106
WAKAF : Pengaturan dan Tata Kelola yang Efekif
Gambar 4.1. Ilustari Pengelolaan Wakaf Pertanian
Pemberi wakaf wakif - sebut saja A mewakakan uangnya di Indonesia bisa menunjuk nazhir sebut saja B untuk berwakaf di sektor pertanian misalnya,
kebun kurma di Arab Saudi. Wakif A mensyaratkan agar keuntungan dari penjualan kurma tersebut dimanfaatkan untuk kesehatan. Untuk itu, nazhir
B harus bekerja sama dengan nazhir di Arab Saudi sebut saja C. Nazhir C akan mencarikan tanah yang sesuai. Tanah tersebut akan dibeli dengan wakaf
uang dari wakif A, kemudian tanah tersebut diubah statusnya menjadi wakaf. Hasil penjualan dari kurma setelah dikurangi dengan biaya akan digunakan
pemanfaatan kesehatan misalnya, untuk kebutuhan operasional rumah sakit, dan lain sebagainya.
Gambar 4.2. Ilustari Pengelolaan Wakaf Untuk Sarana Kesehatan
Contoh kedua, sekumpulan wakif sebut saja D di Arab Saudi ingin berwakaf di Indonesia dalam bentuk pembangunan jalan tol berbayar mulai dari Aceh
sampai dengan Palembang. Wakif mensyaratkan peruntukan laba tersebut
H
Da Ke
a
Da RUMA
TR
Dana Wakaf Kebun Kurma
ah Se
Laba
Da RUMA
TR
Standar Perwakafan
Ke
Dana Wakaf Kebun Kurma
Transfer
Rumah Sehat Dhuafa
107
WAKAF : Pengaturan dan Tata Kelola yang Efekif
Da
TR
Jala
Standar Perwakafan
Laba
Pusat Riset Pembibitan Sapi
untuk membiayai operasional riset pembibitan sapi agar produksi sapi di Indonesia bisa bertambah secara signiikan dan merata di seluruh Indonesia.
Untuk mewujudkan hal tersebut wakif D harus menunjuk nazhir C untuk merealisasikan keinginan tersebut.
Gambar 4.3. Ilustrasi Pengelolaan Wakaf untuk Kajian Pembibitan Sapi
Kedua ilustrasi di atas hanya akan terjadi bila di kedua negara memiliki standar pokok-pokok pengaturan dan tata kelola wakaf yang sama dan dapat diterima
oleh kedua belah pihak. Arinya, pokok-pokok pengaturan dan pengelolaan terkait dengan wakaf baik kebijakan oleh regulator kepada nazhir maupun
manajemen internal tata kelola nazhir antara Arab Saudi dan Indonesia sama dan saling mengakui. Karena kesamaan tersebut, nazhir B percaya kepada
pengelolaan nazhir C begitu juga sebaliknya nazhir C juga percaya kepada pengelolaan oleh nazhir B.
Agar wakaf bisa berdampak luas secara internasional, maka idak cukup hanya ada dua negara saja seperi contoh di atas: Arab Saudi dan Indonesia,
tetapi negara-negara kaya, seperi Qatar, Uni Emirat Arab, dan lain-lain juga diharapkan dapat ikut berwakaf secara internasional antarnegara.
Hanya saja, pokok-pokok pengaturan wakaf di Qatar dan Uni Emirat Arab mungkin berbeda dengan dua negara di atas Arab Saudi dan Indonesia.
Hal tersebut tentu akan menyulitkan untuk kerja sama sehingga keinginan wakif
untuk berwakaf antarnegara cross border idak akan terlaksana. Oleh karena itu, kehadiran pokok-pokok pengaturan wakaf yang terstandarisasi di
seluruh dunia sangat pening. Hal ini akan menjadi acuan di seluruh dunia akan pengelolaan wakaf di negaranya masing-masing.
108
WAKAF : Pengaturan dan Tata Kelola yang Efekif
4.2. Pokok-Pokok Pengaturan Wakaf
Selama ini, standarisasi internasional dalam bidang ekonomi dan keuangan yang sudah matang adalah standarisasi di dunia perbankan yaitu Basel Core
Principles BCPs tahun 2012 yang diterbitkan oleh Bank for Internaional
Setlement BIS yang berkedudukan di Basel, Swiss. BCPs adalah standar minimum peraturan tentang kehai-haian dan pengawasan perbankan dan
sistem perbankan. BCPs tersebut dibuat atas masukan dari banyak negara mengenai pengawasan perbankan untuk terciptanya perbankan yang sehat,
yang pada akhirnya dapat menggerakkan perekonomian di masing-masing negara tersebut.
Pokok-pokok pengaturan wakaf ini mencoba mengambil hal-hal yang pening dan relevan dari BCPs untuk kinerja wakaf secara keseluruhan. Misalnya,
tentang kekuatan hukum pada otoritasregulator yang diatur dalam BCP prinsip 1 tentang tanggung jawab dan kewenangan. Dalam dunia wakaf, kekuatan
hukum juga melekat pada otoritas wakaf. Sehingga, pokok-pokok pengaturan wakaf juga mengakui adanya hal tersebut. Pokok-pokok pengaturan wakaf ini
juga memuat penggolongan aset wakaf berdasarkan kelasnya. Penggolongan berdasarkan aset ini menjadi pening, karena akan berimplikasi pada kriteria
nazhir
yang akan melakukan pengelolaan terhadap aset wakaf. Bagian dalam bab ini ini akan memuat konsepsi pengaturan wakaf dengan
merujuk kepada pokok-pokok pengaturan terkait dengan tata kelola yang dimuat dalam BCPs yang disesuaikan dengan karakterisik wakaf. Secara
prinsip, terdapat delapan prinsip utama dalam pengaturan wakaf.
Bagian ini akan membahas prinsip-prinsip BCPs untuk kemudian disesuaikan dalam pokok-pokok pengaturan wakaf. BCPs memuat 29 prinsip yang telah
direvisi pada September 2012. Secara lengkap 29 prinsip BCPs dapat dilihat di lampiran. Di bawah ini adalah delapan prinsip pening yang tergabung dalam
pokok-pokok pengaturan wakaf. Delapan prinsip ini diharapkan menjadi acuan standarisasi pengaturan wakaf di dunia.
109
WAKAF : Pengaturan dan Tata Kelola yang Efekif
Gambar 4.1. Delapan Prinsip Utama Pengaturan Wakaf
Dalam konsepsi pengaturan prinsip no. 4 yaitu Manajemen Aset Wakaf memuat 6 aspek utama, yaitu: penghimpunan, pendayagunaan,
pendistribusian manfaat, transfer wakaf, transaksi dengan pihak terkait, dan manajemen risiko. Ruang lingkup manajemen risiko idak berbeda jauh
dengan lembaga keuangan yang mencakup risiko reputasi, risiko operasional, risiko penditribusian manfaat aset wakaf, risiko transfer, risiko pasar, dan risiko
pembiayaan berbasis wakaf uang.
4.2.1. Prinsip 1: Kekuatan Hukum pada Otoritas
Pokok-pokok pengaturan pertama menekankan kepada pemenuhan terhadap keberadaan sistem pengaturan, manajemen yang efekif dan komprehensif
yang tertuang dalam Undang-Undang Wakaf Waqf Act. Undang-undang ini akan menjadi dasar hukum yang sangat kuat dalam menerbitkan pengaturan
wakaf yang lebih spesiik. Undang-undang juga memuat eksistensi otoritas yang independen. Otoritas ini mempunyai wewenang yang besar untuk
mengatur industri wakaf yang ada di negara tersebut agar berjalan dengan baik. Wewenang yang dimaksudkan di sini adalah:
1. Memberikan ijin atas berdirinya nazhir. Otoritas sebagai bagian dari pemerintah mempunyai wewenang yang
penuh atas izin berdirinya nazhir. Apabila nazhir idak memenuhi persyaratan, maka otoritas berhak untuk idak memberikan izin.
2. Melakukan pengawasan secara terus menerus kepada nazhir. Aset wakaf adalah milik Allah yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya
untuk kepeningan publik. Oleh karena itu, pengawasan terkait manajemen dan syariah wajib dilakukan.
2. Kelas Aset wakaf dan
Lisensi Nazhir 1. Kekuatan
hukum pada otoritas
3. Kegiatan yang diizinkan
4. Manajemen Aset wakaf
6. Tata kelola nazhir
5. Pengawasan Internal dan
Eksternal 7. Laporan
Keuangan dan Standar
Pelaporan 8.
Penyalahgunaan aset wakaf dan
jasa keuangan