Enkapsulasi Laminasi Perbaikan Restorasi

5. Rapatkan kertas dengan hati-hati, oleskan kertas penyambung kemudian letakkan diatas bagian yang sobek dan tekan dengan hati-hati 6. Letakkan bagian yang disambung dengan diantara dua lembar kertas penyerap dan diatasnya diberi pemberat 7. Setelah kering potong bagian kertas yang berlebih.

2.8.3.3 Enkapsulasi

Enkapsulasi adalah salah satu cara melindungi kertas dari salah kerusakan yang bersifat fisik, misalnya: rapuh karena umur, pengaruh asam, keren dimakan serangga, kesalahan penyimpanan dan sebagainya. Pada umumnya kertas yang akan di enkapsulasi adalah berupa kertas lembaran seperti naskah kuno, peta, poster, dan sebagainya yang umumnya adalah rapuh dan harus dilindungi. Pada enkapsulasi setiap lembar kertas diapit dengan cara menempatkannya diantara dua lembar plastik yang transparan, jadi tulisannya tetap dapat dibaca dari luar, pinggiran plastik tersebut, ditempeli lem atau double slided tipe tadi, sehingga bahan pustaka tersebut tidak terlepas. Enkapsulasi mirip dengan menempatkan bahan pustaka pada amplop yang terbut dari plastik. Tetapi dalam enkapsulasi tidak ada udara didalamnya seperti pada amplop.

2.8.3.4. Laminasi

Laminasi artinya melapisi bahan pustaka dengan kertas khusus, agar bahan pustaka menjadi lebih awet. Proses keasamaan yang terjadi pada kertas atau bahan pustaka dapat dihentikan oleh pelapis bahan pustaka yang terdiri dari film oplas, kertas cromton atau kertas pelapis lainnya. Pelapis bahan pustaka ini menahan polusi atau debu yang menempel dibahas pustaka sehingga tidak beroksidasi dengan pollutant. Proses laminasi biasanya digunakan untuk kertas yang sudah tidak dapat diperbaiki dengan cara lain misalnya seperti menambal, menjilid, menyambung dan sebagainya. Biasanya kertas atau bahan pustaka yang dilaminasi adalah yang sudah tua dan berwarna kuning kecoklatan. Universitas Sumatera Utara Setelah kita tetapkan bahwa sebuah bahan pustaka perlu kita awetkan karena memiliki nilai sejarah atau nilai budaya yang sangat penting, disamping itu sistem perawatan bahan pustaka laminasi ini dapat dikatakan sebagai kegiatan arsip dokumen, maka bahan pustaka tersebut kita laminasi. Dokumen yang telah dihilangkan atau dikurangi tingkat keasamannya diatas kita awetkan dengan cara laminasi. Ada dua cara laminasi yaitu dengan cara mesin dan cara manual. 1. Laminasi mesin Laminasi dengan cara mesin juga dibagi menjadi dua yaitu: a. Laminasi mesin dengan cara dingin Laminasi mesin dengan cara dingin adalah melapisi kedua sisi kertas dengan bahan yang disebut: film oplas, film ini di impor dari jerman film oplas ini mengandung lem, dapat membukanya kembali dengan cara membasahinya dengan air. Dua buah rol film oplas kita pasang pada sebuah mesin penggerak, diatas dan dibawah bahan pustaka. Petugas laminasi memasukkan kertas yang akan dilaminasi diantara kedua film oplas tersebut seperti kalau kita memasukkan kertas yang akan dikirim melalui faximile, atau mesin pembuat transparansi film untuk OHP. Dua rol film oplas itu bertemu dengan permukan kertas yang akan dilaminasi. Seolah kedua film tersebut menelan bahan pustaka penting tadi dan memuntahkannya dibagian belakang mesin yang bergantung dengan antara satu bahan pustaka dengan yang lainnya. Kemudian dipotong satu persatu dan dijilid atau disusun menurut nomor berurutan sesuai dengan urutan aslinya. Teknik memasukkan bahan pustaka diantara dua film oplas harus diperhatikan agar tidak terjadi adanya gelembung udara antara bahan pustaka dan pelapis. Mengingat harganya yang mahal, harus dipertimbangkan dengan benar apakah bahan pustaka layak untuk dilaminasi kalau tidak memiliki sendiri alat laminasi itu, perpustakaan dapat melakukan kerja sama. Atau diserahkan pada perusahaan komersial, diIndonesia yang memiliki peralatan ini adalah arsip nasional republik indonesia. b. Laminasi mesin dengan cara panas Laminasi dengan cara panas menggunakan kertas kromton untuk melapisi kedua sisi bahan pustaka. Kertas dipanaskan antara 70 sampai dengan 90 derajat Universitas Sumatera Utara celcius, agar kertas cromtom tersebut dapat menempel pada bahan pustaka. Cara kerjanya juga seperti pada cara dingin, hanya kalau pelapisannya mau dilepaskan dari bahan pustaka, kita bisa mengggunakan aceton, dan bahan pustaka aslinya bisa kita dapatkan lagi. Dalam melaminasi bahan pustaka kita tidak boleh sembarangan. Harus dipikirkan bagaimana caranya agar bahan pustaka tidak menjadi rusak oleh bahan pelapis. Pada laminasi ”paten” kertas pelapis tidak bisa dibuang tanpa meninggalkan bekas-bekas kerusakan pada bahan pustaka. 2. Laminasi dengan manual Cara ini dikerjakan dengan menggunakan kertas laminasi yang kita import khusus dari luar negri. Bahan ini belum diproduksi di Indonesia. Cara penggunaannya, kita letakkan kertas laminasi dimeja yang diberikan alas, kemudian bahan pustaka diletakkan diatasnya. Sesudah itu diletakkan kertas laminasi lagi kemudian oleskan aceton dengan menggunakan kuas. Usahakan jangan sampai ada gelembung udara ada diantara kertas pelapis dan bahan pustaka. Jangan terlalu menekan keras, Sebab bisa merobek kertas pelapis bahan pustakanya. Kemudian dikeringkan, setelah kering maka pinggang nya digunting dengan rapi. Dokumen akan menjadi rapi dan lebih awet, udara tidak akan mengganggu zat kimia yang terdapat pada kertas sehingga proses keasamaannya terhenti. Biaya untuk laminasi cukup mahal, Satu halaman folio bisa mencapai Rp.1000,-karena itu kalau memang tidak sangat penting tidak perlu diadakan laminasi, tetapi cukup dengan cara enkapsulasi yang cukup hanya menggunakan plastik biasa dan double slide tipe, tatapi bahan yang baik adalah plastik estralon.

2.8.3.5. Mengganti Halaman Yang Robek