KERANGKA HUKUM WAKAF Masa Kolonial Belanda

184 WAKAF : Pengaturan dan Tata Kelola yang Efekif Pemerintah Kolonial idak bermaksud melarang atau menghalang-halangi prakik wakaf yang dilakukan oleh umat Islam untuk memenuhi keperluan keagamaannya. Akan tetapi, untuk pembangunan tempat-tempat ibadah diperbolehkan apabila benar-benar dikehendaki oleh kepeingan umum. Surat edaran tersebut ditujukan kepada kepala daerah di Jawa dan Madura kecuali daerah Swapraja, untuk melakukan pendataan dan pendataran tanah-tanah atau tempat ibadah Islam yang ada di kabupaten masing- masing Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006:15. 2 Surat Edaran dari sekretaris Governemen tanggal 4 Juni 1931 nomor 1361A, yang dimuat dalam Bijblad 1931 nomor 125A tentang Toezicht van regeerin op Muhammadaansche bedehuizen, vrijdagdiensten en wakafs . Surat Edaran tersebut memiliki garis besar sebagai berikut: Agar Bijblad tahun 1905 nomor 6169 diperhaikan dengan baik. Untuk mewakakan harta tetap diperlukan izin Bupai, yang menilai permohonan itu dari segi tempat harta tetap itu dan maksud pendirian. Bupai memberi perintah supaya wakaf yang diizinkannya dimasukkan ke dalam datar, yang dipelihara oleh ketua pengadilan agama. Dari semua pendataran diberitahukan kepada Asisten Wedana untuk bahan baginya dalam pembuatan kepada kantor Landrente Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006:15. 3 Surat Edaran sekretaris Governemen tanggal 24 Desember 1934 nomor 3088A sebagaimana termuat di dalam Bijblad tahun 1934 No. 13390 tentang Toezicht van de regeering op Muhammedaansche bedehuizen, vrijdag diesten en wakafs. Surat edaran ini bersifat “Hanya mempertegas apa yang disebutkan oleh surat edaran sebelumnya, yang isinya memberi wewenang kepada Bupai untuk menyelesaikan perkara, jika terjadi perselisihan atau sengketa tentang tanah-tanah wakaf tersebut” Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006:16. 4 Surat Edaran sekretaris Governemen tanggal 27 Mei 1935 nomor 1273A sebagaimana termuat dalam Bijblad 1935 nomor 13480. Surat Edaran ini “Bersifat penegasan terhadap surat-surat edaran sebelumnya, yaitu khusus mengenai tata cara perwakafan, sebagai realisasi ketentuan Bijblad nomor 61691905 yang menginginkan registrasi dari tanah-tanah wakaf tersebut” Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006:16. 185 WAKAF : Pengaturan dan Tata Kelola yang Efekif

c. Masa Orde Lama

1 Petunjuk dari Departemen Agama Republik Indonesia tanggal 22 Desember 1953 tentang petunjuk-petunjuk mengenai wakaf. Perwakafan selanjutnya menjadi wewenang Bagian D ibadah sosial, Jabatan Urusan Agama Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006:17. 2 Surat Edaran nomor 5D1956 tanggal 8 Oktober 1956 tentang prosedur perwakafan tanah. Peraturan ini merupakan indak lanjut dari peraturan- peraturan sebelumnya yang dirasakan belum memberikan kepasian hukum mengenai tanah-tanah wakaf Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006:17. 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria. Pada undang-undang tersebut, perwakafan tanah diatur dalam: a Pasal 5, yang berbunyi: “Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air, dan ruang angkasa ialah hukum adat, sepanjang idak bertentangan dengan kepeningan nasional dan negara yang bersandarkan atas persatuan bangsa dengan sosialisme Indonesia serta dengan peraturan yang tercantum dalam undang-undang ini dan dengan peraturan perundangan lainnya, segala sesuatu dengan mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada hukum agama.” b Pasal 14 ayat 1, yang berbunyi: “Pemerintah dalam rangka sosialisme Indonesia membuat suatu rencana umum mengenai persediaan, peruntukan dan penggunaan bumi, air, dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk keperluan negara, untuk keperluan peribadatan dan keperluan-keperluan suci lainnya, sesuai dengan dasar ketuhanan Yang Maha Esa dan seterusnya.” c Pasal 49 ayat 2 dan 3, yang berbunyi: 2: “Untuk keperluan peribadatan dan keperluan suci lainnya sebagai dimaksud pasal 14 dapat diberikan tanah yang dikuasai oleh Negara dengan hak pakai.” 3: “Perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan peraturan pemerintah.” 186 WAKAF : Pengaturan dan Tata Kelola yang Efekif Berdasarkan ketentuan pasal 49 ayat 3 di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Bahwa dalam rangka meneribkan dan melindungi tanah-tanah wakaf, pemerintah harus memberikan pengaturannya yang tertuang dalam bentuk suatu peraturan pemerintah ... baru ada 17 tahun kemudian, sehingga prakik pada periode ini masih juga dipergunakan peraturan yang ada sebelumnya Direktorat Pengembangan Wakaf, 2006:17.

d. Masa Orde Baru

Masa Orde Baru ditandai dengan munculnya aturan-aturan teknis pelaksanaan wakaf di Indonesia. Peraturan-peraturan tersebut adalah sebagai berikut: 1 Peraturan Pemerintah PP Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik. Peraturan yang ditetapkan pada 17 Mei 1977 tersebut merupakan aturan pelaksanaan dari Pasal 49 ayat 3 dari UU No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006:18. Menurut Ali 2012:101, peraturan yang menjadi turunan dari PP tersebut yang diterbitkan hingga tahun 1983 adalah: Tabel 6.1. Tabel Aturan Turunan PP tentang Perwakafan Tanah Milik No Aturan Turunan PP tentang Perwakafan Tanah Milik Jumlah 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri 1 2 Peraturan Menteri Agama 1 3 Keputurusan Menteri Agama 1 4 Instruksi Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri, 1 5 Instruksi Menteri Agama 1 6 Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam 1 7 Surat Ditjen Bimas Islam dan Urusan Haji. 3 8 instruksi gubernur, masing-masing Instruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Daerah Isimewa Aceh, dan Daerah Khusus Ibukota Jakarta 5 9 Kompilasi Hukum Islam KHI yang tertuang dalam Instruksi Presiden Inpres No. 1 tahun 1991 1