162
WAKAF : Pengaturan dan Tata Kelola yang Efekif
sangatlah urgent. Berbagai peran IAI dalam insitusi wakaf secara garis besar dapat mencakup hal-hal berikut:
5.4.1. Sistem Pelaporan dan Akuntansi Wakaf
Islam memiliki sudut pandang akuntansi yang berbeda dengan akuntansi konvensional. Perbedaan ini terbentuk disebabkan perbedaan dasar ideologi
dalam prinsip dan nilai-nilai akuntansi. Akuntansi adalah bagian dari alat tool
untuk menjalankan perintah Allah SWT QS 2:228 melalui kegiatan pencatatan dalam melakukan seiap transaksi usaha dengan berasaskan prinsip
persaudaraan ukhuwah, keadilan ’adalah, kemaslahatan mashlahah, keseimbangan tawāzun, dan universalisme syumuliyah. Kegiatan ini
bertujuan untuk memupuk saling kepercayaan dan kenyamanan dalam bermuamalah dalam Islam. Penekanannya lebih kepada persoalan kebenaran,
kepasian, keterbukaan, dan keadilan di antara sesama Hamka, 2000: 113.
Sejalan dengan perkambangan insitusi wakaf, akuntansi semakin dibutuhkan untuk menjaga akuntabilitas ihisab sebagai bentuk pertanggungjawaban
insitusi kepada Allah dan publik atas amanah yang djalankannya. Maka, dengan akuntansi wakaf, sudah selayaknya informasi yang disajikan terkait
ketaatan insiusi dan nazhir terhadap ketentuan syari’ah Islam, baik mengenai pengelolaan dan pengambangan, hasil dan manfaat wakaf yang diperoleh,
serta untuk sektor apa manfaat wakaf disalurkan, dapat diakses dan dikontrol bersama-sama. Yaacob 2012: 15 mengatakan, bahwa transparansi akan
membawa insitusi wakaf kepada kunci keberhasilan, sebab sosialisasi terbaik yang menarik minat masyarakat dalam berwakaf adalah sikap transparan dari
insitusi wakaf itu sendiri.
Mengingat wakaf adalah jenis ibadah yang memiliki dimensi sosial, sebagaimana tercermin dalam QS. Al-Baqarah [2] ayat 261, 262 dan 267, QS.
Ali Imran [3]: ayat 92, dan surat al-hajj [22]: ayat 77. Sesuai dengan fungsi dan tujuan wakaf yang disampaikan Rasulullah, yaitu menahan bendanya
dan memanfaatkan hasilnya untuk kepeningan umat, maka wakaf bukanlah semata-mata urusan antara wākif dan nazhir, akan tetapi urusan umat
seluruhnya, melalui perwakilan sebuah lembaga insitusi yang memiliki kekuatan hukum posiif dan syariat sekaligus.
Berbagai usaha untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas dalam melakukan transaksi, mengelola dan mendistribusikan wakaf, insitusi
163
WAKAF : Pengaturan dan Tata Kelola yang Efekif
wakaf wajib mengikui ketentuan Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah [2]: ayat 282. Bahkan, Abu Zahrah dan Abd al-Jalīl mengharuskan audit terhadap
laporan keuangan insitusi wakaf Kamil, 2011: 15. Karena untuk bisa disahkan sebagai organisasi resmi negara dengan konsep syariah, sudah semesinya
lembaga wakaf menggunakan sistem pembukuan yang benar dan terbuka untuk diaudit akuntan publik. Di sini, IAI berperan dalam kiprahnya sebagai
organisasi yang idak diragukan lagi.
5.4.2. Tujuan Pelaporan dan Akutansi Wakaf
Tujuan utama pelaporan dan akuntansi wakaf selain untuk menyediakan informasi menyangkut sirkulasi keuangan insitusi wakaf yang bermanfaat
untuk masyarakat, juga memiliki tujuan lain yang lebih komprehensif, yaitu:
1 Menyediakan informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab nazhir terhadap amanah dari pengelolaan dan
pengambangan harta wakaf serta pemeliharaan dan pendistribusian hasilnya.
2 Menyediakan informasi kepatuhan nazhir dan insitusi wakaf terhadap prinsip syariah.
3 Meningkatkan eisiensi dan efekivitas kerja nazhir dan insitusi wakaf. 4 Melindungi aset-aset wakaf.
5 Evaluasi terhadap apa yang dilakukan nazhir atau insitusi wakaf stewardship, atas sumber daya wakaf yang diembannya.
Laporan keuangan insitusi wakaf digunakan juga untuk kepeningan bersama dalam rangka menilai hal-hal terkait Rozalinda, 2015: 41, yaitu:
1 Keadilan nazhir dalam melaksanakan perintah agama dan menjauhi laranganya terkait tanggung jawabnya dalam mengemban amanah harta
wakaf. 2 Kemampuan personality nazhir, yaitu baligh dan berakal serta
kemampuannya dalam memelihara, mengelola dan mengambangkan harta wakaf.
Hasil laporan keuangan yang telah disusun bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebahagian besar pengguna, seperi regulator, lembaga
mitra investasi, dan masyarakat.
164
WAKAF : Pengaturan dan Tata Kelola yang Efekif
5.4.3. Informasi yang perlu dilaporkan
Berbagai hal yang perlu disajikan dalam laporan keuangan insitusi wakaf bersifat umum, idak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan seluruh
pemakai. Kusiawan et al 2012: 28, merumuskan bentuk laporan keuangan zakat yang bisa diadopsi untuk wakaf, sehingga menjadi berikut:
1 Jumlah dan sifat aset, liabilitas dan hasil wakaf; 2 Pengaruh transaksi, perisiwa, dan situasi lainnya yang mengubah nilai dan
sifat ekuitas hasil wakaf; 3 Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam satu
periode dan hubungan antara keduanya; 4 Metode nazhir dalam mendapatkan dan membelanjakan kas serta faktor
lainnya yang berpengaruh pada likuiditas; 5 Kepatuhan nazhir terhadap ketentuan syariah serta informasi penerimaan
yang idak sesuai dengan ketentuan syariah bila ada dan bagaimana penerimaan tersebut diperoleh serta penyalurannya;
6 Tingkat hasil pengelolaan dan pengembangan wakaf yang diperoleh. Adapaun dalam PSAK 109 disebutkan secara khusus keharusan amil zakat
dalam mengungkapkan hal-hal terkait dengan transaksi zakat IAI, 2008. Demikian pula halnya, nazhir sebagai pengelola dan pengembang wakaf juga
memiliki kewajiban yang sama terkait dengan transaksi wakaf, idak hanya terbatas pada hal-hal berikut:
1 Kebijakan penyaluran hasil wakaf, seperi penentuan skala prioritas penyaluran, dan penerima;
2 Kebijakan penyaluran hasil wakaf untuk penerima manfaat, seperi persentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan;
3 Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan wakaf berupa aset nonkas;
4 Rincian jumlah penyaluran dana wakaf yang mencakup jumlah beban pengelolaan dan jumlah dana yang diterima langsung masing-masing
penerima manfaat; 5 Hubungan isimewa antara nazhir dan penerima manfaat yang melipui:
165
WAKAF : Pengaturan dan Tata Kelola yang Efekif
sifat hubungan isimewa, jumlah dan jenis hasil manfaat yang disalurkan serta presentase dari hasil wakaf yang disalurkan tersebut dari total
penyaluran selama periode.
Jenis-jenis informasi tersebut disajikan secara ruin dan diaudit dalam beberapa laporan keuangan Kusiawan et al, 2012: 32, yang melipui:
1 Neraca laporan posisi keuangan; 2 Laporan perubahan dana, yaitu laporan perubahan dana wakaf, dana
nazhir , dan dana nonhalal, baik dari pengumpulan dan pendapatan hasil
wakaf; 3 Laporan perubahan aset kelolaan, yaitu laporan perubahan aset kelolaan,
mulai dari aset lancar, aset idak lancar dan akumulasi penyusutan, penambahan dan pengurangan, saldo awal dan saldo akhir;
4 Laporan arus kas, yaitu informasi untuk para pengguna laporan keuangan menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan nazhir untuk menggunakan
arus kas tersebut. Laporan arus kas mencakup keseluruhan arus kas dalam akivitas operasi, investasi dan pendanaan dalam satu periode;
5 Catatan atas laporan keuangan, yaitu berbagai catatan yang menyajikan laporan keuangan untuk menyediakan informasi lebih detail mengenai
nazhir , kebijakan akuntansi nazhir, penjelasan pos-pos pening dan upaya-
upaya pengembangan sumber daya manusia. Nazhir
dalam hal ini tetap menjadi key person organisasi wakaf. Berbagai bentuk tujuan wakaf, sistem laporan dan akuntansi yang transparan dan
menyajikan informasi wakaf, merupakan kegiatan yang dikelola manusia. Sehingga nazhir dianggap unsur paling strategis dalam semua kegiatan
insitusi wakaf. Maka, diperlukan nazhir yang memiliki kualiikasi dan pantas untuk menempai posisi pengelola. The right man in the right place.
5.5. Riset dan Pengembangan Research and Development
Dalam proses pengembangan suatu organisasi, kualitas SDM menjadi faktor kunci keberhasilan utama. Demikian halnya organisasi wakaf di bawah
pengelolaan nazhir yang menjadi ujung tombak dalam semua akivitas. Saatnya, seorang nazhir harus sudah memiliki pengetahuan tentang wakaf
166
WAKAF : Pengaturan dan Tata Kelola yang Efekif
dalam berbagai sudut keilmuan, seperi ikih, prinsip-prinsip ekonomi, dan juga keuangan syariah, dengan kemampuan pengelolaan keuangan profesional
dan kelihaian dalam melihat peluang investasi dengan harta wakaf. Karena itu, diperlukan perencanaan nazhir yang terprogram dan komprehensif demi
mewujudkan kualitas organisasi wakaf yang bermutu dan maju.
Pendidikan nazhir wakaf menjadi bagian yang sangat pening. Seberapa baik nazhir di situ peluang keberhasilan insitusi wakaf bertumpu di masa
mendatang. Peningnya pendidikan ini memiliki dua alasan vital sebagai berikut French, 1986: 23:
1 Sumber daya manusia memiliki pengaruh terhadap ingkat eisiensi dan efekivitas sebuah organisasi, semua bentuk rancangan tujuan dan strategi
organiasi, kepemimpinan dalam menjalankan insitusi dan ketajaman pengawasan kinerja ditentukan melalui SDM yang dimiliki.
2 Sumber daya manusia merupakan pengeluaran utama sebuah organisasi dalam menjalankan semua kegiatan dan akivitasnya, sehingga bila hal ini
diabaikan dan kurang mendapat perhaian, tujuan dan capaian organisasi idak akan berhasil dengan baik.
Melihat kenyataan ini, dan demi kebaikan organisasi wakaf, perlu dilakukan pendidikan dan pelaihan nazhir melalui kegiatan-kegiatan pengorganisasian.
Dimulai dari memilih siapa saja yang memiliki kualiikasi dan kepantasan mengemban amanah nazhir, dilanjutkan dengan pelaihan mental dan skill
nazhir
untuk mengembangkan organisasi wakaf secara opimum. Veithzal Rifai 2004: 2 menyebutkan, bahwa SDM adalah kekayaan atau aset utama sebuah
organisasi yang harus dikembangkan dan diperhaikan dengan baik. Fokus dalam pendidikan dan pelaihan pengembangan nazhir lebih spesiik
terkait dengan fungsi-fungsi manajemen berikut: 1 Perencanaan planningal-takhīth
Dalam manajemen, perencanaan merupakan kegiatan awal yang menjadi kerangka bagi pelaksanaan kegiatan. Dalam al-Qur’an, Allah selalu
memberikan teguran tentang peningnya sebuah perencanaan sebelum melakukan kegiatan apapun, seolah-olah Allah berkata bahwa Aku berikan
kepada manusia kelebihan akal daripada makhluk lainnya agar mereka bias merencanakan. Sehingga banyak sekali kalimat afalā yatafakkarūn?
apakah mereka idak berpikir?, afalā yubaṣirūn? apakan mereka idak