157
WAKAF : Pengaturan dan Tata Kelola yang Efekif
dikelola melalui penunjukan resmi kepada seorang nazhir yang berperan sebagai pemangku amanah dalam pengelolan dan pengembangan harta
wakaf di masanya. Sehingga, sentralisasi lembaga ini diperlukan sebagai wujud penguatan regulasi kelembagaan wakaf dengan berbagai target tujuan
berikut:
1 Meningkatkan manfaat harta wakaf dengan cara membantu dan menjaga kapasitas dan profesionalitas lembaga wakaf swasta dan pemerintah.
2 Berperan sebagai pengawas dalam pelaksanaan perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan evaluasi nazhir wakaf dalam
peningkatan pertumbuhan dan efekivitas pengelolaan wakaf. 3 Melakukan sinergi yang efekif antarpemangku kepeningan untuk
mengembangkan wakaf secara sistemik, yaitu antara wākif, nazhir, pemerintah, ulama, dan target penerima manfaat wakaf.
4 Berkontribusi bersama seluruh lembaga wakaf dalam pengelolaan wakaf sebagai upaya pencapaian tujuan sosial ekonomi pembangunan nasional
jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Dengan berbagai tujuan di atas, perlu dibentuk sebuah kerangka insitusional
pengelola dan pengembang wakaf skala nasional secara komprehensif. Berikut ini merupakan suatu usulan bentuk infrastruktur insitusi wakaf nasional.
Gambar 5.1 Sistem Kelembagaan Wakaf
Sumber: Dimodiikasi dari IMZ report 2010
Dukungan dari di atas sangat diperlukan dalam menentukan arah pengelolaan dan pengembangan wakaf dalam jangka panjang. Sinergi ini diperlukan untuk
membentuk lembaga wakaf yang komprehensif guna mengatasi berbagai permasalahan dalam insitusi wakaf dengan cepat. Secara singkat peranan
masing-masing insitusi di atas dijelaskan sebagai berikut ini.
wakaf secara sistemik, yaitu antara wākif, nazhir, pemerintah, ulama, dantarget penerim
Nazhir Pengelola
Nazhir Pengelola
Nazhir Pengelola
Forum Wakaf FOKAF
Ikatan Akuntan IAI
Dewan Pengawas Syariah Wakaf DPSW
Regulator dan Pengawas BWI
Otoritas Pajak
LKMS Pusat Informasi
Wakaf Bank Syariah
LKS Riset
Development Lembaga Rating
Mediasi, Arbitrasi dan
Pengadilan
158
WAKAF : Pengaturan dan Tata Kelola yang Efekif
5.3. Regulator dan Pengawasan
Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf telah mengamanahkan kepada Badan Wakaf Indonesia BWI untuk melakukan pengelolaan dan
pengembangan wakaf di Indonesia. Kehadiran BWI idak ditujukan untuk mengambil alih aset-aset wakaf yang telah dikelola oleh para nazhir,
melainkan sebuah lembaga yang memiliki peranan pening, yaitu membina nazhir
-nazhir wakaf dalam bentuk pelayanan sosial, pemberdayaan ekonomi, dan pembangunan infrastruktur. Sehingga pengelolaan wakaf menjadi
lebih produkif dan mampu memberikan manfaat yang lebih besar kepada masyarakat. Lebih utama, tugas dan wewenang BWI berdasarkan Pasal 49
ayat 1 UU No. 41 Tahun 2004, yaitu:
1 Melakukan pembinaan terhadap nazhir dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf;
2 Melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf berskala nasional dan internasional;
3 Memberikan persetujuan dan atau izin atas perubahan peruntukan dan status harta benda wakaf;
4 Memberhenikan dan menggani nazhir; 5 Memberikan persetujuan atas penukaran harta benda wakaf;
6 Memberikan saran dan perimbangan kepada pemerintah dalam penyusunan kebijakan di bidang perwakafan.
Selain itu, organisasi dan tata kerja BWI juga memiliki tugas dan wewenang yang dijabarkan secara rinci melalui Peraturan BWI Nomor 1 Tahun 2007
sebagai berikut:
1 Melakukan pembinaan terhadap nazhir dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf;
2 Membuat pedoman pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf; 3 Melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf berskala
nasional dan internasional serta harta benda wakaf terlantar; 4 Memberikan perimbangan, persetujuan, danatau izin atas perubahan
peruntukan dan status harta benda wakaf; 5 Memberikan perimbangan danatau persetujuan atas penukaran harta
benda wakaf;
159
WAKAF : Pengaturan dan Tata Kelola yang Efekif
6 Memberikan saran dan perimbangan kepada pemerintah dalam penyusunan kebijakan di bidang perwakafan;
7 Menerima, melakukan penilaian, menerbitkan tanda buki pendataran nazhir, dan mengangkat kembali nazhir yang telah habis masa bakinya;
8 Memberhenikan dan menggani nazhir bila dipandang perlu; 9 Memberikan saran dan perimbangan kepada Menteri Agama dalam
menunjuk Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang LKS-PWU; 10 Menerima pendataran Akta Ikrar Wakaf AIW benda bergerak, selain
uang, dari Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf PPAIW. Melihat tugas dan wewenang BWI dalam mewujudkan insitusi wakaf
yang profesional, dipercaya masyarakat, memiliki integritas inggi dalam mengelola dan mengembangkan harta wakaf untuk kepeningan ibadah dan
pemberdayaan masyarakat, maka sudah saatnya lembaga ini menjadi pusat pengambilan kebijakan wakaf nasional. Sehingga bisa mengatur segala hal
yang menyangkut prakik perwakafan di Indonesia. Harapannya, problemaika pengelolaan dan pengembangan harta wakaf segera dapat diproses secara
mudah, cepat, dan tepat.
Selain itu, dalam melaksanakan tugasnya BWI bekerja sama dengan berbagai lembaga lain, seperi Direktorat Pemberdayaan Wakaf di Kementerian Agama,
Majelis Ulama Indonesia MUI, Badan Pertahanan Nasional BPN, Bank Indonesia BI, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BPPN Islamic
Development Bank
IDB, dan berbagai investor atau pengusaha bila hal tersebut dibutuhkan dalam rangka mengembangkan harta wakaf menjadi
lebih produkif BWI, 2009.
5.3.1. Dewan Pengawas Syariah DPS
Sebagai insitusi pemegang amanah dalam pengelolaan dan pengembangan wakaf, aspek kesesuaian syariah merupakan unsur pening yang membedakan
lembaga ilantropi ini dengan lembaga lainnya. Tujuannya untuk memasikan bahwa harta wakaf benar-benar dikelola dan dikembangkan sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah. Sebab itu, diperlukan pengawasan khusus oleh Dewan Pengawas Syariah DPS sebagai bentuk representasi ulama dalam membantu
pengawasan insitusi wakaf.