203
WAKAF : Pengaturan dan Tata Kelola yang Efekif
2 Undang-Undang No. 44 of 1962; 3 Undang-Undang No. 80 of 1971.
Undang-undang Wakaf No. 80 tahun 1971 merupakan UU terbaru yang menjadi dasar pelaksanaan prakik wakaf di Mesir. UU ini menyediakan
landasan bagi pendirian Egypian Waqf Authority yang merupakan badan independen di bawah Kementerian Wakaf yang dipimpin oleh Board of
Directors. Egypian Awqaf Authority yang bertanggung jawab mengelola beberapa aset wakaf seperi lahan pertanian dan properi yang dimiliki oleh
lembaga tersebut. Keuntungan lembaga, selain diperoleh dari pengelolaan aset-aset tadi, juga didapatkan dari investasi dan dividen saham. Waqf Act
mengarahkan distribusi pendapatan wakaf secara rinci, yaitu 15 untuk pemeliharaan aset, 10 untuk diinvestasikan kembali dan 5 untuk hal-hal
terkait teknis operasional. Adapun 70 lainnya diarahkan untuk mauquf ‘alaih dan kepeningan sosial.
Kerangka hukum perwakafan di Mesir beserta pelaksanaannya merupakan salah satu contoh sistem perwakafan yang mendapat apresiasi di kalangan
dunia Islam. Namun, sistem perwakafan Mesir idaklah terlepas dari kriik. Khalil et al 2014, menyebutkan sejumlah permasalahan perwakafan di Mesir
sebagai berikut:
1 Banyaknya amandemen dan pengganian undang-undang wakaf diikui oleh regulasi eksekuif menghalangi implementasi dari hukum yang
mengatur otoritas perwakafan di Mesir. 2 Administrasi wakaf berjalan secara idak stabil selama bertahun-tahun.
Sebelum berlakunya UU Wakaf tahun 1971, terdapat beberapa lembaga yang berwenang mengelola wakaf, seperi lembaga kehakiman, dewan
teringgi wakaf dan juga lembaga lainnya. Pasca UU Wakaf tahun 1971, seluruh aset wakaf di Mesir berada di bawah pengawasan Egypian Waqf
Authority
. 3 Model pengelolaan wakaf di Mesir sempat mengalami masa kriis yang
menghasilkan kerugian dan penyalahgunaan aset wakaf selama bertahun- tahun sehingga mempengaruhi persepsi masyarakat atas wakaf.
4 Perencanaan dan pengelolaan aset wakaf yang bersifat ineisien berkontribusi pada rendahnya performa keuntungan aset wakaf yang
dihasilkan apabila dibandingkan dengan ingkat pengembalian oleh deposito bank syariah.
204
WAKAF : Pengaturan dan Tata Kelola yang Efekif
6.11. Singapura
Singapura memiliki populasi muslim yang tergolong minoritas, namun prakik wakaf di Singapura telah berlangsung lama. Sebagian besar wakaf di Singapura
didirikan oleh pedagang Muslim yang berasal dari jazirah Arab. Seperi wakaf yang tercatat atas nama keluarga Al-Saqqof Brown, 2008: 229; Pollard et al.,
2009: 141. Nagaoka 2016:4 juga menyebutkan bahwa keluarga Al-Junayd, sebagaimana keluarga Al-Saqqof, merupakan dua keluarga dari Hadhramaut,
Yaman, yang akif dalam perwakafan pada masa awal pendirian wakaf di Singapura. Sayyid Syarif Umar bin Ali Al-Junayd 1792–1852 merupakan
seorang saudagar sukses dari Palembang yang mendapat sambutan dari Sir Stamford Rales secara langsung saat iba di Singapura pada 1819. Beliaulah
yang akif dalam pendirian infrastruktur di Singapura, seperi sumur, jembatan, rumah sakit dan pemakaman. Kemudian, pada tahun 1845, beliau mendirikan
masjid di atas tanah wakaf di Bencoolen Street yang terus berdiri setelah beliau wafat.
Pemaparan di atas menunjukkan bahwa Singapura menaruh perhaian cukup baik terhadap pengaturan wakaf di negaranya. Singapura, sebagai negara
dengan populasi muslim yang tergolong minoritas, menyediakan kerangka hukum bagi masyarakat muslim, termasuk dalam hal perwakafan. Pengelolaan
aset wakaf dianggap sebagai bagian dari urusan umat Islam secara khusus sehingga yurisdiksinya diatur dalam Administraion of Muslim Law Act AMLA
yang diterbitkan pada tahun 1966. Berdasarkan pasal 59 undang-undang tersebut, semua aset wakaf di Singapura harus berada di bawah pengaturan
dan supervisi Majlis Ugama Islam Singapura MUIS, baik secara langsung dikelola oleh MUIS atau oleh pihak lain yang ditunjuk. Pihak yang ditunjuk
sebagai nazhir wakaf umumnya mengelola wakaf yang bersifat privat. Selain itu, MUIS berwenang untuk menyetujui pertumbuhan atau revitalisasi aset
wakaf atau membeli aset baru untuk dijadikan wakaf.
Pada tahun 1999, AMLA mengalami amandemen. Kehadiran amandemen ini bertujuan untuk mendorong eisiensi manajemen wakaf dengan insenif
yang kuat dari MUIS. Amandemen AMLA memberikan sejumlah kewenangan baru yang signiikan bagi MUIS disertai prosedur dan syarat bagi MUIS untuk
menunjuk, mengawasi, dan bila diperlukan mencabut izin nazhir dari suatu aset wakaf. Ketentuan tersebut termaktub dalam Pasal 64 amandemen AMLA.
Pada realitanya, MUIS lah yang akif dalam reformasi pengelolaan aset-aset wakaf di Singapura.
205
WAKAF : Pengaturan dan Tata Kelola yang Efekif
Adapun penyaluran wakaf bergantung pada niat awal sang wakif. Wakif akan ditanyai bagaimana penyaluran wakaf yang dikehendakinya, apakah investasi
ke luar negeri, pembangunan dan pemeliharaan masjid, pembangunan madrasah serta bagi keperluan kaum miskin.
6.12. Iran
Pada masa lalu, Iran merupakan sebuah kerajaan yang dikuasai oleh seorang Shah. Shah Iran merupakan enitas yang menguasai seluruh aset wakaf di
Iran, sebagaimana kekuasaannya yang mutlak di negeri tersebut. Pada tahun 1928, Iran menerbitkan sebuah Civil Code yang menjadi landasan pelaksanaan
wakaf, baik yang merupakan wakaf khairi wakaf untuk kemaslahatan umum maupun wakaf ahli wakaf untuk keluarga. Civil Code 1928 pada dasarnya
dibuat sejalan dengan hukum Islam yang menegaskan bahwa wakaf dibolehkan dalam kondisi modal pokok wakaf idaklah habis dikonsumsi melainkan harus
menghasilkan nilai tambah secara ekonomi. Selain itu, aset wakaf idaklah boleh dijual kecuali dengan persyaratan yang sangat berat, seperi misalkan
adanya perganian dengan aset baru yang lebih baik. Civil Code 1928 juga mengakomodir wakaf barang bergerak, seperi wakaf saham.
Pengelolaan wakaf di Iran pada masa Shah berada pada Departemen Wakaf yang merupakan bagian dari Kementerian Pendidikan sejak 1930. Menurut
Sibbard et al 2012, pengelolaan wakaf yang berada di bawah Kementerian Pendidikan memberikan sentralisasi pengelolaan wakaf namun diiringi prakik
korupsi di kalangan petugas pengelola wakaf. Kondisi tersebut semakin diperparah dengan keputusan Shah pada tahun 1951 yang membagikan tanah
kerajaan yang telah ada sejak zaman ayahnya kepada para petani. Keputusan tersebut mengundang kontroversi karena tanah-tanah kerajaan di Iran ialah
tanah wakaf sehingga indakan tersebut bertentangan dengan Civil Code 1928. Tindakan Shah ini merupakan salah satu pemicu revolusi pada tahun 1979.
Pasca revolusi Iran, parlemen Iran atau Majlis memutuskan bahwa semua tanah Shah yang sebelumnya diserahkan secara illegal dikembalikan kepada
negara dengan status sebagai wakaf. Selanjutnya, pada tahun 1984, diterbitkan undang-undang wakaf dengan beberapa ketentuan pening sebagai berikut:
a. Semua wakaf di Iran berada di bawah pengelolaan Pilgrimage, Endowment, and Charity Afairs Organizaion.