bisa kita dapatkan lagi.
Dalam melaminasi bahan pustaka kita tidak boleh sembarangan. Harus dipikirkan bagaimana caranya agar bahan pustaka tidak menjadi rusak oleh
bahan pelapis. Pada laminasi ”paten” kertas pelapis tidak bisa dibuang tanpa meninggalkan bekas-bekas kerusakan pada bahan pustaka.
2. Laminasi dengan manual
Cara ini dikerjakan dengan menggunakan kertas laminasi yang kita import khusus dari luar negri. Bahan ini belum diproduksi di Indonesia. Cara
penggunaannya, kita letakkan kertas laminasi dimeja yang diberikan alas, kemudian bahan pustaka diletakkan diatasnya.
Sesudah itu diletakkan kertas laminasi lagi kemudian oleskan aceton dengan menggunakan kuas. Usahakan jangan sampai ada gelembung udara ada
diantara kertas pelapis dan bahan pustaka. Jangan terlalu menekan keras, Sebab bisa merobek kertas pelapis bahan pustakanya. Kemudian dikeringkan, setelah
kering maka pinggang nya digunting dengan rapi. Dokumen akan menjadi rapi dan lebih awet, udara tidak akan mengganggu zat kimia yang terdapat pada
kertas sehingga proses keasamaannya terhenti. Biaya untuk laminasi cukup mahal, Satu halaman folio bisa mencapai
Rp.1000,-karena itu kalau memang tidak sangat penting tidak perlu diadakan laminasi, tetapi cukup dengan cara enkapsulasi yang cukup hanya menggunakan
plastik biasa dan double slide tipe, tatapi bahan yang baik adalah plastik estralon.
2.8.3.5. Mengganti Halaman Yang Robek
Halaman yang robek dan robekannya tidak dapat diperbaiki dengan menambal, atau sudah hilang, harus diganti dengan membuatkan foto copynya.
Foto copy tersebut dipotong sesuai dengan luas halaman buku. Kemudian disisipkan dan ditempelkan dengan lem secara hati-hati pada bagian yang hilang.
Karena penyisipan di lakukan pada buku yang terjilid, ada kemungkinan terjadi kelebihan lebar halaman tambahan tersebut. Untuk itu kelebihan perlu dipotong,
Universitas Sumatera Utara
agar tidak perlu memotong pada akhir pekerjaan, sebaiknya kertas yang akan disisipkan dikurangi lebarnya pada bagian yang akan ditempelkan. Sedangkan
waktu menyisipkannya pinggiran kertas diratakan dengan kertas halaman buku yang ada. Ini lebih mudah dan hasil akhir bisa rata, karena sudah disesuaikan
dengan ukurannya.
2.8.3.6. Mengencangkan Benang Jilidan Yang Kendur
Kalau masih belum terlalu parah, kita cukup mengencangkan benang yang menjadi longgar dengan menariknya. Dengan jarum benang kita jahit dan matikan
benang yang longgar tadi. Kalau sudah terlalu parah bukalah kertas pelindung dan sampul buku,
lihat benangnya, kencangkan yang longgar, sambung yang putus, atau ganti benang dengan menjilidnya lagi. Setelah itu, pasanglah lembar pelindung dan
sampulnya lagi. Kalau ada yang rusak waktu dibongkar tadi, maka gantilah dengan lembar pelindung yang baru.
Memperbaiki punggung buku, engsel, atau sampul buku yang rusak. Dengan alat-alat penjilidan yang sederhana, berbagai kerusakan di atas dapat
diperbaiki. Seperti pada perbaikan benang jilidan diatas, maka kerusakan punggung buku, engsel buku dan sampul buku harus di lakukan dengan
membongkar buku yang rusak itu, kemudian perbaiki atau menggantinya dengan yang baru.
2.8.3.7. Alih Bentuk
Alih bentuk atau backup ke media lain misalnya dengan microfilmmikrofis merupakan usaha lain dalam melestararikan koleksi. Bahan
pustaka yang terbuat dari jenis yang kurang baik dapat segera di film kan untuk melestarikan informasinya serta memudahkan pemakai dan penyebarannya.
Pemakai cukup menggunakan copy film atau microfis, sehingga bahan asli dapat dilestarikan sebaik baiknya dan dapat pula segera dikeluarkan dari koleksi bila
kurang bernilai historis tinggi. Dalam hal terakhir ini nilai informasi lebih tinggi dibanding dengan nilai historis fisik dokument tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Pemakaian teknologi baru terutama dalam image procesing akan banyak menolong pelestarian koleksi. Namun yang pasti dengan mulai dipakainya media
baru hasil teknology, berarti media tersebut perlu penanganan mulai dipakainya media baru hasil teknologi, berarti medi tersebut perlu penanganan secara tepat
seperti juga kertas, agar kelestariannya dapat dipertahankan. Dalam hal ini pustakawan dan petugas arsip dituntun untuk selalu memahami dan dapat
menangani teknologi baru dengan benar sesuai dengan yang diingankan dan dibutuhkan oleh perpustakaan.
2.8.3.8 Fumigasi
Fumigasi adalah salah satu cara melestarikan bahan pustaka dengan cara mengasapi bahan pustaka agar jamur tidak tumbuh, binatang bermatian dan
perusak bahan pustaka lainnya terbunuh. Fumigasi dilaksanakan dengan pembakaran atau penguapan zat kimia yang mengandung racun. Uap atau asap zat
kimia tersebut dapat membunuh serangga, jamur atau kuman-kuman yang menyerang buku, dokumen akan menjadi steril dengan menggunakan bahan kimia
fumigant. Dengan demikian kerusakan bahan pustaka lebih lanjut dapat dicegah atau
dihindari kuman, jamur, serangga perusak lebih lanjut dapat dicegah dan dihindari. Kuman jamur, serangga perusak bahan pustaka lain terbunuh, bau
busuk yang timbul dari bahan pustaka yang rusak atau hilang karena tidak steril. Begitu pula dengan bibit penyakit yang mungkin timbul karena berbagai perusak
bahan pustaka bisa dimusnahkan.
a. Bahan Kimia Yang Digunakan Fumigasi
Fumigasi dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia, misalnya carbon disulfit CS
2
, karbon tetra chloride CC1
1
, methyl bromide CH
3
Br, thymol christal dan naptaline. Penggunan masing-masing bahan kimia ini
disesuaikan dengan luas ruangan yang dimiliki dan jumlah bahan yang akan di fumigasi. Yang perlu dipersiapkan sebelum dilakukan fumigasi adalah ruangan,
peralatan dan bahan yang akan di fumigasi. Persiapan ini adalah dengan membuka bahan pustaka atau menengkurapkan bahan pustaka sedemikian rupa
sehingga setiap lembar kertas dapat terkena gas pembasmi hama secara merata.
Universitas Sumatera Utara
Bahan bahan kimia yang akan digunakan harus sesuai dengan jenis serta jumlah bahan yang diproses. Beberapa jenis bahan kimia yang digunakan untuk
proses fumigasi adalah sebagai berikut: a. Hydrocianide, b. Carbon disulphide, c. Methyl bromide, d. Ethylene dibromide, e. Ethylene oxide,
f. Sulphur fluoride, g. Campuran ethylene oxide carbon dioxide, h. Kristal parad chlorobenzene i. Kristal thymol, j. Kiolopera. Tidak satupun bahan
kimia dipakai tanpa alat-alat pengaman, atau tanpa suvervisi oleh orangnya yang berpengalaman atau berpendidikan dalam bidang ini.
b. Bahan yang difumigasi